PROLOG

352 Words
Pada jaman modern ini, mayoritas manusia tidak tahu bahwa mereka hidup berdampingan dengan sosok lain yang berwujud manusia tapi mempunyai kekuatan yang sangat besar. Sosok itu adalah titisan dari para dewa (dewi) yang sudah hidup dari jaman dahulu kala. Pada jaman dahulu, tidak sedikit dewa yang membantu manusia untuk melangsungkan hidupnya. Bahkan manusia berperang satu sama lain dengan menggunakan kekuatan para dewa. Namun sejalannya waktu, kehadiran para dewa tidak diakui oleh manusia karena perbedaan mereka yang terlalu jauh. Satu per satu para dewa pun menghilang dari peradaban dan eksistensi mereka diklaim oleh manusia sebagai cerita fiktif supaya manusia mempunyai kuasa yang paling tinggi di dunia ini. Sekarang ini, data mengatakan bahwa dewa yang tersisa di muka bumi ini hanyalah titisan dari 7 dewa pendosa (7 deadly sins of God). Mereka diakui sebagai titisan dewa yang paling mudah untuk berbaur dengan manusia, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh manusia dan bahkan mayoritas manusia di dunia ini tidak menyadari keberadaan mereka. Saat ini belum ada informasi lengkap mengenai berapa banyak dan di mana saja titisan dewa yang masih hidup tersebut. Di buku ini, saya akan mencoba menjelaskan sejarah dan informasi penting mengenai para titisan dewa yang tersisa. Aku membaca ringkasan pada sampul belakang buku yang dibawa oleh Lynx dengan kebingungan. Lynx mengambil bukunya dan tidak membiarkanku untuk merebutnya kembali. "Kamu suka buku fantasi seperti itu?" tanyaku saat melihat Lynx menjaga bukunya seperti barang penting kepunyaannya. "Menurutku tidak masuk akal." "Kenapa tidak masuk akal?" tanya Lynx mengerutkan dahinya. "Aneh sekali kalau dewa yang kuat seperti Zeus bisa menghilang. Mereka kan punya kekuatan yang sangat besar." "Dewa yang dikenal oleh manusia biasanya mempunyai kekuatan yang sangat kuat. Keberadaanya semakin lama tidak diperlukan oleh manusia. Dan biasanya mereka akan lebih sulit untuk berbaur karena manusia mengenal para leluhur nya," kata Lynx dengan sorot mata yang terlihat yakin. Sekarang giliran aku yang mengerutkan dahi. Kata-kata Lynx maupun prolog cerita itu terlalu sulit dicerna untuk anak 9 tahun sepertiku ini. "Kamu sudah membacanya sampai akhir kah? Apakah kamu punya banyak buku di rumahmu?" Lynx mengangguk-angguk menjawab pertanyaanku. "Aku akan mengajakmu ke rumahku, Rui. Aku akan menunjukkan banyak hal di sana."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD