bc

Cloudy Fine Days

book_age18+
40
FOLLOW
1K
READ
forced
dominant
goodgirl
drama
bxg
female lead
feminism
illness
rejected
affair
like
intro-logo
Blurb

Menjadi ibu dengan dua anak, Tatyana dipaksa untuk melindungi rumah tangganya dengan segala kenaifan dan keegoisan. Tapi pengkhianatan membuatnya tercebur dalam lautan kekecewaan dan depresi, ditambah dengan anak gadis yang paling ia cintai harus berpulang di usia yang masih terlalu muda. Sementara Ezhar, mantan suaminya, membawa sang putra dan keluarga kecilnya ke kota yang jauh darinya.

Hidupnya harus melewati hari-hari yang sepertinya baik tapi kelabu. Lalu, apa yang akan terjadi pada Tatyana, kehidupannya dan keluarganya?

chap-preview
Free preview
Satu Dunia Tatyana
Perihal jodoh, ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan yang berjodoh akan dipertemukan apabila laki-laki  telah lelah dengan pencarian dan perempuan telah lelah dengan penantian. Aku percaya dengan itu karena aku bertemu dengannya di tengah lelah ku dalam penantian. Namaku Tatiana, seorang perempuan yang masih berstatus lajang di usia yang sudah menginjak 28 tahun. Yah tentu, bukan sebuah aib apabila seorang perempuan di kota metropolitan yang sudah menginjak usia matang masih melajang. Justru akan nampak aneh apabila menikah muda di tengah hingar-bingar kota yang menggoda. Aku tidak menyesali pilihanku menjadi lajang di usia sekarang, walaupun ada perasaan iri dan dengki ketika satu persatu sahabat-sahabatku mengikrarkan janji suci. Ya seperti saat ini, ketika aku terduduk sebuah mimbar panjang dan menyaksikan salah seorang sahabatku sedang mengikrarkan janji suci. Ya tentu saja aku bahagia, siapa yang tidak bahagia apabila sahabatnya sedang merengkuh masa depan bahagia. biarpun ada kesan di dalam hatiku bahwa aku takut menjadi kesepian.  “Nathan dan Eleanor terlihat serasi ya kan?” tanya Jonathan, sembari memberikan segelas wine agar hatiku tidak panas. “ya iyalah jelas wetan serasi mereka pacaran juga dari kuliah.” tugasku. Jonathan Menatapku dengan tersenyum, ya ia seolah paham betul dengan perasaan yang kurasakan. bagaimana Tidak, aku ada seorang perempuan yang sangat sulit untuk mendekati dan didekati oleh laki-laki. mungkin karena sifatku yang terlalu dominan dan juga dingin dan laki-laki memimpikan seorang pasangan hidup yang anggun dan ramah. Aku tidak yakin kapan terakhir aku pacaran, yang jelas waktu itu umurku masih belum terlalu matang untuk mengenal cinta. Kedewasaanku-pun  masih belum cukup untuk menerima patah hati. yang jelas patah hati itu membuatku merasa trauma dengan sebuah hubungan yang kau tahu terdengar menjijikkan dan penuh kebohongan. “Mau  sampai kapan kau akan membenci laki-laki sedemikian nya?” tanya Jonathan. “hei ralat perkataanmu Aku tidak pernah membenci siapapun.” Tukasku meneguk anggur dengan lebih banyak. Jonathan menatapku dengan tatapan yang mengejek, ya dadah satu-satunya orang yang pasti tahu tentang perasaanku. Tidak tidak Jonathan tentu tidak memiliki perasaan denganku, karena kita adalah dua orang yang kebutuhan bertetangga dan hubungan kami terlalu dekat selayaknya saudara kembar. Kami bersahabat sejak TK, dan dia tahu cerita hidupku yang mengerikan. Kini kami telah sama-sama tumbuh menjadi manusia dewasa. Jonathan adalah seorang dokter tampan di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Dengan profesinya itu akan banyak sekali perempuan yang antri untuk mendapatkan hatinya. Tapi percayalah bahwa Jonathan bukan orang yang asyik untuk diajak berkencan, karena dia terlalu membosankan, absurd dan terkadang terlalu healthy freak.  “Oh ya ampun Tatiana, Jonathan.”sapa seorang temanku yang aku tidak yakin betul siapa namanya dan di mana kami pernah berjumpa. tapi pastikan dia adalah teman lama kami, mungkin teman SMP atau teman SMA.  “Maretha.” siapa Jonathan dengan hangat, oh ya ampun mareta. Mereka adalah seorang gadis populer di SMA kami. Sekaligus juga mantan Jonathan yang paling lama, dan tentu saja aku ingat alasan mereka putus apalagi kalau bukan karena aku. Pada waktu itu Marita begitu cemburu denganku. kecemburuan yang tidak mendasar dan  absurd. Dan di usianya sekarang dia tidak secantik waktu itu. Ya tentu aku ingat betul bagaimana bentuk fisiknya di masa muda. Dia adalah seorang cheerleader dengan tubuh rampinging yang digilai oleh banyak laki-laki di SMA kami dulu. apalagi dia adalah seorang yang cerdas karena sering mengikuti olimpiade internasional. Tapi lihat ya sekarang, aku tidak bermaksud bodyseming hanya saja dia terlihat berbeda dan nampak tidak lebih baik dari pada waktu itu. Ya mungkin komentarku terlalu jahat, hanya saja itu kenyataannya. Aku tidak yakin kapan ia menikah karena dia tidak mengundangku dan juga Jonathan, tapi yang jelas dia menikahi seorang pria yang tampan dan juga ayah dan telah dikaruniai dua orang anak yang cantik. Melihatnya sekarang mungkin dia nampak bahagia meskipun dengan tubuh yang tidak sesempurna waktu itu. Jonathan mencium pipi kanan dan kirinya seperti tidak ada kecanggungan padahal ia sedang diamati dengan tajam oleh suami mareta. dari titik sorot mata mareta aku yakin sebenarnya masih ada sedikit rasa untuk Jonathan yang bodoh itu. tapi apa daya takdir berkata lain,Jonathan sibuk dengan karir kedokterannya dan Marita sibuk mencari sugar Dady untuk dinikahi. “gue kira kalian berdua nggak datang” ujar Marita basa-basi. “sejak kapan Jonathan nggak datang ke pernikahan teman-teman kita, bukannya elu yang nggak pernah dateng Ke pernikahan temen-temen?” tanya aku tidak salah sengit. Tatapan matamu Marita nampak Judas melihatku, seperti tatapan harimau yang siap memangsa. Aku hanya tersenyum menyombongkan bahwa kini akulah perempuan yang berada 1 titik di atasnya. Iya tentu dendam itu masih ada, teringat kejadian berpuluh-puluh tahun silam ketika kami berdua berseteru. Aku ingat betul apa yang diucapkannya, ucapannya yang membuatku terus melangkah meskipun kakiku berdarah darah.   aku bukanlah seseorang yang berangkat dari keluarga yang ideal. Bahkan jauh dari kata ideal, tidak seperti Marita yang berasal dari keluarga yang l tidak pernah tahu susahnya hidup. Merasakan rasanya kehangatan keluarga sepertinya aku sudah lupa. Bertemu dengannya membuat menghitung sudah seberapa lama aku merasakan sendiri dan kesepian. “Marita” siapa teman-teman kami di histeris. Mereka terlalu berlebihan ketika membicarakan tentang Marita. padahal di belakangnya Marita hanyalah sebuah bahan untuk digosipkan dan digunjing. Terutama tentang bentuk tubuhnya yang tidak lagi nampak seperti gitar Spanyol. Acara pernikahan adalah sebuah tempat di mana kawan-kawan lama berkumpul dan berbicara tentang nostalgia. aku tidak punya banyak teman di sekolah sehingga aku tidak memiliki banyak cerita tentang nostalgia bersama mereka. Bahkan keberadaanku saja kalau itu seperti diabaikan. Tidak ada yang peduli aku bernafas atau tidak, karena waktu itu aku sibuk mencari uang untuk membiayai hidupku sendiri.  Dikala anak-anak SMA pada umumnya masih meminta uang kepada orang tuanya, sedangkan aku harus banting keringat berdandan dan berdiri berjam-jam jam jam untuk menjadi kerja sebagai SPG agar tidak sekolah ku terpenuhi. Tentu hidup foya-foya, memiliki barang-barang bagus, memuliki barang-barang dengan teknologi terbaru adalah mimpi belaka bagiku waktu itu. Tapi entah mengapa aku merasa bangga dengan diriku waktu itu.  “Sumpah parah Marita tepah seseorang yang luar biasa setidaknya di mataku” Jonathan di dalam mobil. Setelah acara pernikahan Nathan dan Eleanor kami segera pulang. Tentu alasannya karena hari sudah larut, dan badan kamu sudah terlalu lelah untuk melanjutkan cerita-cerita nostalgia yang pasti tidak berpenghujung. Dan juga kami lelah untuk memamerkan pekerjaan dan harta benda yang tentu saja kami lebih-lebihkan.  “Tolong lihat Nathan dan Eleanor. Nggak pengen nyusul nikah gitu?” tanyaku pada Jonathan. “Kenapa Lo mau nikah?” tanya Jonathan sangit. tentu saja aku mengangguk sedangkan sunatan hanya menatapku dengan tatapan mengejek. “emang udah ada calon?” tanyanya lagi, aku menggeleng dengan sedih. “Lo pengen gua nikahin Lo?” tanyanya. “dih, udahlah nikah sama lu. Ya kali gue sama elu udah berbagi nafas dari TK, ya kali gue juga mau berbagi nafas seumur hidup gue sama lu. Nggak ada opsi yang lain ya emang?” tanyaku. “hmm, sebenarnya ada sih temen gue yang kebelet nikah juga.” beritahu Jonathan. “Nih gini nih lu, gimana gue nggak jomblo coba. Lu punya teman-teman banyak cowok cowok tajir, cowok-cowok dewasa, cowok-cowok keren tapi lu nggak pernah marah lagi sama gue.” Omelku padanya. “dih emang lu punya temen-temen cewek cantik pernah lo kenalin sama gue?” tanya Jonathan tak mau kalah. “Vanessa, Charlie, Widi, Mita.... Lo aja yang pemilih makanya lu jomblo.” Seruku. Jonathan terkekeh. “ya udah ya ya gue kenalin dulu sama temen gue. Tapi anaknya nggak sayang sengklek sih, pas pembagian otak dia lagi boker makanya otaknya cuma kebagian separuh dan itupun sisa sisa. Gue cuman bisa mastiin kalau dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab karena Lo tahu lah cowok-cowok yang anak mami itu kan pasti bertanggung jawab.”  “Dih stereotip banget sih. lo aja deket sama nyokap lo tapi nggak bertanggung jawab, sekarang gue tanya deh udah ada berapa perawan yang kau habisin??” tanyaku Jonathan tersipu. “Nggak usah mulai deh lo gue tunggu di depan jembatan nanti.” Ancamnya. Aku tersenyum, malam itu Jonathan mengantarkanku pulang. tempat yang menurutku paling nyaman selain pemakaman Ibu apalagi kalau bukan apartemenku yang gelap dan terlalu sempit. Tidak tidak sebenarnya aku tidak sesempit itu. hanya saja ada banyak barang yang dibeli dan aku tidak punya tempat untuk mewadahi nya makanya kenapa kamarku terlihat berantakan dan tidak tahu tah dan itu membuat efek kamarku terlihat sempit.  Jonathan mengantarkanku sampai lobby depan apartemen. Akun aja kamar ku seorang diri dan kembali merasakan kesepian. Aku sengaja tidak menyalakan lampu yang padam, segera aku masuk kamar mandi membersihkan make up-ku kemudian tidur.  Pagi datang menyapa , Aku sedang membuat bekal untuk diriku sendiri untuk makan siang. bagaimanapun aku perlu menjaga tubuh untuk tetap ramping karena pekerjaanku menuntutku untuk  tampil sempurna. Aku adalah seorang manajer digital marketing di sebuah perusahaan multinasional. Pekerjaanku tentu saja berhubungan dengan dunia digital marketing, konten dan juga penulis kepenulisan SEO. Kerjaan yang telah menyita waktuku dan juga masa mudaku tapi entah mengapa aku sangat bahagia menjalaninya. Kecintaanku kepada pekerjaan yang membawaku berada di posisi ini. Pengorbanan yang penuh air mata dan perjuangan yang berdarah-darah. karena pekerjaanku ini pula yang mengenalkanku kepada destinasi dunia yang mengagumkan. siang ini aku ada jadwal meeting dengan seorang travel agency yang akan bekerjasama dengan perusahaan ku. nilai investasi yang memberikan cukup menarik juga tawaran jalan-jalan dan bonusan yang jujur saja membuatku tergiur. Pak Hendra tentu saja adalah orang yang paling mata duitan yang sulit untuk menolak tawaran travel agency itu. Dia bahkan mati-matian memperjuangkan agensi tersebut untuk bekerjasama dengan perusahaan kami. yang sebenarnya perjuangan itu adalah perjuangan yang paling konyol yang pernah ia lakukan. Aku tidak tahu apa keuntungan baginya hanya saja aku yakin pasti ada kecurangan di dalamnya.  “Tau nggak sih kamu benar dari travel agency itu cakep parah.” puji resepsionis ketika memberikanku setelah sekopi dan juga kunci ruanganku. “siapa?” aku ikutan nimbrung. “namanya Bapak Naufa Ezhar. Masih muda cakep dan tajir melintir Bu.” Jelas resepsionis itu yang hanya bisa membuatku tersenyum di sudut bibir. bertemu dengan orang-orang sejenis lelaki itu adalah hal yang biasa di dunia kerja aku. bagaimana tidak sebagai sebuah agensi promosi berskala internasional sudah barang tentu orang-orang yang berhubungan dengan ku adalah konglomerat-konglomerat yang kekayaannya tidak masuk akal. Tentu orang-orang berjuiz akan nampak shining shimmering and  Splendid.  “Tatiana kau perlu dengan perusahaan ini, Aku belum punya feeling bagus tentang agency milik Naufa Ezhar.” Ujar pak Hendra menekanku. Aku hanya terkekeh, terkadang Pak Hendra berubah menjadi cenayang apabila ia mencium bau pundi-pundi keuangan. Bisa dikatakan bahwa 80% ramalannya memang benar. Mengapa agency kami berkembang begitu besarnya. tentu apa kamu ikuti kemauan Pak Hendra karena dia adalah penanggung jawab dari divisi marketing.  siang ini laki-laki itu mengajakku untuk makan di sebuah restoran mewah yang tidak jauh dari kantor. Dia akan datang bersama sekretaris dan 2 orang staf nya, sedangkan aku akan berjalan seorang diri memaparkan hal-hal yang seharusnya. Kemungkinan meeting ku dengan agensi travel ini akan memakan waktu seharian. dan tentu saja seperti ini akan membuatku lelah karena aku harus menjelaskan hal-hal yang perlu detil yang mana Aku nggak masalah komunikasi tapi aku dituntut untuk terus profesional meskipun keadaan hatiku sudah tidak baik hari ini. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan suasana hatiku ini terasa buruk hari ini. Pikiran aku sudah tidur nyenyak dan makan sehat. Tapi entah lah siapa yang peduli. setelah aku menggunakan make up dan tentu saja menggunakan pakaian yang sepantasnya aku menemui pria itu. Seorang sopir kantor menjemputku di lobi, dengan segera kami meluncur ke restoran yang dimaksud. Benar saja restoran itu terlalu mahal sampai-sampai tidak ada seorang pun yang datang. Ya mungkin ada beberapa orang yang yang datang dan menjalankan sebuah bisnis yang serius. Seorang resepsionis menanyaiku Ketika aku membuka pintu, ya bertanya apakah aku sudah melakukan reservasi hotel karena siapa pun yang datang ke tempat itu memerlukan servasi terlebih dahulu. Reservasi itu membutuhkan waktu 1 minggu, kuberitahukan kepadamu bahwa terkadang orang orang kaya itu aneh. “Atas nama Nadeon Travel, Naufa Ezhar.” beritahu kepada resepsionis.  Resepsionis itu mengangguk, seseorang datang dan memberikan ku segelas air putih Dan menggiringku untuk bertemu agency terkait. “selamat siang dengan Nadeon travel?” tanyaku pada mereka. Mereka yang sedari tadi bercanda kemudian senyap ketika aku bergabung. Aku bukanlah orang yang enak ketika baru pertama kali berjumpa dengan orang yang baru, tapi bukan berarti aku tidak mudah bergaul. entah mengapa aku dikutuk memiliki wajah yang terlalu tegas sehingga membuat penampakan ku terlihat Judas. Tidak banyak orang yang tahu kalau hatiku bahkan lebih baik mungkin dari siapapun. Mereka terdiri dari 4 orang dua diantaranya adalah ah ah perempuan dengan penampilan yang kau tahu sosialita. Nampak dari pouch dan peralatan elektronik yang mereka bawa. “dengan ibu Tatiana?” tanya salah satu dari mereka dengan ramah. Aku mengangguk, kemudian seorang pria yang duduk paling dekat denganku berdiri segera bangkit dan membukakan kursi untuk kududuki. “silakan duduk ibu Tatiana” seluruhnya dengan sopan. Ibu“tatyana sudah memesan?” tanya perempuan yang baru tadi menyapaku. “yah aku butuh air es karena kau tahu diluar sangat panas” pintaku tanpa malu-malu sekaligus memecah kerikuhan. “jadi... “ tanyakan kepada mereka sekaligus mencari sosok bernama Azhar.  “belum datang kok bu tenang saja, dia baru saja landing dari Seattle. Sopir kami telah menjemputnya Ada kemungkinan di jalan macet. Bisakah Ibu Tatiana menunggu sebentar, tatyana tidak ada kesibukan lainnya kan?” jelas perempuan tadi. Aku tersenyum ya bgitulah orang kaya dengan dengan perilaku mereka yang tidak beradab dan seperti tidak punya sopan santun. Mereka mungkin diajari bagaimana cara mudah mendapatkan uang, bagaimana cara instan untuk hidup enak tanpa memperjuangkan apapun, tapi satu hal yang mereka tidak pernah pelajari adalah tentang etika. Bagaimana cara bisa menghargai seseorang bahkan yang tidak berasal dari satu kasta.  Ya tentu aku paham mereka tidak butuh uang, mungkin mereka adalah orang-orang skeptis yang tidak menyetujui bahwa waktu adalah uang.  Aku bukanlah orang yang mudah untuk berkenalan di lingkungan baru. Mereka adalah orang-orang yang ramah dan bekerja dengan profesional. Meskipun mereka adalah orang-orang yang ramah dan bisa mencairkan suasana. Berulang kali yang membuka hatiku mengecek jam, ataupun mengecek pesan-pesan yang masuk dari email. Waktu berjalan begitu lambat nya, mereka malah tertawa dan bercanda dan aku merasa mereka sudah berusaha untuk mencuri waktu yang berharga. Hingga tak lama, ketika waktu menunjukkan pukul 4 sore. Dimana seharusnya waktu jam kerja aku berakhir di jam 5 sore. Derap langkah kaki mendekati kami, memecah keheningan diantara mereka yang sedang bergosip. Langkah kaki yang begitu pasti dan terdengar begitu tegas. Aku menambahkan leherku dan aku melihat sosok tampan sudah berjalan mendekati kami. “Ibu Tatyana, perkenalkan Pak Naufa Ezhar.” kenal seseorang yang mengaku sebagai sekretaris nya. Aku segera bangkit dari dudukku, membalikan kepalaku untuk menyapa orang tersebut. Segera aku menatap wajahnya, lelaki yang bisa dikatakan good looking. Segera aku menjabat tangannya. “Ibu Tatiana sudah lama menunggu maaf ya bu.” ucapnya mempersilahkan aku untuk kembali duduk. “sebenarnya waktu saya bekerja tinggal 1 jam lagi.” sindir ku mengatakan kejujuran. Lelaki itu tersenyum, tidak sama sekali ia menampakkan wajah berdosa karena telah membuang-buang waktuku dengan sia-sia. Dari situ aku bisa menilai bahwa dia bukanlah orang yang berkomitmen dan berkompeten. Bukan juga orang yang enak untuk dijadikan mitra bekerja sama.  Ya tentu apa begitu piki dan pemilih dalam urusan pekerjaan dan berelasi dengan seseorang. Ya ya mungkin saja ini ada efek Aku adalah orang yang introvert, apa orang yang terlalu keras terhadap prinsip-prinsip yang ku genggam. Pembicaraan bisnis itu berjalan dengan main-main, sesuatu hal yang seharusnya serius tapi dijadikan bahan bercandaan. ya yah aku tahu kalau harusnya di jam-jam segini adalah waktunya orang-orang bersantai. Bisa saja membicarakan tentang sepak bola, ataupun hal-hal lain yang tidak penting. Tentu saja mereka tidak perlu untuk bicarakan yang di depanku. aku yang sudah menunggu hampir seharian dan hanya untuk mendengarkan gosip tentang sepak bola.  Aku hanya tersenyum menatap mereka yang asyik berbicara. Aku tidak butuh waktu lama untuk membaca kontrak kerja itu karena sudah pasti aku akan menolaknya. “jadi bagaimana Ibu Tatiana apakah anda tertarik dengan proposal kami?” tanya Bapak Naufal Azhar dengan santainya.  “kapan saya rapat dan kembali ke dengan dewan dewan direksi.” ucapku dengan penuh keangkuhan.  “saya pikir pertemuan ini sudah lebih dari cukup. Saya mohon untuk undur diri. Terima kasih pak traktiran nya dan sampai berjumpa kembali.” pamit ku sebelum pergi. Aku pulang dengan penuh kesal, jalanan macet membuatku makin marah. Ya bagaimana bisa mereka menghabiskan waktuku hanya untuk sesuatu yang tidak penting. Mereka mencuri waktuku untuk perbincangan yang tidak tahu di mana juluntrungnya. lebih parah lagi aku merasa mereka telah merusak agenda sore ku. hari ini aku ada jadwalkelas  yoga yang sudah kupesan lima hari lalu, dan harus dibatalkan untuk pembicaraan yang tidak faedah. kutarik napasku panjang-panjang, napas yang begitu dalam yang menandakan bahwa aku hampir berada di batas lelahku. aku lelah dengan urusan duniawi ini, ada satu titik dimana aku-pun ingin menghentikan semuanya. aku ingin meninggalkan semuanya, maksudku bisa saja aku mencari kehidupan yang baru. kehidupan yang santai dan penuh kedamaian. ya, kedamaian. sebuah istilah yang sampai detik ini pernah kurasakan bahkan disaat aku terdiam sekalipun. aku selalu bermasalah dalam hal kesepian, mungkin itulah efek dari perpisahan kedua orang tuaku. dalam hdiup aku selalu mendifinisikan diri bahwa aku adalah akibat. akibat yang terbentuk kaen adanya sebab. sebab yang tidka pernah berhasil untuk kupahami.  ada dalam satu titik hidupku, aku menyalahkan keadaan. dimana seharusnya aku menjadi apa, tapi semesta memojokkanku pada masalah yang tidak pernah berhasil menjawab bagaimana, ataupun kenapa. ya, semesta selalu meojokkan aku pada situasi yang mempertanyakan untuk apa. yang bahkan sampai detik ini aku tidak pernah tahu jawaban dari untuk apa. lucu bukan. “kenapa lo bu?” tanya Jonathan ketika aku menelponnya malam-malam hanya untuk menemaniku memakan makanan diet yang terasa hambar. “taulah… pusing gue. ada klien sumpah nyebelin parah. masa ya gue udah nungguin dia dari siang, dimana lo tau kan waktu gue tu mahal parah. dan gue habisin cuma buat dia yang dateng telat dan gak faedah pembicaraannya.” curhatku kepadanya. “wkwkkw.” Jonathan tertawa. “lo tu mau sampe kapan masalah kantor lu bawa pulang kerumah?” tanya Jonathan memahami karakterku. “yaa nyebelinlah buat gue, dan untung aja sih ni mas-mas cakep. kalo udah gak cakep gak pinter dan dia miskin kelar dah urusan dia di dunia”  ujarku kepada Jonathan. “dan lo tau gak sih, matanya dia itu jelalatan enggak suka banget gue.” ceritaku kepadanya. “Ta…” panggil Jonathan dalem. “hmm.” gumamku. “sampe kapan lo mau ngritik hidup orang??” tanya Jonathan. “nobody perfect Ta.” beritahu Jonathan. yayaya, Jonatahn adalah temanku yang sangat amat tidak menyukai pergibahan. padahal gibah adalah hal yang paling mengasikkan didunia ini. “eh btw, gue ada nih voucher jalan-jalan ke Bali 2 hari, lo mau??” tanya Jonathan menawariku. aku segera mencari kalender, dan melihat ada dua tanggal merah dan satu hari hitam yang terjepit diatara dua tanggal merah. “tanggal 24-25 Juni. ntar gue kirim email deh vouchernya.” jelas Jonathan. “pas liburan tuh, yaudah gue ambil. voucher buat berapa orang siapa yang sponsorin?” tanyaku. “asuransi kesehatan, sebenernya gue pengen ambil tapi tanggal 26 gue ada jadwal bedah bareng dokter eri. daripada hangus kan yee.” jelas Jonathan yang membuatku tersenym. “udah gue kirim email, cek yaa. lo mungkin kena biaya bagasi sih, sama makan beli sendiri di pesawat.” beritahu Jonathan. “hehehe, elo emang sahabat gue yang paling baik deh Jo. gak ada duanya., yaudah gue mau tidur dulu. bye Jo.” ujarku mematikan telepon. aku menaruh kepalaku diatas bantal, sembari rebahan aku menatap ke langit-langit atap. bintang-bintang yang kulukis di plafon mengeluarkan cahaya glow in the dark yang meskipun berbentuk absurd tapi membuatku merasa terhibur. ya, semudah itu aku menghibur diri. meskipun sebenarnya tidak pernah ada dilam perasaanku aku benar-benar terhibur. kini dalam posisiku, hanya kelelahan yang membelenggu. belum lagi ketika kesepian-kesepianku terkesiap menjadi sebuah kalimat yang menghukumku. kesepian yang membuatku bermuram durja.  aku menerka, kapan aku bisa merasakan rasanya utuh? 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
614.2K
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

Mengikat Mutiara

read
142.5K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

The Unwanted Bride

read
111.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook