PROLOG

1444 Words
Pernahkah kalian tertarik seseorang tetapi tidak bisa mengungkapkan karena adanya status 'teman masa kecil'? Dia, orang yang melihat dirimu hingga akar termurninya. Dan tanpa diduga jatuh, sebenarnya kamu sedang cinta. Hari minggu adalah hari bermalas-malasan bagi Risa. Karena pada hari itu, dia akan bangun terlambat dari hari-hari biasanya. Ketika Risa membuka matanya cowok, dia selalu disuguhi pemandangan yang sedang bermain play station dikamarnya. Oh, jangan kira itu adalah pacar atau suaminya! Karena Risa masih berstatus anak SMA kelas 10, dan tentunya dia belum menikah apalagi punya suami! Risa mengambil ponselnya yang tergeletak, menghidupkannya lalu memasukkan beberapa digit angka rahasia untuk membuka kunci layar. Risa buka salah satu aplikasi chatting dengan logo warna hijau, dia ingin mengganti status akunnya dari Available menjadi Busy. Menyadari sahabatnya telah terbangun dari tidurnya, Revan membuka topik pembicaraan, "Barusan Arash nge-snap foto cewek. Kalian putus lagi?" ujar Revan menudingkan perkataannya kepada Risa yang saat itu sedang sibuk dengan gadget-nya diatas kasur.      "Udah tau, tetep aja nanya. Lagian gue nggak sebodoh itu, mau bertahan sama cowok yang jelas-jelas dipikirannya cuma ada belahan sama paha dong." sahut Risa. Malam tadi, Risa memutuskan untuk berhenti memasukkan dengan Arash. Alasannya, Arash itu otak m***m dan Risa nggak suka. Awalnya Arash memang baik, makanya Risa menerima Arash ketika di ajaknya pacaran. Tapi seiring berjalannya waktu, sikap Arash mulai nggak wajar. Bahkan ketika mereka nge-date yang ketiga, Arash sudah berani mencium pipi Risa secara tiba-tiba. Ah, Risa merasa dirinya akan muntah jika mengingat kejadian memalukan itu.      "Udah tau otak m***m, masih ae lo terima. Yang bodoh siapa nih?" timpal Revan.      Risa mengalihkan tatapannya dari ponsel, menatap Revan dengan tatapan tajam. "Maksud lo apa 'hah? Ngatain gue bodoh?"      Revan terbahak. "Santai dong, sayang. Gue kan, cuma bercanda. Gak usah ngegas mulu, kek bajaj aja lo."      "Sayang sayang pala lo peyang!" sahut Risa sambil melempar boneka elmo berhenti ke arah Revan. Revan itu menyebalkan!      Dengan sigap, Revan mengambil boneka yang dilempar oleh Risa. "Biasanya ya, Ris. Cewek kalo baru bangun tidur itu aura kecantikan yang naturalnya keluar. Tapi yang gue liat sekarang .. Hmm ...,"      "Apa? Yang lo liat sekarang apa?" tanya Risa dengan nada sinis. Risa memang seperti itu. Dikit-dikit nge-gas, apalagi kalo sama Revan.      "Hmm, yang gue liat sekarang, singa betina lagi kelaparan. Ganas vroohhh," sahut Revan seraya tergelak. Risa melotot, lalu bangkit dan mengumpulkan tenaganya untuk menghajar Revan.       "REVAAAAAAN BANGS*D!" teriak Risa menggelegar. Revan yang merasa bahwa bencana akan segera datang pun segera menyiapkan diri untuk berlari.      "Kejar ae kejar gue, Ris. Bleeeeee," teriak Revan tak kalah nyaring sambil menjulurkan lidahnya.       Dan pada akhirnya, terjadilah aksi kejar-kejaran antara Revan dan Risa. Sekencang apapun Risa mengejar Revan, tetap saja mereka tidak akan seimbang. Karena kesal, Risa memutuskan untuk berdiri di atas kasurnya dan mengambil semua bantal, guling, serta boneka untuk dilempat ke arah Revan.      Kamar Risa? Jangan tanya seperti apa kondisinya sekarang. Bahkan istilah seperti kapal pecah pun tidak cukup untuk disamakan dengan keadaan di ruangan ini.       BRUKK!      Karena terlalu semangat melempari Revan yang tak kunjung kena, Risa tak sengaja terjatuh dari atas kasur. Kepalanya membentur kaki meja belajar. Revan yang menyaksikan bukannya membantu malah terbahak menertawakan Risa.      "Haha ya ampun kasian. Gimana keadaan kaki meja nya, Ris? Nggak benjol kan?"      Risa bangun dan mengusap-usap kepalanya. "Revan resek! Pergi lo dari kamar gue!"      "OGAH!"      "REVAAAAAAAANNN!"      "Ada apa sih kalian ini, baru pagi aja udah ribut. Kedengeran sampai ruang tengah, gak enak sama mamanya Revan," ujar wanita paruhbaya yang sedang berdiri didepan pintu kamar Risa.      "Revan yang mulai, Ma," sahut Risa sambil melipat tangan di depan d**a.      "Eh, nggak gitu, Tan. Risa yang mulai kok. Apaan sih lo Risa nuduh gue sembarangan gitu!" protes Revan tak terima.      "Lah emang bener kan? nggak usah ngeles deh lo," sahut Risa lagi.      "Udah ah, kalian berdua sama saja. Lebih baik kalian jalan-jalan, daripada dirumah bikin pusing,"  ucap Linda.      "Wah bener juga yah, Tan. Sekaligus cari pacar baru buat Risa. Iya nggak, Ris?" sahut Revan sambil menaikturunkan kedua alisnya.      "Ngomong apaan sih lo, Van. Gak jelas tau! Mending lo keluar gih dari kamar gue. Gue mau mandi!" usir Risa seraya mengambil handuk dari lemari pakaiannya, lalu masuk ke kamar mandi.      Revan Aditya adalah sahabat Risa dari kecil hingga sekarang ketika mereka sudah resmi menjadi anak sekolah menengah atas. Meski gaya persahabatan mereka layaknya serial kartun Tom and Jerry yang gak pernah akur tapi sebenarnya mereka saling menaruh perhatian.      Setelah lama Revan menunggu Risa diruang tengah, akhirnya Risa keluar dari kamarnya dan turun ke ruang tengah. Gadis itu mengenakan celana jeans serta sweater hitam yang sangat kontras dengan warna kulit putihnya.      "Lo mandi apa konser sih? Lama banget gila," celetuk Revan.      "Udah sih ah, nggak usah bacot. Kali ini gue gamau debat sama lo," sahut Risa. "Jadi, kita mau kemana?" lanjutnya.      "Yaudah sih, yang mau debat sama lo siapa juga," ujar Revan. "Starcafe tau, kan? Biasanya gue sama temen gue yang dari SMA lain, ngumpul di sana. Kan kali aja, salah satu dari temen gue ada yang mau sama lo," goda Revan.      Risa berdecak, "Ishh, bisa nggak, Van? Sekali-kali nggak usah bahas yang kek gitu.  Lagian lo sendiri jomblo, sana cari pacar! Nggak usah sok-sokan ngecomblangin gue sama temen lo," sinisnya.      "Gue tuh nggak jomblo, cuma single. Kalo gue mau, udah satu sekolah gue pacarin," sahut Revan dengan kepercayaan dirinya yang berada di atas rata-rata.      "Terserah lo deh. Gue sih owh aja, nggak mau dengerin apa kata hewan," pasrah Risa.      "Kalian ini ribut mulu ya, jadi kapan berangkatnya?" tanya Widi— Mamanya Revan.      "Eh iya ini mau berangkat kok, Ma. Yaudah Ma, Tante, kita berangkat dulu, ya," sahut Revan dan Risa yang kemudian berpamitan dengan Widi dan Linda.      "Iya, hati-hati ya jangan kebut-kebutan," titah Linda.      Mereka pun akhirnya berangkat menuju starcafe sebuah tongkrongan anak-anak remaja seumuran mereka. ----      "Kenalin nih, sahabat gue, namanya Risa," ucap Revan kepada teman-temannya. "Dan Risa, kenalin mereka semua ini temen-temen gue. Yang pake kacamata itu namanya Dion, yang pake jaket parasut namanya Ari, dan di samping Ari ada Reno," ucap Revan lagi kepada Risa, memperkenalkan.      "Hai, salam kenal," sapa Risa kepada seluruh temannya Revan.      "Iya salam kenal juga, Risa," sahut mereka serempak.      "Eh temen lo cantik juga ya, Van. By the way, kenapa lo baru aja ngenalin ke kita?" tanya Dion.      "Lagian apa untungnya gue ngenalin dia ke lo dari dulu-dulu?" sahut Revan sambil terkekeh.      "Yaelah, ngomong-ngomong kok Risa mau lo ajakin ke tempat ginian, emang gak ada yang marah?" tanya Ari.      "Hmm.. siapa juga yang marah, Revan kan sahabat gue, orangtua gue juga percaya banget kok sama Revan." Risa menjawab pertanyaan dari Ari.      "Eh.. bukan itu maksud gue Ris," sahut Ari lagi.      "Oh, bukan. Terus apa maksud lo?" Risa malah balik nanya.      "Pacar lo gak ngelarang nih lo jalan bareng Revan ke tempat tongkrongan kayak gini," tanya Ari lagi.      "Sans aja kali, gue jomblo kok," sahut Risa dengan santainya.      "HAH, JOMBLO?! SERIUS LO?" tanya Dion dengan nada tak santai yang membuat seluruh pengunjung di Kafe itu menyeretkan matanya ke arah mereka.      "Biasa aja kali." sahut Revan sambil mengangkat kedua alisnya.      "Nggak, Van, gue aneh aja gitu kalo liat cewek secantik Risa jomblo, kalo aja gue gapunya pacar udah gue tembak ni anak," sahut Dion.      "Emangnya Risa mau gitu sama lo?" tanya Ari.      "Udah ah, mending sekarang lo pada pesen makanan gih, becanda mulu dari tadi, laper gue liatnya." ucap Reno yang dari tadi diam melihat tingkah laku teman-temannya.      "Iya bener juga. Ya udah, lo mau pesen apa Ris?" tanya Revan.      "Terserah lo deh. Tapi gue pengen, minumnya jus," ujar Risa.      "Jus mangga mau? " tanya Revan.      "Sip deh," sahut Risa lagi.      Revan mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan yang ada di kafe itu. Setelah pelayan datang, Revan segera menyebutkan apa pesanan dirinya dan teman-temannya. Tak lama setelah itu, pelayan kembali datang membawakan pesanan mereka.      Risa bangkit dari tempat duduknya, "Gue mau ke belakang dulu. Makanannya jangan di abisin."       "Iya deh iya, mau gue temenin?" tanya Ari, sebut saja ini adalah modus.      "Apaan sih lo Ri, ntar yang ada lo ngintipin Risa," celetuk Revan.      "Haha, gue bisa sendiri kok," sahut Risa kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju toilet.      Risa berjalan sambil memainkan ponselnya, hingga tidak menyadari ada orang berjalan berlawanan arah dengannya.      BRUKK      Risa bertabrakan dengan seorang pria yang sedang membawa secangkir kopi s**u, tidak sengaja kopi tersebut tertumpahkan ke pakaian yang dikenakan Risa. Sontak membuat Risa terjatuh ke lantai dan menjadi pusat perhatian ditengah ramainya kafe saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD