BB. 1

1003 Words
Huek Huek Huek "Ren lu kenapa?" Ucap Ghea, sahabat nya yang bekerja di satu kantor yang sama dengan ia. Renata tak menjawab, ia terus mual, seolah perut nya ter-kocok oleh jalanan yang berliku. "Gak tau nih" ucap renata "Lu udah sarapan belom?" Ucap ghea "Udah" ucap renata, ia kembali membekap mulut nya dan kembali ke toilet, ingin muntah namun tak mengeluarkan muntahan. "Lu masuk angin kali ini" ucap ghea, sambil memijat tengkuk leher milik renata "Kaya nya" ucap renata "Iyalah, kan gak mungkin lu hamil" ucap ghea lalu tertawa, renata yang mendengarnya langsung diam, mual nya seolah berhenti ia menatap kaca yang berada tepat di hadapan nya, ia mengingat kapan terakhir kalo ia datang bulan. "Gue telat datang bulan" batin renata yang menyadari. "Ghe, ijinin gue yak" ucap renata "Gue bener-bener gak enak badan banget" lanjut nya, memang muka nya terlihat pucat benar-benar kekurangan energi. "Iya, lagi juga bos pergi" ucap ghea, renata lalu mengangguk. Mereka berdua kembali ke meja kantor, namun renata ingin mengambil tas nya dan ijin untuk pulang lebih awal. "Kamu kenapa ren?" Ucap Tria "Gak enak badan kaya nya" ucap renata "Yasudah pulang, nanti kita yang ijinin" ucapnya. Renata mengendari motor dari kantor, dan berjalan ke arah apotek terdekat ia memarkirkan motornya, namun ia belum beranjak dari motornya ia ragu pikirannya benar-benar tak sehati. Dengan ragu ia memasuki apotek tersebut, dengan ragu pula ia melangkah kan untuk bertanya. "Silahkan mba, ada yang bisa saya bantu," ucap mBak apotekernya. "Saya..." ucap Renata selalu terbata, atau bahkan tak bisa mengucapkan ketika ingin menyebut benda tersebut. "Iya ka kenapa?" tanya penjaga apotek tersebut. "Sayainginbelitestpack," ucap Renata dengan cepat, sehingga mbak apotekernya pun mengeritkan keningnya dengan bingung, Renata terlihat gugup karena ini baru pertama kali nya ia membeli testpack sehingga membuat bicara nya cepat dan hampir tak terdengar. "Maaf ka, saya kurang mengerti," balas mbak apoteker. "Testpack," ucap Renata, Hingga membuat mbak apoteker nya mengangguk dan tersenyum lalu mencarikannya. "Ini mbak," ucap nya, Renata lalu mengambil dan mengasihi uang 50 ribuan. "Kembali nya ka," ucap mbak apoteker. Ia lalu memasuki testpack nya ke dalam hoodienya, ia lalu segera pulang dan tak sabar untuk mengeceknya semoga tidak sesuai yang ia pikirkan. "Semoga enggak!" serunya berdoa, ketika sudah berada di kamar mandi miliknya. Hatinya berdebar seolah sedang menjalankan persentasi di hadapan para investor. Ia menutup mata sebelum melihat garis apa yang akan muncul, ia membaca segala doa untuk hal buruk tak terjadi. "Ya Allah bismillah," ucap Renata, lalu membuka matanya secara perlahan, mengintip pelan-pelan dan ternyata. "GARIS DUA!!" seru Renata reflek berteriak, dan ia langsung membekap mulutnya. Ia melihat lagi dengan seksama testpack yang telah ia beli, benar! Garis dua, ia benar hamil. "Gue beneran hamil?" tanya Renata seolah mempertanyakan kepada diri nya sendiri. Ia benar-benar terpukul, ia mengecewakan orang tuanya secara tak langsung. Renata menggelengkan kepalanya. "Enggak, enggak! Ini pasti salah! Gue harus ke dokter untuk memastikan. Wanita tersebut lalu beranjak keluar kembali dan memakai hoodienya. Kedua orang tuanya yang melihat jelas saling memandang. "Renata kenapa buru-buru sekali ya?" tanya sang Papah. "Mungkin ada yang ketinggalan dan harus ia ambil," balas sang istri. Setelah 25 menit menempug perjalanan ke rumah sakit, ia memarkirkan motornya dan tidak lupa untuk mengambil antrian untuk periksa, setelah menunggu setengah jam kini giliran ia masuk untuk di periksa, jantungnya jels berdegup kencang. "Ada keluhan apa Bu?" tanya Dokter tersebut. Renata terdiam sejenak yang membuat Dokter tersebut mengerutkan keningnya. "Saya mual-mual Dok, " balas Renatam "Mari kita periksa dulu," ucap Dokter, lalu Renata melangkah mengikut Dokter dan berbaring untuk di periksa, sang Dokter pun lali memeriksa perut Renata sambil tersenyum membuat wanita tersebut menatap bingung. "Mari bu," ucap sang Dokter tersebut setelah beberapa saat memeriksanya. Renata duduk tepat di hadapan Dokter tersebut. Renata bertanya, "Jadi saya sakit apa dok?" Ia berharap sang Dokter menjawab tidak sesuai yang ia pikirkan. "Tenang saja, ibu tidak sedang mengalami sakit apa-apa, ini sering terjadi kok," ujar sang Dokter. "Maksud dokter sering terjadi?" tanya Renata. "Selamat bu, ibu akan menjadi seorang Ibu." "Jadi ibu enggak usah khawatir, itu memang sering terjadi di awal kehamilan," lanjut sang Dokter. "Saya hamil Dok?" tanya Renata, air matanya ia tahan untuk tidak turun begitu saja. "Iya bu, jaga kandungan anda baik-baik ya," ucap Dokter tersebut, Renata lalu mengangguk tanpa berkata lagi ia pergi dari ruang periksa tersebut. Sang Dokter yang melihat jelas mengernyitkan dahi ketika raut wajah tidak bahagia tergambar di pasiennya tersebut. Renata Agatha, ia berjalan gusar setelah keluar dari ruang dokter dadanya sesak hatinya bimbang, bagaimana bisa? Apa yang akan ia katakan sama orang tuanya nanti. Anak satu-satunya membuat kegagalan menjadi anak, membuang masa depan nya begitu saja. "Gue benaran hamil?!" cetus Renata. "Lu bodoh Ren," bisik Renata, ia merutuki dirinya atas kebodohannya yang tidak bisa mengontrol saat mabuk. "Gue harus bilang apa!" seru Renata. Ia kini pulang mengendarai motornya, dengan tangisan yang masih berderai di wajahnya. Setelah beberapa menit ia sampai di halaman rumahnya dan langsung masuk ke dalam kamar ia tak menggubris bahkan tak melihat bahwa kedua orang tuanya sedang memeperhatikan dengan saling menatap bingung. "Pah, Mamah khawatir terjadi apa-apa sama Renata," ucap sang Mamah ketika melihat anak gadisnya seperti tidak baik-baik saja. "Nanti malam saja tanyakan, mungkin ia capek karena urusan kantornya," ucap sang Papah. Di sisi lain renata menangis dengan menutupinya dengan bantal, ia tak ingin isakannya terdengar oleh orang tuanya, wanita tersebut terus memaki dirinya di dalam hati atau u*****n kecil ketika ia merasa benar-benar sesak karena tangisan nya. "Lu b**o Ren!!!" "Lu gak guna!!" ucapnya berulang kali, ia benar-benar tak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Bodohnya lagi, ia bahkan tak tahu wajah yang b******u dengannya waktu lalu. Renata memukul bantal dengan emosi yang tak terkendali, kini tangisannya semakin menjadi-jadi, ia kembali melihat tespack yang berada di meja nakasnya. "Gue belom siap ngebuat kecewa orang tua gue! Gue juga enggak mau nghancurin janin yang ada di perut gue kini!" Wanita tersebut masuk ke kamar mandi, ia sengaja mengguyurkan tubuhnya di derasnya shower yang ia nyalakan, ia terduduk sambil menjambak rambutnya. "Ini kaya mimpi buruk buat gue! Bukan ini yang gue mau!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD