Prolog

526 Words
"Jadi, selama ini kamu yang suka kirim surat dan makanan di ruangan saya?" Mau jawab nggak, tapi ketahuan juga. Pada akhirnya Natla mengangguk. Mau ngelak pun percuma sih. Dia ketahuan waktu meletakkan makanan di atas meja Raja. "Kenapa?" tanya Raja. "Apanya yang kenapa?" Natla mengangkat dagunya seolah menantang. Raja menarik napas panjang. Bukan satu atau dua kali dirinya dibuat kesal oleh bocah ini. Bahkan hampir setiap hari! Beruntung Raja orang yang cukup penyabar. Kalau nggak, mungkin dari dulu Raja sudah angkat tangan, tanda menyerah menghadapi Natla. Natla adalah satu dari sekian banyak murid bandel di sekolah tempat dia mengajar. Yang membuat Natla berbeda dari murid lainnya, Natla menjadi satu-satunya murid perempuan yang berani ikut tawuran! Selain bandel, Natla termasuk murid yang kurang pintar. Berbeda dari Davian, saudara kembar Natla yang selalu berprestasi di sekolah. "Kenapa kamu sering kirimin saya surat, bahkan sampai makanan ke ruangan saya?" Raja mengulangi pertanyaannya. Natla mendengus, menyibak rambutnya ke belakang setiap kali terkena embusan angin. "Ya... karena saya suka sama Pak Raja." "Gimana?" Raja merasa sangsi setelah mendengar pengakuan Natla. Raja pikir, dia percaya dengan kata-kata Natla? Tidak. Seluruh penghuni sekolah pun tahu betapa buruknya hubungan mereka. Tapi, ini, tiba-tiba mengungkapkan perasaannya kepada Raja? "Berhenti main-main." Raja menegaskan. "Kamu pikir saya percaya?" Natla menegakkan punggung. Menatap Raja dengan berani. "Kasih tahu saya, gimana caranya supaya Pak Raja percaya." Raja menggelengkan kepalanya. "Coba Pak Raja pikir. Apa gunanya saya kirim surat sama makanan ke Pak Raja selama ini? Itu karena saya suka sama Bapak! Apa kurang jelas? Pak Raja masih nggak percaya?" Raja memerhatikan wajah Natla dengan seksama. Mencari kebohongan dari gadis di depannya. Hubungan mereka kurang baik. Bisa saja Natla sengaja melakukan hal seperti ini, kemudian membuat rumor aneh tentang dirinya dan Natla, kemudian berakhir membuat namanya jadi jelek dan dia didepak dari tempatnya mengajar. "Jadi, jawaban Pak Raja apa?" kejar Natla, meletakkan tangan kirinya ke pinggang. "Saya nggak suka." Kedua mata Natla mengerjap-ngerjap. "Saya nggak suka sama kamu. Dan saya benci diganggu." Detik itu juga Natla merasa ada sesuatu yang menghujam dadanya. Seperti sebuah ujung pisau yang menusuk dadanya dan menembus jantungnya. Raja memberi jawaban tanpa berpikir lebih dulu. "Kasih saya alasan kenapa Pak Raja nolak saya," kata Natla, dia masih belum mau mundur. "Kamu bukan tipe saya," jawab Raja. Natla mengangkat kepalanya sambil berkacak pinggang. "Tipe perempuan kayak gimana yang Pak Raja mau?" Raja menjejalkan tangannya ke dalam saku celana. "Yang jelas, bukan kayak kamu." Natla terbengong. "Saya benci orang bodoh." "Maksud Pak Raja, saya bodoh?" Sepasang alis tebal Raja saling bertaut. "Menurut kamu? Semua orang di sekolah ini tahu kalau kamu bodoh." Natla meremas rok abu-abunya. Apa yang dikatakan Raja barusan sangat menyakiti hatinya. Harus banget menyebut dirinya bodoh? "Saya harap kamu nggak mengganggu saya lagi." Raja memperingatinya sebelum pergi. Natla menelan ludahnya kasar. Dia merasa dihina dengan kejam oleh laki-laki itu. Memangnya, Raja tidak bisa menggunakan bahasa yang lebih enak didengar ya? Baginya, ini kelewat kejam. Natla memandangi punggung lebar Raja. Laki-laki itu menghilang di balik pintu rooftop. Natla meremas roknya lebih kuat. Baiklah. Kalau memang Raja telah menolaknya, itu artinya, mulai hari ini, dirinya memilih mundur dan akan membenci laki-laki itu seumur hidupnya!   To be continue---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD