Pertemuan pertama

1880 Words
Siang hari yang terik, keringat di dahi bercucuran seperti hujan "Jangan lari, jangan lari" teriak Nada. Dia mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk mengejar laki-laki paruh baya gendut di depannya. Laki-laki itu sebenarnya tidak bisa berlari kencang sebab tubuhnya yang gendut itu, sehingga Nada yang seorang wanita masih bisa mengejarnya. Hingga Nada tidak menyadari bahwa laki-laki itu berbelok ke arah gang yang sepi. Hingga sampai di jalan buntu laki-laki itu berhenti dan berbalik ke arah Nada. Nada yang berlari juga ikut berhenti, nafasnya ngos-ngosan, tangannya terulur ke arah laki-laki itu sambil berkata "Cepat kembalikan uangku". Laki-laki itu terlihat tenang sekarang, seekor kelinci kecil sedang menunjukkan taringnya di kandang singa, sungguh sangat bodoh "sudah aku bilang bukan aku yang mencopet uangmu, kenapa kamu tidak percaya". "Hah... Ehh pak kalau bukan bapak yang mengambil kenapa lari?". "Disana ada banyak warga, sudah aku bilang aku tidak mencopet uangmu, aku tidak mau dikeroyok oleh warga disana, enak saja muka gantengku nanti jadi babak belur dong" sambil memegang kedua pipinya. "Manamung... kin..." Sebelum Nada menyelesaikan kalimatnya tiba dia mendengar suara kaki berjalan yang sangat ramai, Nada menoleh ke belakang dengan pelan, dilihatnya ada beberapa orang berjalan kearahnya, tidak tau berapa jumlahnya sekitar sepuluh orang atau lebih. Penampilannya sama seperti laki-laki pencopet itu. Nada melihat ke sekeliling dia baru menyadari dia berada di sebuah gang buntu, bulu kuduknya langsung berdiri, firasat buruk datang, jangan-jangan ini adalah markas pencopet, tamatlah riwayatnya, apakah dia akan di bunuh. Nada mencoba tenang namun sebenarnya detak jantungnya berdegup kencang seperti akan keluar dari badannya. Matanya penuh waspada, dia tidak boleh lengah. "Cepat kembalikan uangku" ucap Nada, meskipun takut dia masih mengharapkan uangnya kembali. Seseorang dengan suara serak menyahuti dari belakang Nada "ada apa?". Laki-laki gendut itu seperti melihat penyelamat, dia langsung berkata "bos, cewek ini menuduh aku mencopet uang dia, padahal bukan aku yang mencopet uangnya, tapi dia tidak percaya". Nada mendengar hal ini tentu saja tidak terima "kalau bukan bapak siapa lagi, bukannya tadi bapak menabrak aku, kalau tidak mencopet kenapa harus lari". "Bagaimana tidak lari, sudah aku bilang disana banyak orang, kamu meneriaki aku copet, kalau di hajar massa gimana". "Bohong, cepat kembalikan uangku". Pria yang dipanggil bos itu membuka mulutnya lagi "Suwito kau tahukan peraturan geng kita". Suwito mulai ketakutan "Bos... sudah aku bilang bukan aku yang mencopetnya, suer", sambil mengangkat dua jarinya ke atas. "Geledah dia". Dua orang anggota geng lainnya sigap menggeledah Suwito dan tidak menemukan apa-apa. Nada masih tidak percaya, dia sangat yakin uang untuk bayar kuliahnya hilang setelah dia ditabrak laki-laki bernama Suwito itu, tapi ditubuhnya tidak ditemukan uang tersebut apakah jatuh saat berlari tadi. Bos geng itu menatap Nada yang masih melamun. Dia melihat Nada dari atas sampai bawah, sebenarnya wanita ini berani juga. Dia mengejar laki-laki yang di kira copet sampai sini, biasanya seorang wanita kalau dicopet langsung menangis tapi dia tidak. Meskipun menggunakan kaos berkerah dan celana jeans bahkan tanpa make up dia kelihatan menarik. Wajah Nada kini menjadi merah, entah karena takut, atau kepanasan membuat dirinya semakin imut ketika dipandang. Bos geng itu akhirnya membuka suara lebih dahulu "Hei cewek, bukan dia yang mencopet, kau harus minta maaf pada Suwito". Nada jadi frustasi saat ini "minta maaf, apa setelah minta maaf uangku akan kembali, pasti uang itu jatuh saat berlari tadi". "Aku jamin bukan Suwito pelakunya, kami bukan geng pencopet". Nada hanya menatap bos geng itu seolah oleh matanya yang sedang berbicara namanya pencuri mana mungkin mengaku pencuri, pasti penjara sudah penuh. "Berapa nomer telepon mu, besok aku ganti uangmu". What... Nomer telpon, apa sekarang bos copet ini lagi modus padanya, Nada langsung membelalakkan matanya, tangan kanannya meraba kantong celananya dan mengambil bulpoint, memegang sangat erat. Pikirannya saat ini adalah bagaimana bisa melarikan diri dari tempat ini, meskipun uang sekolahnya hilang, tapi nyawanya tidak boleh ikut hilang juga. Dengan nekat Nada menodong sekelompok orang tersebut dengan bulpoint di tangannya "minggir, aku mau pergi". Sontak semua anggota geng itu pun tertawa terbahak bahak, mereka tentu saja tidak menyangka bulpoint itu digunakan untuk senjata, namun bos geng itu hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya memberi isyarat agar membuat jalan untuk Nada pergi. Setelah jalan terbuka, Nada langsung berlari kencang seperti angin, dia tidak mau tinggal di tempat yang menyeramkan itu lebih lama, dia berlari tanpa henti hingga masuk ke rumah kosnya. "Dito ikuti cewek itu". *** Keesokan harinya, pagi pagi sekali tiga orang laki-laki dengan pakaian serba hitam sudah berdiri di dekat pintu gerbang universitas, matanya menatap setiap orang yang masuk kedalam kampus, kali ini tidak boleh sampai terlewatkan. Dari jam 6 pagi sampai jam sebelas siang, orang yang mereka tunggu tidak muncul juga. "Bos, sudah jam segini, kenapa cewek itu belum muncul? Apa hari ini dia tidak masuk kuliah?". Suwito sudah capek berdiri disana dari tadi pagi, perutnya juga sudah lapar, dia bertanya pada bos nya mengapa bosnya bersikeras menunggu cewek kemarin itu sampai tengah hari dibawah terik matahari demi mengembalikan uang cewek itu padahal memang bukan Suwito yang mengambilnya. Bos geng itu melihat jam di pergelangan tangannya, sudah jam sebelas lebih. Mungkin cewek kemarin memang hari ini tidak datang kuliah. Dia kemudian mengambil hp dari sakunya dan menelepon seseorang. "Ada perlu apa?" tanpa mengucapkan Halo, seseorang di seberang telpon itu langsung bertanya. "Alex, aku butuh bantuanmu". "Selalu seperti ini" sambil menghela nafas dia tidak habis pikir dengan temannya ini setiap telpon 90% pasti untuk minta bantuannya bukan untuk traktir makan. Tapi apa boleh buat siapa suruh dia jadi temannya. "Hal yang mudah, tolong cari tahu jadwal kuliah kelas ekonomi dari hari Senin sampai hari Minggu". "Untuk apa kamu minta itu, apa kamu mau kuliah jurusan ekonomi?". "Apa sudah saatnya aku kuliah juga sekarang?". "Bukan sekarang, tapi harusnya tiga tahun yang lalu" dia tidak habis pikir temannya ini dari dulu tidak mau disuruh kuliah, kerjaannya hanya di depan komputer, katanya belajar trading saham tapi kegiatannya setiap hari mengurusi geng bentukannya. Usianya sebenarnya masih muda baru berumur 21 tahun tapi dia bisa membangun geng yang anggotanya anak jalanan dan anak punk yang telah tobat. Namanya Samudra, dia biasanya dipanggil Bos Sam (bukan Bos Sem dengan logat Inggris katanya dia bukan orang Inggris, jadi minta dipanggil S- A-M, Sam) Ketika mencari kos kosan Samudra mendapati Alex lagi dipalak oleh segerombol preman, dan Samudra membantu Alex menghajar para preman tersebut, karena latar belakang Samudra keluarga tentara dari kecil dia sudah berlatih bela diri, tak heran Samudra dengan mudah menghajar habis preman yang usianya lebih tua darinya, dari situ dia akhirnya berteman dengan Alex dan menjadi ketua geng dari para preman tadi. Karena menjadi ketua geng preman, Samudra membuat nama baru menjadi geng Laut Hitam, dia juga membuat peraturan baru yaitu gengnya dilarang mendekati narkoba, alkohol, apalagi mencopet. Semua preman di buat tobat olehnya (kalau tidak patuh bisa cacat dihajar oleh Bos) Samudra adalah Bos di kawasan Bumi Ayu tapi ketenarannya hampir satu kota Malang sudah tahu. Sam, Bos geng Laut Hitam memijat dahi dengan jari jarinya sambil berucap "sudah ku bilang aku ingin kerja, cari uang yang banyak, nanti kamu aku buatkan laboratorium Einstein". "Sudah aku bilang juga Einstein itu bukan dokter bedah, buat apa laboratorium itu". "Sudahlah... Cepat kirimkan apa yang aku minta, bye" sebelum mendengar jawaban Sam langsung mematikan hp nya, sedangkan Alex hanya menggeleng gelengkan kepalanya. "Sudah kita kembali saja ke markas, nanti malam saja kita ke tempat kos dia". *** Nada membuka selimutnya dan duduk ditepi ranjangnya, perutnya sudah keroncongan lagi, seharian ini dia hanya roti yang dibelikan oleh teman kosnya. Kemarin malam dia demam, entah karena kecapekan lari mengejar copet atau karena stres uang kuliah semester depan hilang, intinya dia demam dari kemarin hingga sore keesokan harinya. Sehingga Nada memutuskan tidak pergi ke kampus hari ini. Jam sudah menunjukkan angka 7 malam, merasa panasnya sudah turun dia mau pergi ke warung nasi dekat kosnya. Warung nasi ini buka sampai tengah malam, warung model prasmanan, varian menunya banyak, tapi harganya murah. Nada mengambil nasi putih, sayur sop wortel dan juga dua begedel kentang. Uang sakunya tidak banyak apalagi uang semesteran juga hilang jadi dia harus tambah hemat lagi. Saat pulang menuju kos dia merasa ada seseorang mengikutinya, bahkan saat keluar dari tempat kos dia juga sudah merasakan. Karena kejadian copet kemarin dirinya semakin waspada, dia mengeratkan sweaternya dan berjalan cepat, sangking cepatnya dia tidak memperhatikan lubang di jalan yang rusak. Kakinya menginjak lubang itu dan tubuhnya oleng, saat hampir jatuh ke tanah tiba tiba tubuhnya jatuh ke tempat yang empuk. "Hah tidak sakit, kok bisa" pikir Nada, dia lalu membuka matanya dan langsung melotot. "Kamu...". Dia tidak menyangka di depannya kini tiba-tiba ada seseorang yang dia kenal namun sebenarnya sangat ingin tidak mengenalnya. Rambutnya gondrong, berkumis dan berjenggot tipis, sorot matanya tajam, siapa lagi kalau bukan. Ketua geng copet kemarin. Merasakan tubuh Nada menggigil, Sam mendirikan tubuh Nada yang tadi digendongnya kemudian melepaskan jaket dan di selimutkan ke bahu Nada. Nada refleks menyilangkan kedua tangannya ke depan d**a dan mundur ke belakang tapi Sam malah merangkulnya. Merasa tubuhnya semakin dekat, Nada memberontak dari pelukan Sam, entah bagaimana mulanya tiba-tiba bibir Nada dan Sam bersentuhan, keduanya langsung diam tak bergerak selama beberapa detik. Pikiran keduanya langsung pada satu kata "Berciuman". Sekitar tiga atau empat detik berikutnya akhirnya bibir itu terpisah keduanya saling menatap dan memegang bibir mereka masing-masing. Otak Nada mulai bekerja duluan, tidak menunggu lama Nada langsung berlari ke arah tempat kosnya meninggalkan Sam yang terbengong ditempat yang sama. Nada masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras, jantungnya berdebar dengan kencangnya, pikirannya kacau, apakah tadi bisa disebut ciuman?. Bibir seorang pria dan wanita saling bersentuhan meskipun tidak lama tapi memang bersentuhan, bukankan ini yang dinamakan ciuman? "Aish.... Ciuman pertamaku... Kenapa harus dia...", Nada tidak pernah menyangka ciuman pertamanya akan diberikan kepada orang asing yang baru kemarin dia temui, bahkan orang asing itu adalah Bos Geng Copet. Nada sangat menyesal, kenapa bukan pacar atau suaminya saja yang mendapatkan ciuman pertamanya. Nada merasa semakin frustasi sambil menggaruk kepalanya. *** Sam melihat Nada berlari hingga jauh, sedangkan dia masih berdiri di tempat yang sama, tidak bergerak sama sekali, jari-jarinya yang panjang masih memegang bibirnya. Ini juga merupakan ciuman pertama bagi sosok Bos Laut Hitam. Dia tidak menyangka bisa berciuman dengan seorang gadis. Di tengah jalan pula. Entah bagaimana kejadiannya Sam juga tidak begitu jelas, yang dia ingat adalah rasa bibir itu menempel, meskipun hanya sebentar tapi membuat tubuh ini seperti di sengat listrik, kaku dan pikiran berhenti. Sam menoleh ke kanan dan kiri, untungnya jalan ini sepi tidak ada orang lewat, kalau tidak betapa malunya dilihat oleh orang. Ketika berbalik untuk pulang kakinya menginjak sebuah bungkusan di dalam kresek hitam "Tunggu. Bukankah ini nasi bungkus gadis itu, rupanya terjatuh disini dan dia lupa tidak mengambilnya" pikir Sam. Kembali ke markas Laut Hitam, Sam langsung masuk kamarnya. Sejak kejadian ciuman yang tak terduga tadi jantungnya masih berdegup kencang sampai sekarang. Anak buah Laut Hitam melihat Bos nya pulang dengan linglung menjadi terheran heran Salah satu anggota geng tersebut bertanya pada Dito "To, katamu tadi Bos pergi ke kos cewek kemarin itu, kenapa pulang-pulang jadi linglung kayak zombie". "Ya mana aku tau, mungkin cewek itu gak mau terima uang dari Bos kali, atau jangan-jangan uangnya kurang. Eh Suwito, uang cewek itu yang hilang kemarin berapa sih?". "Aku sudah bilang bukan aku yang copet, ya mana aku tau berapa uang wanita itu yang sudah hilang". Sampai sekarang Suwito tetap tidak terima kalau dia masih dituduh jadi tukang copet.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD