Bag 1

1690 Words
"Nay, nanti anterin gue ke toko buku ya." Kina membereskan buku yang ada di atas meja kantin untuk dimasukkan ke dalam tas ranselnya. Pergerakannya terhenti saat seseorang yang diajaknya berbicara tak membalas ucapannya. Wanita yang terkenal tomboy ini menolehkan kepala ke samping, dan mendapati sahabatnya yang bertubuh mungil yang bernama Kanaya Safira malah sedang asyik memperhatikan seseorang di pojok kantin. Senyum geli muncul dari bibirnya. Wanita ini kembali melanjutkan membereskan buku, dan segera memasukkannya ke dalam tas. "Hayo... liatin siapa lo? Yvan atau Geri?" Cengir Kina menggoda Naya sambil menepuk pundak sahabatnya itu. "Astagfirullah... Kinaaa! Sialan lo! Ngapain sih ngagetin gue?!" Naya bersungut tidak terima. Kina terkekeh geli melihat wajah kesal sang sahabat yang malah terlihat lucu. Naya kembali mengalihkan pandangan ke arah pojok kantin, lalu menunjuk seorang pria dengan dagunya. "Tuh liat si Yvan, baruu... aja putus dari Hani, kelakuan udah kayak COWOK TERTAMPAN DI DUNIA aja. Semua cewek dideketin coba. Idih amit-amit deh!" cerocos Naya sambil bergidik ngeri. Wajahnya terlihat geli sekaligus jij1k. "Lah, itu mah ceweknya aja yg pada kegenitan, dan emang dia ganteng kan, Nay. Hahaha... walaupun gak sedunia. Buat gue, cowok terganteng se-dunia itu om gue, Om David Beckham..hahaha..." jawab Kina sambil terbahak. Naya melirik Kina malas. Wanita mungil ini kembali memperhatikan pria yang dia sebut bernama Yvan itu.  David Yvan Hermawan, Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Arsitektur. Pria blasteran berparas tampan yang memiliki alis tebal dan idaman para wanita di kampusnya itu dikenal sebagai pribadi yang humble dan ramah pada semua orang. Selain itu, Yvan juga terlahir dari keluarga berdarah biru dari sang ayah, yang membuat auranya semakin kuat dan menarik. "Nay, udah sih liatin Yvan-nya. Ntar yang ada lo jatuh cinta loh sama dia." Kina menyikut lengan Naya sambil tersenyum jahil. Naya mendelik tak terima. "Apa?? Gak salah denger kan gue?! Denger ya, Kina, sekali lagi gue bilang 'amit-amit' buat tuh cowok! Udah yuk pulang!" Naya berdiri dari duduknya dengan wajah cemberut, karena Kina malah menggodanya seperti ini. "Ke toko buku, Nayaku sayang... Lo fokus aja sih ke Yvan, jadi gak dengerin kan apa yang gue minta!" ucap kina sebal sambil memajukan bibirnya tanda merajuk. Naya terdiam sesaat, mencerna ucapan sahabatnya ini. Apakah dia melewatkan sesuatu?  Pikirannya kembali ke menit-menit sebelumnya. Matanya melebar saat tersadar. Sepertinya karena terlalu serius memperhatikan Yvan, wanita mungil ini tak sadar kalau sahabatnya mengajaknya berbicara tadi. Dengan wajah penuh rasa bersalah, Naya menarik tangan sang sahabat sampai Kina berdiri. "Sorry deh...” ringis Naya sambil merangkul pundak sahabatnya ini. ”Ya udah ayo, Kinaku tersayang yang kepalanya peyang, kita ke toko buku sekarang. Hahaha..." Naya menarik tangan sahabatnya itu dan melangkah ke luar kantin.  Kina semakin memajukan bibirnya tak terima, tapi tak menolak tarikan tangan sang sahabat yang saat ini semakin tertawa karena melihat wajah kesalnya. Sementara itu, dari kejauhan, pria yang sejak tadi diperhatikan Naya menghela napas lega ketika dua sahabat mantan kekasihnya yang egois dan childish itu pergi. Yvan memang ramah pada siapa pun. Namun tadi dia sengaja menggoda teman-teman wanitanya agar kedua sahabat Hani memberitahu kelakuannya pada wanita itu, dan Yvan dapat segera terbebas dari gangguan Hani lagi. Farhani Wijaya... Mantan kekasihnya... *** "Na, untung si Hani putus ya sama si player itu. Coba kalau enggak, aduh kasian banget Hani, harus jadi mainan si sok TAMPAN itu!" oceh Naya di samping Kina yang sedang memilih novel mana yang akan menjadi koleksi barunya di rumah. Kina melirik sekilas ke arah Naya sambil membalik salah satu novel untuk membaca sinopsisnya. "Lo liat kan tadi dia dipegang-pegang, terus dirangkul cewek-cewek kampus keliatan biasa aja? Malah senyam - senyum c4bul gitu kayak kesenengan. Iidiihh kok gue geli sendiri sih liatnya!" Naya masih saja mengoceh sambil bergidik ng3ri. "Lo jangan prasangka buruk mulu sama Yvan napa. Kali aja cewek-cewek itu yang malah nyari kesempatan buat pegang-pegang Yvan." Kina memutar tubuh menghadap Naya. "Gue malah kasian sama Yvan kalau dia terus sama Si Childish itu." Kina tersenyum sinis. Menunjukkan kalau dia memang tidak suka dengan Hani. Farhani Wijaya, sahabat mereka yang childish dan selalu ingin menang sendiri. Mereka berteman semenjak kelas satu SMA. Sedangkan Naya dan Kinanti Alexa, sudah mengenal sejak mereka masih di taman kanak-kanak. Awalnya Kina tidak ingin berteman dengan Hani yg selalu dia sebut ’Si Childish’. Namun karena kepolosan dan sifat kebidadarian seorang Kanaya yang kasihan melihat Hani dijauhi dan tidak ada teman, maka Naya memaksa Kina untuk mau berteman dengan wanita childish itu. Kina yang punya sifat keras, terpaksa berteman dengan Hani walaupun mereka selalu berdebat dan adu mulut di mana pun mereka berada. Untung ada Naya, si hati bidadari yang selalu menjadi penengah di atara mereka berdua. "Kina, lo gak boleh gitu sama Hani. Jangan prasangka buruk," nasehat Naya sambil ikut membolak-balikkan salah satu novel di depannya. Kina memutar bola mata malas mendengar ucapan Naya. "Nah itu lo tau gak boleh prasangka buruk, tapi lo ngelakuin hal yang sama loh sama Yvan. Lo gak sadar?" tanya Kina sambil menaikkan sebelah alisnya. "Beda dong sama Yvan! Hani itu sahabat kita. Lagian lo gak inget si Hani pernah bilang dia diduain sama Yvan? Dasar player kelas nol besar!" ucap Naya berapi-api. Kina menggelengkan kepala tak percaya ke arah Naya. Sahabatnya yang bernama Kanaya Safira ini, selain polos, baik hati, tapi juga mengesalkan. Padahal mereka tahu bagaimana sifat Hani sebenarnya, tapi Naya masih saja membela wanita itu. "Hadeh..cabe deh, Si Polos!" Wanita ini kembali melanjutkan langkahnya menyusuri rak-rak buku di toko ini untuk mencari novel yang dia inginkan. "Kita denger dari versi Hani, belum denger dari versi Yvan. Jadi lo juga jangan asal nge-judge orang deh, Nay." Naya menghentikan langkah. Sebelah tangannya memegang erat besi rak yang ada di sampingnya. 'Bener sih kata Kina. Tapi..hh..tapi tetep aja gue benci si sok TAMPAN itu! Dia udah hianatin Hani! Apa dia ngerasa dirinya itu cowok paling sempurna? Sampai segampang itu mainin perasaan cewek!' batin Naya berapi-api. Naya memang punya hati bidadari, tapi kalau dia sudah membenci seseorang, akan sangat susah membuatnya tidak berprasangka buruk pada orang itu. "Nay, gue ke rak sebelah sana ya." Kina menunjuk ke rak buku-buku khusus pelajaran.  Naya mengangguk singkat sebagai jawaban. 'Palingan juga dia mau beli buku buat Dino,' ucap Naya di dalam hati. Dino adalah adik semata wayang sahabatnya itu. 'Daripada bengong, mending gue cari komik doraemon terbaru. Mumpung masih ada budget buat beli komik,' cengir Naya yang masih sangat menggemari komik, khususnya komik robot kucing itu. Naya berjalan ke arah rak yang khusus komik-komik yang didominasi anak kecil yang berkumpul di sana. Wanira mungil ini mencari satu persatu komik Doraemon terbaru yang dia inginkan. Sampai pada akhirnya, dia nenemukannya. Bersamaan dengan itu, ada sepasang tangan kokoh yang juga sedang mengincar komik tersebut. Naya dan si pemilik tangan itu saling diam karena terlalu terkejut. Namun tak berapa lama, mereka saling tarik-menarik komik itu. Naya menangadahkan wajahnya untuk melihat siapa yang berani merebut komik itu darinya. Matanya membelalak sempurna, tak ada bedanya dengan si pemilik tangan kokoh yang berdiri di depannya itu. "Lo??!!" teriak mereka berdua. Naya memperhatikan seseorang itu dari atas sampai bawah.  Wanita mungil ini masih tak percaya jika orang di depannya adalah Yvan. Ya... David Yvan Hermawan, pria yang tadi dia gosipkan bersama Kina. 'Kok ni orang udah ada di sini aja sih?! Kayak hantu aja! Suka nongol di mana-mana!' Lepas dari rasa terkejutnya, Naya kembali berusaha merebut komik itu agar terbebas dari tangan Yvan. "Lepas, Van! Cowok kan lo?! Ngalah napa sama cewek!" desis Naya galak sambil menarik benda itu sekuat tenaga. "Lo cewek? Gue pikir bukan." Cengir Yvan sambil berusaha mempertahankan barang sumber keributan yang terjadi di antara mereka. Di dalam hati, Yvan tidak menyangka jika tenaga wanita mungil ini besar juga. Gadis yang terlihat lembut dari luar ini ternyata sanggup bermain tarik-tarikan komik dengannya yang notabene memiliki postur tubuh jauh lebih besar. Wah..ini menarik sekali. "Sial4n Lo! K4mpret, kalong, kelelawar! Cewe lah gue! Cepet deh lepasin. Tangan gue sakit nih!" Yvan melebarkan mata tak percaya. Wanita lembut ini bisa mengumpat juga?  Seketika senyum kecil muncul dari bibirnya. Namun, pria ini segera menghentikan senyumnya, dan mencoba menyembunyikan tawa yang akan menyembur saat wanita di depannya ini memakinya sedemikian rupa. "Ehm..lo aja yang lepasin duluan, nanti tangan lo pasti gak sakit lagi," jawab Yvan dengan nada yang sengaja dilembut-lembutkan. "Van, lo apaan sih! Sumpah deh malu-maluin banget! Diliat anak-anak kecil tuh." Naya melirik beberapa anak kecil yang memperhatikan mereka berdua. Wajahnya sudah memerah karena malu, tapi dia juga tidak akan menyerah. Komik ini harus jadi miliknya! Wanita ini kembali memfokuskan pandangan ke arah Yvan sambil mendelik kesal. "Lepasin gak?! Lo cari komik yang lain kek! Naruto atau apalah itu yang berbau pria! Ini komik gue duluan yang liat. Eh lo malah seenak jidat lo aja ngerebut! Gue gak rela ya kalau gue gak jadi beli komik ini!" desis Naya kesal panjang lebar dalam satu tarikan napas. 'Widihhh... Kalah yang lagi ijab kabul,' batin Yvan. Pria ini kembali menahan tawa sekuat tenaga, agar benar-benar tak menyembur. 'Ni cewek menarik juga,' batin Yvan lagi. Pria ini menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikiran. Tidak! ini bukan saatnya dia terpesona. Ini saatnya dia memenangkan perebutan komik yang sudah ada setengah di dalam genggamannya dari si wanita mungil di depannya ini. Biasanya dia selalu mengalah pada wanita, dan Yvan termasuk pria yang menganut istilah 'Ladies First', tapi kali ini dia tidak bisa mengalah karena-- "Heh, Player Kelas Nol Gede! Lepasin dong! Bener-bener gil4 lo ya! Gak mau ngalah banget sih jadi cowok!" pekik Naya yang sontak membuat Yvan tersadar dari lamunannya. "Sorry, untuk kali ini gue gak bisa!" ucap Yvan lantang. Setelah mengatakan itu, Yvan menarik kuat komik itu. Karena tidak menduga dengan apa yang Yvan lakukan, tubuh wanita mungil ini terdorong persis ke arah Yvan, sampai membentur d**a bidang pria ini. Mereka berdua saling terdiam karena sama-sama terkejut. Jantung Naya berdetak saat menghirup aroma tubuh Yvan yang bercampur dengan parfum mewah yang dipakai pria ini. Naya mengalihkan pandangan ke arah atas, yang membuat pandangannya bertemu dengan Yvan. Bola mata cokelat tua Naya dan bola mata hazel milik Yvan saling memandang. Seketika, Yvan merasa tersihir oleh wajah yang berada tepat di bawah dagunya ini. Mata bulat yang menyihir, pipi chubby yang meminta untuk dicubit, serta bibir imut yang mengundang untuk dik3cup. Wajah ini terlihat sempurna menurut Yvan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD