Sepenggal Permulaan

911 Words
     Hari Senin musim penghujan mungkin bukan suatu keberuntungan bagi Claudia Pricilia. Pasalnya wanita yang kerap dipanggil Persia, berusia dua puluh lima tahun itu tidak dapat mencegah keputusan orang tuanya untuk tidak membawa Persia serta ilmu-ilmu yang tengah Persia perdalam pergi jauh ke negara lain. Tapi Persia memang tak pandai jika melawan pengaruh ibu yang telah membesarkannya segampang orang membuang napas melalui trakea.      Tapi memang jarum jam bergerak menunjukkan dimana waktu sangat singkat untuk Persia gagal mengelak. Bagaimana tidak? Semua barang-barang Persia telah sempurna dikemas dalam wadah besar menuju taksi. Dengan perasaan kecewa Persia merampas tas jinjing sekaligus kunci mobil di gantungan belakang pintu kamar dan ia pergi meninggalkan bilik. Persia harus mempertimbangkan lagi, meski beberapa ribu kali Persia mencoba mencari cara tapi tetaplah masa tidak akan berpihak padanya.      Dengan tenaga berasal dari rasa kesal dan tangisannya Persia menyentak pintu mobil tanpa mempedulikan teriakan ibunya. Persia masih tidak percaya jika dirinya harus pergi meninggalkan pria yang akan menjadi tunangannya. Ya, Persia harus melakukan segala cara meski ia harus lari menuju rumah Edo Mahardika.      Entah menit terlalu lamban atau memang Persia tidak bisa dan mungkin hari itu Persia tidak ingin menghentikan mobilnya hingga putaran roda empatnya berhenti. Di pintu masuk utama rumah Edo, Persia bergegas masuk karena tanda pintu tak terkunci Persia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Itu akan menjadi permasalahan rumit jika memang ibu Persia datang kemudian menarik paksa untuk segera meninggalkan Indonesia.      Langkah Persia tak beraturan ketika menaiki anak tangga rumah minimalis milik kekasihnya. Dengan perasaan senang dan bimbang Persia segera mengusaikan jejaknya di tangga terakhir, kemudian ia meneriakkan nama Edo berkali-kali. Tapi lengang! Persia hanya mendengar kicauan burung di luar rumah. Tapi itu bukan halangan sampai Persia memasuki ruangan lebih dalam menuju kamar Edo.      Pernah sekali Edo memakinya karena tidak sopan memasuki kamar seseorang tanpa mengetuk pintu. Dan sekarang Persia tidak akan lupa hal itu. Namun belumlah pintu kokoh itu terketuk, Persia mendengar samar suara perempuan. Sempat hatinya enggan mengira tapi keraguan Persia terjawab ketika Persia memasang pendengaran tepat di depan pintu.      Sempat Persia tertawa jika suara yang didengar hanya sebuah ilusi belaka. 'Mungkin karena aku kecapean' batinnya menduga sampai suara itu terdengar nikmat, meraup ekstasi di balik desahan kuat serta berulang-ulang menyebutkan nama Edo.      Jujur saja, sebelumnya Persia tidak ingin tahu apa itu kesakitan karena cinta. Tapi inilah takdir yang memperkenalkan Persia pada kehancuran batin dan harga diri ketika pintu kamar telah memaparkan penghianat. Dengan perasaan terluka tanpa kata Persia harus menelan utuh penghianat Edo terhadap dirinya. Persia terpaku melihat sosok gemulai di atas tubuh Edo, menari, menyerobot wajah Edo dengan bibirnya, kemudian jemari lentik itu menekan d**a bidang Edo sembari mengungkapkan kenikmatan bercinta.      Dua tragedi terjadi dalam satu waktu Persia harus menerima. Ia kembali berpaling dan berlari dengan tangisan yang kini teramat pedih. Sekuat harga diri yang terdampar Persia pergi meninggalkan kamar bahkan rumah Edo dengan perasaan kecewa. Tanpa peduli Edo berusaha menggapai tangannya Persia pun enyah dari hadapan pria yang kini bukan lagi bakal seseorang yang menjadi suami Persia. [...]      Segala duka Persia kemas dalam kekuatan batinnya. Ia mempercepat laju kendaraan dengan kecepatan tinggi, Persia hanya berharap segera sampai di rumah dan akan menanyakan kapan pesawat segera lepas landas kepada ibunya lalu Persia akan menetapkan hati dan cita-citanya di Amerika.      Air mata mengalir tanpa ijin meski Persia sudah merasa muak dengan kemenangan Edo barusan. Benar-benar tidak bisa dipercaya! Persia gagal menghapus buliran bening air matanya karena dengan lancang tangisnya pecah di tengah perjalanan yang lengang. Tanpa henti Persia memukul bahkan meninju stir mobil, ia tidak merasakan sakit. Ya, sakit itu tak sebanding dengan satu luka yang berhasil meremukkan jantung hatinya.      Selama tiga puluh menit Persia tidak mengira-ngira kecepatan yang ia pilih untuk melajukan mobilnya, bahkan kini sangat cepat ketika wajah wanita selingkuhan Edo menari indah di pikiran. Sampai menit menambah jumlah kesedihan, Persia tanpa sadar terus meluaskan amarah dengan teriakan. Ia geram sekaligus jijik terhadap sosok Edo hingga Persia tidak menyadari sebuah kerumunan orang di tepi jalan akan menghalangi laju mobilnya. Persia pun terlambat ketika menyadari seseorang yang berlari cepat dibarengi roda empat mendekati arah keramaian sebuah pesta pernikahan.      Dalam hari yang sama, waktu dan tempat yang berbeda tiga tragedi menimpa diri Persia. Ini lebih membuat Persia seakan mati, ia bergeming dengan tatapan sayu bahkan tak percaya. 'Apa aku mimpi' dalam hati Persia getir dengan tubuh gemetar ketika melihat wanita dengan gaun putih itu tergeletak setelah terkena hantaman kuat mobil Persia. Cairan merah kental keluar dari sisi bibir bahkan kini gaun pengantin itu tak lagi menjadi simbol kebahagiaan.      Tubuh Persia semakin kehilangan tenaga ketika beberapa orang mengetuk kaca pintu mobil. Persia sempat meremas-remas rambut dan ia juga menggelengkan kepala tanpa berhenti menatap wanita yang kini terkulai. Persia memperhatikan jemari lentik itu semakin melemah, napas tersengal bahkan kelopak mata wanita berambut cokelat itu mulai terpejam. 'Bukan aku, aku nggak sengaja, bangun! Bangun' Persia bergeleng melampiaskan rasa tidak percaya sampai sebuah suara memekakkan telinga Persia.      Serpihan kaca film itu mengenai sisi tubuh Persia. Ia berteriak tak tahu harus berbuat apa, sebab sebuah tangan berhasil menguasai kunci mobil kemudian membuka panel pintu dan menyeret paksa lengan Persia. Tangan dan kaki Persia terkalahkan oleh tenaga dari lengan pria mengenakan jas hitam. Sempat Persia berontak namun sekejap Persia membuka mata dan menghentikan teriakan ketika pria itu tersenyum lalu mencengkeram kuat lehernya,      "Kau adalah terdakwa sekaligus pengantin wanita yang baru untukku!"      Tutur pria bermata emas dengan tatapan elang siap menggasak siapa yang berlalu di hadapannya. Dia, pemilik sah seluruh saham perusahaan terkenal di Amerika. Dia, pria berusia tiga puluh tahun bernama Robert Luxembourg.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD