BAG.2

1425 Words
    “sudah kubilang aku tidak mau! Kenapa kalian terus memaksaku untuk pergi kesana”     “Kim, itu kesempatan baik untukmu! Kenapa kamu terus menolaknya!”     “benar Kim! Kamu bisa jadi orang terkenal dan banyak uang! Agensi itu agensi besar yang menghasilnya banyak, aktor, aktris model dan idol! Kamu harusnya bersyukur!”     Sudah seminggu ini Edwin dan Yumi terus membujukku untuk menerima tawaran di agensi NIS meski aku terus menolak tawaran itu.     “aku tidak mau meninggalkan Granma Lilie. Dia akan hidup sendirian jika aku pergi..”     “aku dan Edwin bisa menjaganya. Kami bisa bisa mengunjunginya kapan pun dan memastikan dia sehat”     “benar! Kamu tidak perlu khawatir Kim, serahkan pada kami sola Granma Lilie”     Sebenarnya bukan karena itu, aku hanya tidak mau tinggal sendirian lagi. Granma Lilie adalah satu-satunya keluargaku meskipun bukan keluarga kandung.     “apa kalian mau bicara saja disini! Ada pelanggan yang datang, cepat layani mereka!” manajer Jim datang memarahi kami karena sibuk mengobrol. Yumi dan Edwin mengambil buku menu untuk mereka tujukkan pada pelanggan yang datang. Sedangkan aku standby di meja kasir.     “apa kamu belum memutuskan untuk bergabung dengan agensi itu?” aku memutar bola mataku. Merasa jengah mendengar pertanyaan yang sama ditanyakan berulang kali padaku.     “aku sarankan kamu bergabung saja. kamu bisa dapat banyak uang dan mempromosikan restoranku. Kita sama-sama akan diuntungkan bukan?” dia tersenyum padaku lalu pergi ke ruangannya. Lelaki tua itu selalu saja memikirkan masalah uang dan uang.     Tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi counter sambil mengendus-ngenduskan hidungnya. Pelanggan yang aneh.     “permisi” dia masih saja mengendus-ngendus udara.     “ya ada yang bisa saya bantu?”     “aku ingin minuman dan makanan yang wanginya seperti aku cium ini” hah? Apa maksudnya? Pelanggan yang datang kali ini sangat aneh.     “anda bisa menyebutkan pesanan anda”     “yang wangi dan aromanya harumnya semerbak ini. Kamu tidak tahu jenis makanan apa itu padahal kamu bekerja disini?”     “maaf?”     “anda memesan cinnamon croisant dengan toping ice cream dan jus berry kan? Silakan tunggu pesanan anda” Edwin tiba-tiba menyela membantuku membuat pesanan perempuan itu. Perempuan yang kusebut aneh itu kemudia duduk di satu kursi.     “kamu bisa tahu pesanannya?” aku menatap heran pada Edwin.     “dia selalu memesan itu selama empat bulan ini setiap hari setiap pagi”     “kamu selalu mengambil shift siang, makanya tidak tau”     “dia tidak pernah mengganti menunya?”     “sepertinya belum. Setiap datang kesini dia selalu memesan itu”     “dengan kata-kata aneh?”     “begitulah. Aku antarkan pesanannya dulu” Edwin mengantarkan pesanannya pada perempuan aneh tersebut. Kulihat dia begitu senang dan langsung memakannya seperti orang yang belum makan dari kemarin. ***     Akhirnya shift kerjaku selesai tepat jam 3. Aku juga sudah membelikan roti kismis kesukaan Granma. Dia pasti senang sekali dan selalu memakannya bersamaan dengan teh madu lemon.     “Kim! Kim akhirnya kamu pulang!” seorang tetangga menghampiriku dengan langkah yang terburu-buru.     “ya? Ada apa Nyonya Eli?”     “aku tidak tahu nomer kontakmu, jadi aku menunggu kamu dari tadi. Aku hanya ingin bilang kalau Granma Lilie tadi pingsan ketika dia membeli buah. Sekarang dia di rawat di rumah sakit Santos”     Bagai terkena tembakan peluru, kedua kakiku lemas dan dadaku terasa begitu sesak. Aku belum siap jika harus ditinggalkan oleh Granma sekarang.     “terima kasih, aku akan segera kesana” aku berlari menuju terminal bus untuk bisa mencapai rumah sakit. Kumohon selamatkan Granma, Granma kamu harus bisa bertahan, doaku sambil menahan ar mataku. ***     “bagaimana keadaan Granma?” ucapku pada Mike, salah satu anak Granma.     “keadaannya masih lemah, hasil pemeriksaannya juga belum keluar. Terima kasih sudah menghubungiku Kimberly”     Begitu sampai di rumah sakit aku langsung menghubungi Paman Mike soal Granma yang sedang akit dan dia langsung datang setelah dua jam aku menunggu.     “apa Granma akan baik-baik saja?” tanyaku dengan cemas.     “Ibuku orang yang kuat. Dia tidak akan meyerah begitu saja. Apa selama ini dia  pernah terlihat tidak sehat?”     “tidak, dia selalu melakukan kegiatannya seperti biasa. Tidak pernah menunjukkan bahwa dia sedang sakit atau apapun”     “dia mungkin menutupi rasa sakitnya. Ah, aku harus segera kembali mengurus pekerjaanku. Kau tidak apa-apa ditinggal sendirian?”     “aku tidak apa-apa. Aku akan menjaga Granma Lilie”     “terima kasih kau mau menjaga ibuku. Aku akan meminta anakku untuk menemanimu nanti” Aku hanya mengangguk. Aku lebih mengkhawatirkan kondisi Granma yang masih terbaring lemah. ***     “berhentilah mengikutiku Rose. Apa kamu tidak punya pekerjaan lain?” ungkapku kesal.     “aku sedang mengawasimu. Semalam kamu berburu di klub malamku bukan?”     “aku tidak melakukan kesalahan apapun dan tidak ada yang melihatku juga!”     “kamu sedang dalam pengawasan Elitish akibat ulahmu beberapa tahun yang lalu. Aku tidak mau itu terjadi lagi”     “jadi kamu sekarang adalah orang Elitish/!” aku membelalak tidak percaya.     “bukan, tapi aku bisa melindungimu dari mereka. Aku bisa memberikan kesaksianku untuk membebaskanmu dari hukuman menyakitkan mereka”     “sudah kubilang aku tidak melakukan pelanggaran apapun! Gadis itu tidak mati dan tidak ada yang melihatku!”     "Aku tahu”     “lalu kenapa kamu masih disini! Kamu membuat kepalaku pusing hanya dengan kehadiranmu”     “Jayden, bukankah kamu tahu aku menyukaimu?”     “cukup Roseanne! Kita bukan manusia, untuk apa kamu menaruh perasaan seperti manusia”     “bisa saja kamu adalah mate-ku, Jayden”     “bukan! Aku tidak merasakan apapun padamu selain perasaan kesal!”     “mungkin kamu belum menyadarinya. Aku bahkan selalu berdebar saat melihatmu dan ketika memikirkanmu tentunya”     “aku merasa kasihan dengan orang yang menjadi mate-mu nanti. Bagaimana bisa dia mendapatkan orang sepertimu”     “tidak masalah selama itu kamu” Rose kemudian duduk di sampingku.     “aku bukan mate-mu Rose, kamu harus ingat itu” Rose sedikit memanyunkan bibirnya.     “apa tidak bisa memilih mate sendiri? Aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak kukenal”     “kamu gak bisa menentukan dengan siapa mate-mu, itu tergantung insting vampire mu”     “tapi itu tidak adil. Aku ingin kamu jadi mate-ku Jayden!”     “jangan membuang waktuku dengan pembicaraan ini Rose. Kau mengangguku membaca naskah, pergilah!”     “tidak mau”     “kalau begitu diam”     “tidak bisa”     “ROSE!” bentakku kesal pada wanita yang selalu mengangguku dengan persoalan mate-nya.     “baiklah aku pergi. Tapi aku akan datang lagi nanti!”     Suara sepatu hak tingginya menggema menyentuh lantai marmerku membuatku semakin tidak bisa berkonsentrasi lebih untuk mendalami naskah drama. Aku menelpon managerku untuk menanyakan jadwal syutingku.     “jam berapa hari ini aku syuting di lokasi?’     “baiklah segera jemput aku sekitar satu jam lagi” aku mematikan ponselku dan kembali berkonsentrasi pada naskah. ***     “apa kamu sudah makan Kim?” tanya Dean yang sedari tadi menemaniku menjaga Granma Lilie.     “tidak apa-apa. Aku tidak lapar”     “jangan begitu. Aku yakin kamu belum makam sejak tadi. Makanlah pizza yang aku bawa. Granma pasti sedih jika dia melihatmu seperti ini” aku mengambil sepotong pizza meskipun aku tidak terlalu lapar. Ini semua demi Granma.     “apa kamu tidak mau pulang? Aku disini untuk menjaga Granma juga. Kamu pulang dulu saja, istirahat”     “aku lebih baik disini saja, kalau di rumah aku sendirian dan aku benci itu”     “oh, kamu takut sendirian? Kenapa? Boleh aku tau alasannya?”     “aku hanya benci saja, tidak ada alasan lain”     “baiklah. Kalau begitu aku juga akan menemani dan Geanma. Jadi kamu ada teman untuk mengobrol”     “bukankah kamu tinggal di kota yang jauh dari sini? Kenapa mau repot-repot kemari?” tanyaku pada Dean yang sedang melahap pizza.     “ayahku memintaku kesini untuk menggantikannya. Mungkin besok pagi dia akan kesini lagi dan aku pulang sebentar”     “bukankah terlalu jauh untuk pulang pergi?”     “maksudku bukan pulang ke rumahku, tapi ke rumah Granma. Sebelum kesini pun tadi aku mapir dulu kesana”     “astaga!” aku teringat belum menyalakan lampu di rumah. Pasti sekarang rumah itu gelap gulita.     “sudah kunyalakan” dia tersenyum padaku.     “sepertinya aku butuh udara segar. Aku mau berjalan di sekitar rumah sakit dulu”     “mau kutemani?”     “aku hanya berjalan-jalan di taman rumah sakit, bukan keluyuran ke tempat lain”     “tapi ini sudah malam, bahaya untukmu”     “aku bukan anak kecil Dean, sudahlah kamu jaga Granma sebentar. Aku tidak akan keluar terlalu lama” aku membuka pintu ruangan kamar Granma kemudian segera pergi sebelum orang itu menahanku atau mengikutiku     “semoga saja tidak ada mahluk jahat itu” ucap Dean pelan. Dia kembali duduk di sofa sambil kembali memakan pizzanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD