Guru Baru

1023 Words
"Anjir ... gila gila gila. Guru baru pengganti Bu Yani ganteng abis. Sumpah dia kek oppa korea!" seru Naomi yang tiba-tiba datang lalu duduk di samping Shofia. "Lalu?" tanya Shofia acuh, matanya fokus pada kuku jari jemari tangan kirinya yang sedang dicat dengan kutek warna bening. "Kalo gini caranya, aku pastikan bakal fokus di pelajaran matematika dan gak bakal bolos sama sekali!" ujar Naomi. "Huh, seganteng apa sih? Gak bakal bolos? Aku gak yakin sama omongan kamu!" Shofia menyimpan cat kukunya ke dalam pouch. Kini ia membalikan badan dan fokus pada teman di sampingnya. "Hahhh ... dasar kamu tuh ya, mentang-mentang cantik dan populer sok gak peduli sama yang kataku ganteng. Awas aja kalo nanti juga suka!" cerca Naomi. "Ha ha ha ... ogah suka sama guru, ketuaan!" ledek Shofia. "Kamu belum lihat Shofia. Dia gak setua yang kamu kira. Aku yakin, kamu bakal tarik lagi kata-katamu setelah melihatnya!" jawab Naomi. Bel pergantian pelajaran berbunyi. Tak lama seorang guru masuk ke dalam kelas. Semua orang terpesona begitu ia sampai di ambang pintu. Wajahnya memancarkan sinar bak bulan purnama. Cara berjalannya begitu elegan bak seorang pangeran. Setiap pasang mata menatapnya kagum. "Mulai sekarang saya yang akan menggantikan Bu Yani enam bulan ke depan sampai ujian kalian selesai. Selama pelajaran berjalan, saya harap kalian fokus belajar dan tidak melewatkan satu materi pun. Kalian paham?" ucap guru baru itu dengan suara baritonnya yang terdengar dingin. "Issshhh ... Pak guru ni! Perkenalan dululah! Tak usahlah bahas-bahas pelajaran di pertemuan pertama," ujar Rena. Teman Shofia yang duduk paling depan. "Hari ini kita mulai belajar dan saya akan meneruskan materi yang telah disampaikan Bu Yani. Saya harap kalian fokus belajar mulai dari sekarang," tambah guru itu mengabaikan ucapan Rena. Guru baru itu mengambil spidol lalu menulis sebuah kata di papan tulis. RICO NEVENDRA TAMA, dia menulis namanya. Lalu menulis materi tanpa menoleh lagi ke belakang. "Ha ha bisa aja tuh guru! Malu kali ya, kena tegur Rena," bisik Naomi pada Shofia. "Tapi walau gitu dia tetap aja keren!" lanjutnya. "Gak keren kalo belum naksir aku!" jawab Shofia, ia mengeluarkan sebuah liptint alih-alih pulpen dari pouch-nya. "Lah, kamu ngapain ngeluarin liptint segala. Belajar wooyy! Pulpen yang harusnya kamu keluarin!" bisik Naomi dengan suara yang sedikit dikeraskan. "Aku tarik kata-kataku yang tadi. Aku mau bikin dia naksir, sebelum aku naksir duluan ha ha!" ucap Shofia santai. "Tuh kan, dasar gak konsisten! Udah gitu pede banget lagi. Eh, gak sih kamu emang cantik, tanpa liptint pun kamu udah cantik kok. Dah lah, buru nulis!" ujar Naomi. Ia mulai fokus ke depan menulis apa yang terpampang di papan tulis. Sedangkan Shofia dengan santai memoles bibirnya dengan liptint andalan berwarna merah jambu. Ia bubuhkan perona bibir itu sedikit agar warna bibirnya terlihat natural. Kemudian ia tutup kembali liptint andalannya. Namun saat ia hendak memasukkannya ke dalam pouch, tiba-tiba liptint-nya jatuh dan menggelinding berhenti tepat di samping kaki Rico. Untuk sesaat Rico menghentikan aktivitasnya. Lalu memungut liptint di sampingnya. Ia menggenggam erat-erat liptint tersebut, tampak sekali dari belakang bahwa ia sedang marah. "Ini punya siapa?" Rico mengacungkan liptint di tangannya. Wajahnya merah padam. Suaranya datar namun menyiratkan kemarahan. Naomi spontan melirik ke arah Shofia. Sedangkan Shofia tertunduk, tangannya memukul kepala merutuk diri, "Bodoh, bodoh, bodoh!" "INI PUNYA SIAPA?!" Rico mengulang pertanyaan dengan suara yang sangat lantang. Semua orang terkejut. Bersamaan dengan itu, mata mereka melirik ke arah Shofia. Ya, siapa pun akan tahu liptint itu milik Shofia. Siswi cantik tapi hobi dandan, yang padahal tanpa make up pun dia tetap cantik. Rico berjalan menuju bangku Shofia, sedangkan Shofia tertunduk tak berani menatap Rico yang ada di depannya. Rico menyimpan liptint milik Shofia di atas meja lalu tangannya mengambil buku catatan Shofia. "Shofia Putri Prameswari." Kemudian ia kembali berjalan ke meja guru, mencari nama di buku nilai kelas 12. "Ck! Pantas saja nilaimu hampir merah semua!" decak Rico dingin. "Shofia! Temui saya begitu selesai jam pelajaran!" lanjutnya. Rico melanjutkan kembali materi sampai bel pergantian pelajaran berbunyi. Selama pelajaran berlangsung semua siswa terdiam tak ada yang berani bercanda. Setelah bel berbunyi Rico segera keluar kelas. "Fyyuuuhhhh, akhirnya selesai juga. Aku hampir kehabisan nafas," ucap Naomi. "Gila tuh guru, baru hari pertama udah bentak-bentakan. Kamu sih, Shofia!" ujar Rena. "Ha ha baru segitu doang!" ucap Shofia santai. "Kamu juga, tadi takut kan?" tanya Naomi. "Gak lah, aku kaget aja sama bentakannya." "Dih, bisa-bisanya kamu santai, padahal kamu yang bikin keributan!" ujar Rena. "Santai aja lah! Aku kan dah biasa dipanggil gini. Palingan nanti diceramahin panjang lebar dan ya ... aku harus mengumpulkan kembali uang jajanku buat beli liptint baru," jawab Shofia. "Eh bukannya tadi liptint kamu dia taruh di meja?" tanya Naomi. "Ah, iya ya. Nah ini!" seru Shofia saat menemukan liptint-nya. "Terus dia bakal ngapain ya?" "Katanya santai aja?! Pokoknya buruan deh temui dia, jangan sampai dia kembali marah gara-gara lama nungguin kamu!" imbuh Naomi. "Hooh, buru! Mumpung guru fisika belum masuk!" tambah Rena. Shofia menyeringai mendengar ucapan Rena. "Dih, malah senyum nyebelin!" ujar Rena. "Aku bakal berterimakasih sama Pak Rico karena panggilannya aku bisa bolos di pelajaran fisika. Ha ha ha … bye bye!" imbuh Shofia. Ia berlari keluar kelas meninggalkan Naomi dan Rena yang kesal karena harus mengikuti pelajaran berikutnya. *** "Jadi memang itu yang suka kamu lakukan di jam pelajaran?" tanya Rico, matanya menatap tajam ke arah Shofia. "Tidak selalu," jawab Shofia singkat. "Dan guru-guru membiarkannya?" tanya Rico kemudian. "Tidak juga." Lagi-lagi Shofia menjawabnya santai dengan kepala tertunduk membuat Rico kesal. "Jadi kamu pernah kena teguran juga?" "Ya!" jawab Shofia singkat. Karena kesal Rico memandang dekat wajah Shofia. Ia menundukkan kepalanya sehingga sejajar dengan kepala Shofia. Shofia mengangkat kepalanya. Mata mereka beradu. Untuk beberapa saat Rico terpaku dibuatnya. "Ekhem!" Deheman Bu Santy mengejutkan keduanya. Rico kembali berdiri dan Shofia kembali menunduk. "Shofia lagi shofia lagi, pasti gara-gara make up lagi!" ujarnya. "Dasar murid nakal gila popularitas!" cecarnya. "Nih ya, Pak Rico, dia itu udah gak mempan kalo cuma diberi peringatan, udah berkali-kali dipanggil ke ruang guru gara-gara make up. Jadi mending kasi hukuman yang lebih berat biar jera," lanjut Bu Santy mengompori. Rico menatap lurus ke arah Shofia sambil memikirkan hukuman apa yang pantas untuknya, sedangkan Shofia sudah merasa kesal menunggu keputusan gurunya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD