T R A G E D I

1174 Words
Senin, musim panas      Hari mengawali langkah gontai pria menenteng tas ransel menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan, wajahnya muram melihat arah sekitar karena pemilik nama Benjamin Edoardo itu harus mengembangkan bisnis ayahnya yang terkesan mendadak. Seminggu kematian ayahnya Ben harus menanggung banyak sekali tugas, mulai dari datang ke acara-acara resmi perusahaan hingga pekerjaan ke luar negeri.      Bukan hal berat memang, tetapi mengenai ini Ben harus melupakan bisnis pribadinya yaitu mensponsori sebuah perusahaan desain tas dan sepatu. "Mulai, ayo mulai Ben! Jangan menyerah!"      Ben memukul setir mobil dengan keras sebelum akhirnya dia meninggalkan jalanan New York di mana ibunya tinggal, kebiasaan setiap hari Senin Ben lakukan selama usianya sudah menginjak 35 Tahun. Pria bermata hijau itu bersiul menirukan suara lagu favorit, tak lama dia tiba di Bandara karena hari ini merupakan kunjungan ke 7 menuju salah satu negara di Asia.      Jam menunjukkan 9 pagi waktu sekitar, Ben sudah mendapatkan tiket juga berkas yang akan dibawa. Seorang wanita yang merupakan sekretaris ayahnya itu mengekor sambil membawa koper berisi pakaian, tetapi Ben merasa tidak enak karena bagaimanapun wanita sudah sepantasnya mendapat tempat istimewa dan dia meminta koper itu.      "Tidak perlu Tuan," wanita itu tersenyum ramah. "Ini sudah tugas saya memberikan yang terbaik untuk perusahaan."      Ben tertawa lirih. "Wah, kau sangat sopan Nona. tetapi, aku pasti terlihat memalukan karena membiarkan wanita membawa koper sebesar itu. Ayo, berikan padaku!"      Pesona itu takkan ada yang dapat menolaknya, termasuk wanita mengenakan jas merah ketika melihat senyuman Ben. "Baiklah, maaf."      Belum pernah Ben menemui wanita ramah yang bisa menghormati dirinya sebagai seorang pemimpin. Karena sikap Ben sendiri yang selalu memperlakukan wanita istimewa seperti ibunya, mereka tidak jarang menyalah artikan sikap Ben. Dan berujung mengajaknya tidur.      "Tidak perlu meminta maaf, kau tidak salah." Mereka berjalan beriringan menuju pesawat. Ben pun tidak harus menunggu lama untuk menemukan tempat duduk sesuai nomor karena dia berada di kabin VIP khusus keluarga Edoardo. Setelah 10 menit berlalu pesawat take out dari Bandara Internasional Heathrow, London.      Selama pesawat lepas landas, Ben sibuk memasang wajah sedih melihat foto-foto ayahnya. Entah di dalam hatinya masih tidak percaya jika semua sudah berakhir, pertengkaran hebat waktu itu menemukan jalan memutuskan segala hubungan. Hingga ayahnya sakit Ben masih saja keras kepala dan enggan menemuinya, sampai terdengar jika ayahnya meninggal dunia barulah Ben benar-benar menyesal.      Setelah membaca surat wasiat bahwa Ben harus menggantikan posisi dan menjadi kepala rumah tangga di keluarga Edoardo. Ben tidak menolak untuk menjalankan suatu misi, mempertahankan ekonomi perusahaan setelah 5 Tahun sepatu jatuh. Lamunan Ben sampai berujung dia seperti mimpi menangis tersedu-sedu.      "Tuan, Anda baik-baik saja?" Tanya sekretaris baru Ben.      "Tidak," Ben mengusap air matanya. "Aku… Merasa bersalah karena saat-saat terakhir nya aku tidak ada si sana. Aku… Anak durhaka."      "Ini sudah jalan Anda Tuan, terimalah dengan segenap hati! Tetap semangat dan berpikir ini adalah cobaan!" Tutur itu sedikit menenangkan.      "Iya, terima kasih Nona. maaf membuatmu terganggu, kau boleh istirahat lagi!" Saran Ben mengantongi ponselnya.      "Nama saya bukan Nona," wanita itu mengulurkan tangannya. "Deep, panggil saja begitu tetapi nama saya sebenarnya Velove Wilson."      "Velove? Menjadi Deep? Ya Tuhan, sayang sekali?" Ben merasa terhibur dengan ini.      "Iya, jangan sungkan untuk menghina Tuan! Ini memang kurang masuk akal!" Jawab Velove menahan tawa.      Justru Ben yang tidak mengingat tempat, dia tertawa hingga membuat beberapa orang berteriak. Tunggu! Ben terkejut saat tawa nya justru membuat pesawat mengalami guncangan. Ada apa? Ben menoleh ke arah jendela, di luar angsana menunjukkan di mana sayap pesawat sebelah kanan mengalami kebakaran. Sebuah alarm juga terdengar.      "Hei, mengapa bisa seperti itu?" Sialnya Ben harus menahan panik yang ada, dia tahu jika pesawat akan mengalami masalah.      Tanda peringatan terdengar, semua penumpang diharapkan mengenakan oksigen yang seketika turun dari atas kepala penumpang. Semua orang cepat-cepat memasang alat yang melindungi bagian hidung dan menutupi mulut hingga dagu, oksigen berasal dari bahan kimia itu pun dapat dihirup dengan cepat.      Melihat hal makin kacau karena asap dan api keluar begitu besar, Ben membantu Velove mengenakan oksigen sambil dia terus mengamati keadaan di luar angsana. Perasan Ben pun kacau, keringat dingin mengucur deras di balik pelipis. Semua teriakan terdengar ketika pesawat benar-benar mengalami kerusakan akibat pecahnya salah satu sayap pesawat.      "Tenang Velove! Kita akan baik-baik saja!" Ben seketika memeluk sekretarisnya, dia juga menghapus air mata yang mengucur deras dari balik wajah cantik itu.      "Tuan, Anda harus jaga diri baik-baik jika pesawat ini akan jatuh!"      Ben menggeleng cepat. "Tidak akan, kita pasti aman! Pesawat ini sangat canggih, buatan Jerman!"      Walau sesungguhnya Ben yakin apa itu sebuah kelalaian dan lebih mengenyampingkan sebuah takdir yang ada di dunia ini, pemikirannya lebih percaya dengan realistis dan bertolak belakang dari semua keluarga Edoardo. Ben yang kurang taat dalam beribadah itu hanya memuji sebuah keyakinan yang ada.      Tubuh semua penumpang terombang-ambing ke kana lalu ke kiri, Ben pun terbentur badan pesawat saat menahan Velove agar tidak terjatuh. Semua panik, teriakan makin histeris dan dalam sekejap semua aliran listrik mati total. Alarm berhenti memberi tanda sampai akhirnya Ben hanya bisa memegang kursi dan menahan oksigen yang melekat di wajah.      Berada di situasi ini sangatlah tidak mudah, Ben kehilangan tenaga juga teriakan yang memekakkan telinga membuatnya frustrasi. Keringat membasahi tubuh dan Ben sempat melihat cahaya putih menyilaukan, bayangan mirip seperti ayahnya muncul di atas samping sayap pesawat.      "Ayah,"      Guncangan makin dahsyat, Ben tidak dapat memegang tubuh Velove dan seketika pandangan buram setelah kepalanya kembali terbentur. Tidak ada lagi yang bisa dilihatnya sampai Ben merasakan tubuhnya melayang bebas, benturan terus terjadi namun suara semua penumpang hilang seperti ditelan angin.      Suasana telah berbeda, samar-samar Ben merasakan tangannya menyentuh sesuatu dalam sekejap tubuhnya pun seakan menyentuh sesuatu yang sangat halus. Matanya terus terpejam namun seakan di atas mimpi Ben mendengar suara aneh seperti wanita tertawa, lalu ada yang berbicara dalam bahasa yang belum pernah dia dengar sebelumnya.      "Aku mendapatkan seseorang. Dia laki-laki, aku akan membawanya kepada Raja!"      Sial. Ben terpaksa membuat mata dengan susah payah, tetapi tubuhnya terpelanting jauh dan dengan mudah seakan ada energi yang menariknya masuk. Apa ini? Ben berhasil membuka mata, menemukan beberapa titik buih dalam air. Seketika Ben terkejut, dia sadar bahwa dirinya terjatuh.      "Apa ini?" Ben menjerit tak terhingga saat pinggangnya terjerat sesuatu.      Merasa tidak percaya dirinya di dalam air, Ben berusaha berenang ke permukaan. Gagal. Lagi, ada yang menyeret kaki nya masuk lebih dalam ke lautan. tetapi sekuat tenaga Ben berjuang untuk bebas, dan berhasil menemukan cahaya. Ben berhasil menempatkan kepalanya ke atas, mengambil udara di dalam pernafasan tetapi secepat cahaya berkelebat dia melihat burung besar terbang mencoba menangkapnya.      tetapi sungguh di luar dugaan dan seolah sedang melihat dunia aneh, Ben dengan mata kepala mendapati burung besar itu bertubuh seperti manusia. Dan di antaranya yang terbang di atas kepala, Ben tercengang melihat wanita berambut merah panjang sebatas paha terbang menangkap burung besar di angsana. Dalam sekejap, wanita itu menenggelamkan diri ke dalam laut.      Selisih detik berlalu, Ben kembali tidak sadarkan diri ketika ada sesuatu yang menariknya masuk kembali. Suasana menjadi sepi, hanya suara-suara burung kecil di atas sana. tetapi di permukaan laut yang mengalami gelombang pasang terlihat wajah cantik bermata hijau itu tersenyum, dan menghilang meninggalkan jejak indah dari ekor berwarna kuning metalik dengan sisik mengkilap menerangi semua area.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD