Hazin Triton

1480 Words
Darr! Zrash.. Petir menyambar daratan dengan keras. Seseorang terjatuh di tengah badai itu, penuh luka dengan darah mengalir di badannya. "Sialan!! Kalian pasti akan menerima akibatnya!" Ucap orang itu sambil terengah-engah. "Percuma kau lari dariku, tapi yaa..tak apa lahh..mungkin itu keinginan terakhir dalam hidupmu dasar otot batu!" ucap orang bertudung itu sambil berjalan menghampirinya. "Apa maumu?!" tanya pria itu sambil terus menahan darahnya. "Apa mau ku? Bisa dibilang ini bukan keinginan diriku. Ini hanya kemauan... Tidak, tapi ini lah salah satu tujuan kakakku." balas pria bertudung itu sambil tersenyum. "Kakakmu? Siapa kakak mu itu hah?!" balasnya. "Mmm...aku tak bisa menjawabnya karna..mmm...ahahaha!!..dasar bodoh!! kau pikir aku akan mengatakan nya?! Dengar ya otot batu, walaupun kau akan mati sesaat lagi tapi aku takan mengatakan siapa kakakku" pria bertudung itu terus menghapirinya. Pria kekar yang tak lagi berdaya itu hanya bisa menelan ludahnya sendiri sambil berusaha mencari celah untuk kabur."Baiklah..aku sudah bosan berbicara dengan batu" pria bertudung itu berlari sambil mengarahkan pisau kecilnya. Nyiung... Dar..!! Seketika cahaya putih sangat terang turun dari langit. pria bertudung itu loncat mundur dari sumber cahaya. Sementara, pria kekar itu hanya dapat terdiam tak mampu bergerak sedikit pun. "Cih! Apa-apaan ini? Mengganggu saja." muncul seseorang dari cahaya nan terang itu sambil membawa sebongkah kristal putih besar ditangannya, ia langsung menghampiri pria sekarat itu. "Apa engkau sedang kesulitan?" tanya orang yang baru muncul itu. "Kumohon!! Aku tak sanggup bertarung lagi.. Aku akan melakukan apapun jika kau membantu ku, kumohon.." pria itu menjawab sambil memohon. Dengan wajah tersenyum nya, ia langsung menjawab pernintaan pria tadi, "Baik.. Sudah ku lakukan." Buk..!! Seketika kepala pria bertudung itu terpisah dari badannya."Terima kasih tuan! Kau telah selamatkan hidupku ini." balasnya sambil terkejut."Aku akan lakukan apapun keinginan engkau." Ia bersujud dihadapannya. "Baiklah, aku tau kau takan berbohong. Keinginan ku adalah, ini." Ia menyodorkan kristal itu padanya. "Aku tak yakin kau dapat mengurusnya. Tapi, aku tau kau dekat dengan seseorang yang dapat kau percaya untuk mengurusnya." Ia berbalik badan setelah memberi kristal itu dan tanpa disadari, Luka pria tadi sembuh tanpa bekas sedikit pun. Sambil terkejut, ia melihat kristal itu. "Apa aku harus mengurus anak ini? Tidak, mungkin kau benar. Siapa anak ini? Dan siapa engkau?!" tanyanya sambil sedikit teriak. "Mmm... Untuk itu maaf, aku tak bisa memberi jawabannya. Tapi, aku yakin dia tak akan menyusahkan mu." Sambil terus berjalan menjauh. "Tunggu! Aku belum tau siapa ataupun nama mu!!" tanyanya lagi. Sambil sedikit menoleh ia menjawab. "Maaf, tapi pertanyaan itupun tak bisa dijawab begitu saja." Ia pun menghilang seiiring datangnya cahaya putih itu lagi. Pria itu masih terkejut, ia terdiam sambil menatapi kristal ditangannya itu. "Mmm...." Pria itu terus melamun di tengah hujan deras. Kriet.. Duak! Pintu rumah dibuka kasar. "Lien..! Lien..!!" Teriak nya tergesa gesa. "Ada apa suamiku?!" Seorang wanita keluar dari kamarnya. "Aku akan pergi ke tempat Vondest, kunci pintu selagi aku pergi, jangan biarkan orang lain masuk mengerti?" Ucapnya sambil terburu buru. "Baik, tapi siapa anak itu? Dan lagi kau saat ini tidak bisa menemui Vondest, percayalah!!" ucap wanita itu sambil khawatir. "Tak apa istriku tercinta. Dia tak pernah mengabaikan ku, igatlah apa kataku tadi dan... Jagalah anak kita, jagalah Jack!" pria itu pergi setelah mengecup kening istrinya. Drap...drap "BERHENTI!!... Anda tidak bisa masuk saat ini, raja sedang tidak dapat diganggu!" para penjaga gerbang mengancamnya. Lalu, dengan suaranya yang lantang, "Namaku Ensberg!! Kalian tidak bisa menghalangiku!" pria tadi berusaha menerobos para penjaga. "Maaf tapi saat ini-.." Kriett.. Gledeg-deg Gerbang besarnya terbuka. "Ikuti aku teman." Raja Vondest keluar, wajahnya terlihat begitu serius saat para penjaga melihat kearahnya. Mereka berdua berjalan menuju ruang tahta, tak ada seorang pun disana, hanya mereka berdua dan suara petir menyambar menjadi latar belakang yang membuat suasana menjadi sedikit mencekam. "Aku sudah mengetahuinya teman, maaf karna aku hanya diam disaat sahabatku dalam kesulitan. Sekali lagi maafkan aku, tolong." Vondest membungkuk dihadapan Ensberg. "Seharusnya raja tidak membungkuk di hadapan orang sepertiku." Ucap Ensberg sambil menepuknya. "Baiklah, langsung ke intinya saja, aku sudah tau kau akan datang Ens, dan anak yang kau bawa itu adalah-.." "Anakku." Ucapan raja Vondest saat itu terasa sangat serius. Untuk beberapa saat, Ensberg hanya dapat diam setelah mendengar jawaban Vondest, "Mmm... kau memang gila ya, Membiarkan anak mu dibawa oleh orang asing. Tapi, ya... Memang kaulah orang yang tepat." Ucap Ensberg sambil merasa ragu. "Oh ya, aku tak tau nama anak ini siapa, Kau beri nama apa?" tanyanya. "Baiklah, sudah saatnya." Raja Vondest perlahan berjalan mendekati Ensberg, ia membuka kain yang menutupi sebuah kristal ditangan teman nya, sang raja menatap bayi di dalam kristal itu tengan tatapan penuh kedamaian. Lalu, wajahnya seketika berubah serius, "Aku raja dari semua bangsa Fadelta, raja dari Triton Kingdom, Vondest Triton. Dengan ini putra pertamaku, putra pertama istriku, Viole Kitalya. dengan penuh rasa bangga memberinya nama, Hazin Triton!!" 18 Tahun Berlalu "Haa!!......HAA!!!...." Nying.. Dassh!! "Anda harus lebih fokus lagi tuan, bayangkan wujudnya, pusatkan energi yang ada didalam badan tuan ke kepalan anda. Dan, bayang-.." "Ahk sial! Kau hanya bilang untuk fokus, aku takan bisa fokus jika kau terus berbicara seperti itu." Anak remaja berambut biru dengan wajah dinginnya menyela perkataan guru. "Tapi jika anda tidak diberi arahan, anda akan sulit untuk mendapatkan wujud pertama anda" balas guru Pola. "Fiuh.." Hazin menghela napas. "Apakah kita bisa sudahi saja latihan hari ini? aku sudah mulai lelah." Hazin mulai melepas pakaian latihannya, gurunya tak mampu untuk menyalkal permintaan sang putra kesayangan raja. "Hati-hati tuan!" ia melambaikan tangannya. Hazin terbang menjauhi kastel menuju kota, karna sebentar lagi akan ada Turnament Gya dikerajaan Triton, kota kota sekitar jadi ramai akan pengunjung dari berbagai daerah. Turnamen Gya sendiri sangat populer dan sangat digemari oleh banyak penduduk bumi, tak hanya menyajikan pertarungan yang sengit, turnamen ini juga biasanya menghadirkan pertarungan antar bangsawan kerajaan. Namun tidak.sekedar keluarga sekelas bangsawan saja, raja sebuah negara pun diperbolehkan untuk menunjukan kekuatan nya. Jadi, tak aneh kota yang akan menjadi tuan rumah turnament tersebut menjadi sangat ramai. "Mmm..." Hazin duduk santai diatap tower salah satu gerbang kastel sambil melihat orang orang saling berbicara ramai. "Hey.. Aku baru tahu ada burung sebesar ini" seorang pria berambut merah yang seumuran Hazin menghampirinya, Hazin tetap menatapi orang-orang yang masih sedikit ramai. "Menyebalkan, mau sampai kapanpun, kau akan tetap seperti ini jika kau tak memjawab serorang Jack!" ia berusaha mencairkan suasana. Hazin hanya menoleh dan menatap langit. "Hem... langit yang indah." ucap Hazin dengan wajah dingin. "Oii.. sialan!" Pltak! "Kau hanya menganggap aku sebagai hantu hah?!" jack sedikit memukul kepala Hazin karna merasa kesal. Hazin, anak dari raja Vondest Triton. Walaupun ayahnya memiliki kemampuan tertinggi di bangsa Fadelta, namun tidak dengan anak nya. Hazin tak mampu mendapatkan wujud Ikari Yasei, apalagi seperti ayahnya. Karna itu, orang orang disekitarnya mulai menjauhinya, meledeknya, dan tak mau berteman dengan nya. Itu karna orang lain menganggap Hazin hanyalah Fadelta yang gagal, Fadelta yang hanya akan merusak nama baik bangsa Fadelta. Namun, ayah dan ibunya selalu berada disisinya, selalu menyemangatinya. Mereka lah orang yang selalu membela Hazin, tak peduli situasinya. Namun, ada saat dimana Hazin merasa hanya membuat malu orang tuanya karna ketidak mampuannya dalam hal bertarung, sikapnya berubah dingin seiring berjalan nya waktu. Tidak perdulian menambah ketidak inginan orang untuk berteman dengan nya. Ya, begitulah masa kecilnya. Namun, orang tuanya tak mampu menahan rasa sedih melihat anaknya yang selalu seorang diri, bermain sendiri. Jadi, mereka merekrut pengawal pribadinya sebagai teman hidupnya. Jack, putra sulung dari sahabat raja, Ensberg. Jack satu satunya orang yang selalu menemani Hazin. Jack tak sungkan untuk memukul putera raja jika ia salah, namun itulah yang membuat mereka terus bersama. Hazin dan teman nya Jack diam sambil menikmati indahnya matahari yang tengah terbenam. Sambil terus menatap kejauhan, Jack sedikit menoleh, "Hey, sebentar lagi malam, aku tak mau menemanimu sampai selarut ini. Lagi pula-.." Hazin pergi tampa menoleh sedikit pun. "Huh.. dia itu.. selalu saja seperti itu" ucap jack dalam hati. "Sialan kau b*****h!" teriak jack. "Selamat malam anak ku tercinta.... emuah-emuah...!" ratu Viole langsung mencium kening Hazin saat ia masuk. "Bagaimana latihannya? Kau terlihat cape, ayo cepat mandi bersama ayah mu" Viole tersenyum manis padanya. "Ya.. sebenarnya aku hanya latihan sedikit hari ini, lagipula aku tak mau mandi bersamanya" Hazin membayangkan ayahnya yang selalu menjahilinya saat mandi. "ihk... tidak, itu takan terjadi lagi" Hazin tetap membayangkan nya. "ahaha... apakah itu berarti kau ingin dimandikan oleh ibumu yang cantik ini?" ratu Viole menggodanya. Dengan cepat Hazin menolak, "Tidak! tidak, aku akan langsung ke kamar ku, selamat malam ibu." setelah menolak ajakan ibunya, Hazin pergi dan berjalan sambil melambaikan tangan kepada ibunya. "Mmm... aku masih merasa aneh. Bagaimana orang orang bisa membuat gelombang energi, dan juga sebesar apa kekuatan ayah yang disebut sebagai Fadelta terkuat?" Hazin berbicara pada dirinya sendiri sambil berbaring. "Tidak, itu tidak penting untuk ku. Lagipula, untuk apa aku memikirkan hal seperti itu? Hal yang takan pernah terjadi pada diriku. Namun, akan seperti apa jika aku menyerah pada hal sepele itu?" Ia terus bertanya. "Ahh... membuat kepalaku sakit saja." Tanpa disadari, Hazin perlahan menutup matanya dan tertidur pulas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD