Glores 1 - Pantai Pulau Glores

1089 Words
Glores 1 - Pantai Pulau Glores Liburan merupakan saat yang di nanti-nantikan. Sudah lama sekali mereka ingin berlibur ke pulau ini, tapi tidak jadi terus. Akhirnya hari ini mereka bersiap-siap untuk pergi ke pulau Glores. Pulau yang sangat indah yang viral baru-baru ini. Rencananya mereka akan berlibur selama satu Minggu. Mereka harus bersenang-senang di pulai indah ini. Karena tidak semua orang bisa berlibur ke pulau ini. Sayang sekali pulau Glores yang indah itu. Baru terekspos baru-baru ini. Padahal kalau lebih di ekspos lagi. Pasti banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau ini. Varrell Hillton, anak dari Nathalia dan Vineco Hilton. Dia sangat tampan dengan kulit putih dan betubuh tinggi sepeti ayahnya. Ayahnya menghilang saat usianya baru sepuluh tahun. Sampai saat ini belum tahu keberadaannya di mana ayahnya. Semetara Nathalia adalah seorang cenayang yang berasal dari pulau Glores. Pantas saja ia selalu melarang Varrell untuk tidak kembali ke pulau kelahirannya. Kemampuan cenayang ibunya, Varrell juga memiliki itu. Garis keturuan cenayang sangat kuat dalam sejarah keluarga Varrell. "Sudah mau sampai kan Varrell?" Tanya Bianka. Karena hanya Varrell yang tahu jalan menuju ke pulau Glores. "Iya sudah mau sampai," sahut Varrell. Bianka Rosmery, anak tunggal yang bosan di rumah karena orang tuanya sibuk bekerja. Dia mencari kesenangan dengan bergabung di komunitas pencinta hantu di sekolahnya. Dia tidak percaya hantu. Semua yang masuk ke komunitas hantu. Belum pernah melihat hantu sama sekali. Ada beberapa yang pernah melihat. Namun, yang ikut ke pulau Glores ini belum pernah melihat secara langsung. Terkecuali Varrell saja yang memang sejak kecil sudah terbiasa dengan para makhluk yang tidak kasat mata. "Kamu sudah hubungi penjaga vilanya kan, Rell?" Tanya Richard sambil terus fokus ke jalanan. Karena Richard sedang menyetir. "Sudah," jawabnya singkat. Richard Glowwin ini adalah kakak senior sekaligus ketua komunitas pencinta hantu. Dia juga pernah mengalami hal mistis di rumahnya. Namun, tidak sampai melihat penampakan. Hanya melihat beberapa kejadian aneh saja. Kejadian aneh yang membuat Richard penasaran dan ingin mengungkapkan kejadian itu. "Katanya pulaunya berhantu loh!" George mulai mengosip. George Rush, anak menyebalkan ini tertarik masuk ke komunitas pencinta hantu. Karena dia juga tidak percaya dengan adanya hantu. Meskipun seperti itu, ia selalu menyebarkan gosip yang belum tentu benar adanya. Dia itu memang Bigos alias biang gosip di kampus. "Jangan mengada-ngada deh. Nanti di datangi betulan kamu malah ngompol di celana!" Timpal Erika. Ia tahu betul George si penakut itu hanya pura-pura berani saja. Erika Wingshton, cewek jutek yang memang tidak pernah di saring ucapannya. Erika bergabung ke komunitas hantu. Karena ia menyukai Zafran, dia juga sering melakukan permainan untuk memangil arwah atau hantu. Erika tidak pernah takut sama sekali. Dengan yang namanya hantu. "Iya, enggak usah ngomongin hantu. Buat apa kita masuk komunitas pencinta hantu, tapi takut sama hantu," ujar Zafran yang mulai bersuara. Dari tadi dia sedang membaca tentang legenda urban. Dia memang paling suka membaca buku yang isinya mistis semua. Makanya dia masuk ke komunitas pencinta hantu ini. Zafran Ghani cowok kutu buku yang sangat pintar, tapi meskipun kutu buku. Zafran tidak terlihat cupu atau layaknya anak kutu buku lainnya. Zafran lebih rapih dan terlihat zangat tampan. Pantas saja Erika sampai suka pada Zafran. Namun, Erika tidak berani mengungkapkannya. Ia hanya menyimpannya dalam hatinya saja. Bisa dekat dengan Zafran di komunitas pencinta hantu saja sudah membuatnya senang. Bebeapa menit kemudian mobil berhenti di depan vila antik. Dari luar sangat sedikit menakutkan. Namun, mereka tidak takut sedikitpun. Di dalam Vila ada banyak kamar. Ada delapan kamar, vilanya memang cukup besar. Mereka heran, ternyata vilanya lebih besar dari dugaan mereka. Vila sebesar ini harga sewanya sangat murah sekali. Di bawah ada empat kamar. Di atas ada empat juga. Mereka memilih kamarnya masing-masing. Tadinya mereka menyangka hanya ada dua kamar. Jadi mereka kan memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Kalau seperti ini mereka tidak usah ambil pusing. Anggap saja menginap di hotel. Bisa dapat kamar masing-masing. Tidak tahu saja vila ini dulunya adalah rumah Nathalia dan Varrell saat tinggal di pulau Glores. "Kita mau kemana sekarang?" Tanya Zafran. "Pantai!" Teriak mereka. "Kamu tahu letak pantainya kan, Rell?" Tanya Richard. "Tahu dong, yuk!" Varrell bagaikan petunjuk arah mereka. Sejak menginjakan kaki di pulau Glores. Perasaan Varrell tidak enak. Selain memang sudah melanggar larangan ibunya, untuk tidak pergi ke pulau ini. Ia juga melihat beberapa makhluk astral sepanjang perjalanan tadi. Pantas saja ibunya kabur dari pulau ini. Karena di sini begitu sangat menyiksanya. Mereka bergegas menuju pantai. Sesampainya di sana mereka langsung masuk ke dalam air. Bermain ombak dan saling kejar-kejaran. Membuat mereka bahagia hari ini. Melepaskan penat di sibuknya tugas kuliah. Memang berlibur sangat pas untuk penawarnya. Richard, Varrell dan Zafran melakukan surfing. Dengan mahirnya mereka berdiri di atas papan surfing. Sepertinya mereka sudah bersahabat dengan ombak. Mereka bertiga tidak pernah terjatuh dari papan surfing itu. "Kamu kenapa enggak ikut surfing? Takut ya?" Sindir Erika seperti biasa menyebalkan. "Enggak kok, memang aku enggak bisa saja. Lebih suka bernenang dari pada surfing. Kamu juga kenapa engga surfing?" George balik nanya. "Kalau bisa, dari tadi aku ikutan!" Tukasnya. Sepertinya Erika ini sangat suka sekali ngajak ribut temannya. "Hei kalian! Dari mana kalian berasal? Kenapa ada di sini?" Tegur kakek tua yang baru saja datang ke pantai. Menganggu orang yang sedang liburan saja. "Maaf pak, bapak siapa ya?" Tanya Bianka. "Saya Mondy tetua di pulau Glores ini. Kalian pasti pendatang baru. Lebih baik kalian sekarang pulang. Sebelum bahaya dan malapetaka datang menghampiri kalian." Kakek Mondy memberikan peringatan. "Pak, kami ke sini itu untuk liburan. Memang ada bahaya apa sih di pulau seindah ini?" Tanya Erika. "Fear Gezaus akan menghampiri kalian, kalau kalian tetap berada di sini!" Tegas kekek Mondy. "Siapa Fear Gezaus itu?" Tanya Zafran yang baru saja selesai surfing. "Kalian tidak perlu tahu siapa dia. Yang jelas, kalian harus pergi secepatnya dari pulau ini," tegas kakek Mondy. Kemudian pergi meninggalkan mereka berenam. Varrell masih mematung sepeninggalan kakek Mondy. Rasanya ia pernah mendengar tentang Fear Gezaus dari ibunya. Legenda urban yang menjadi misteri sampai sekarang. Fear Gezaus, hanya orang yang tinggal di pulau Glores saja yang tahu tentang Fear Gezaus. Mereka memutuskan untuk pulang ke vila. Tadinya mau masih main di pantai, tapi mood mereka rusak. Karena kedatangan tetua pulau Glores itu. Mereka mengabaikan peringatan dari tetua itu. Sejauh ini tidak ada hal buruk yang terjadi. Seenaknya saja mengusirnya dengan mudah. Padahal untuk menempuh perjalanan ke sini tidak mudah. Karena medan jalan yang tidak begitu bagus. Dan jalannya juga berkelok-kelok. Herannya Varrell sangat hafal jalan ini. Tentu saja, Varrell lahir di pulau ini. Sudah pasti ia tahu jalan yang berada di pulau Glores.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD