Prolog

859 Words
Manhattan, New York, USA | 8PM Suasana sarapan pagi ini terasa sepi. Fred Constantine sebagai pemilik mansion sekaligus kepala keluarga, memperhatikan semua putranya. Setiap paginya hanya ada keheningan. Kalaupun ada suara, pasti sangat berisik. Keberisikan itu timbul karena membahas tubuh perempuan seksi di luar sana. Andai saja anak perempuan satu-satunya bersedia menetap di mansion seperti anaknya yang lain, mungkin dia tidak akan merasa sehampa ini. “Dad, kudengar Hans berhenti. Benarkah?” tanya Roger sambil memotong pancake bertabur potongan buah beri serta maple syrup di atasnya. “Jangan pura-pura bertanya. Ini ulahmu, Roger! Beruntung aku sudah menemukan pengganti Hans. Jangan pernah memperlakukan pengawal baru kalian seperti yang Hans dapatkan. Hargai dia!” kecam Fred penuh ketegasan. “Seandainya pengawal yang Dad pekerjakan adalah perempuan, mungkin kejadian sebelumnya tidak akan terjadi,” sambung Edward. “Pengganti Hans memang perempuan. Kalian harus bersikap lebih manis dengannya dan jangan terlalu menyusahkan!” sambung Anna Constantine—istri Fred. Roger dan Edward saling melempar pandang. Ada senyum aneh yang terukir di wajah mereka. Landon menggelengkan kepala lalu mulai menanggapi, “Kurasa pilihanmu mengutus seorang perempuan di rumah ini salah, Dad.” Kebetulan dia duduk di dekat ayahnya sehingga suaranya dapat didengar oleh ayahnya, lain halnya dengan kedua saudaranya yang duduk di seberang sana. Fred tersenyum. Dia yakin perempuan yang menjadi pengganti Hans mampu menjaga semua anaknya. Sekali-kali dia mempekerjakan seorang perempuan untuk menjadi pengawal pribadi. Keputusannya tidak sembarangan karena dari biodata yang dia dapatkan, perempuan itu cukup kompeten dan berdedikasi tinggi dalam bidangnya. “Kita lihat saja nanti. Kalian semua pasti akan menyukai kehadirannya,” ucap Fred. Suaranya terdengar bersemangat sampai Roger dan Edward yang berada di seberang sana dapat mendengarnya. “Menyukainya? Kalau dia memiliki b****g seksi seperti Kim Kardashian, maka aku akan menyukainya,” sahut Roger yang membuat Fred melotot tajam. “Roger! Berhenti membahas tubuh perempuan! Kau tidak ada habisnya membicarakan hal seperti itu di pagi hari! Kau ingin rekeningmu dibekukan?” maki Anna dengan nada tegas melebihi suaminya. Roger mencibir, “Mom, membicarakan tubuh bukan berarti aku suka merabanya." Kemudian dia melirik Edward yang terkekeh geli karena kalimatnya. “Aku tidak peduli soal kau suka atau tidak tapi kau harus bersikap sopan kepada pengawal baru kita, Roger. Aku tidak mengkhawatirkan semua kakakmu, tapi dirimu yang selalu berulah tidak jelas!” “Iya, Mom.” Landon tidak berkomentar dan memilih menyantap makanannya, sementara Fred merasa bangga memiliki istri seperti Anna yang terkadang dapat menjadi sosok yang lebih tegas atau lebih tepatnya cukup menyeramkan kalau marah. Fred berbisik, “Tenang saja, pengawal baru kita pasti bisa mengatasi semua dengan baik. Percayalah padaku, Sayang.” Anna ikut berbisik, “Aku yakin akan hal itu. Aku sudah tidak sabar menyambutnya, Sayang.” * * * * * Sementara itu, bertempat di rumah kecil masih di kota yang sama, terlihat seorang perempuan berwajah cantik bermata hijau sedang duduk di pinggir tempat tidur mengemasi barang-barangnya. “Kau akan bekerja di tempat baru? Di mana?” tanya Willy King kepada putrinya. “Iya, Dad. Dua hari lagi aku pergi ke tempat lain. Keluarga Constantine yang menjadi tempat baruku,” jawab Ruby. Willy kembali bertanya, “Constantine? Keluarga Fred Constantine atau Constantine yang lain?” Ruby menoleh ke belakang, menarik senyum manis saat menatap ayahnya yang berdiri di ambang pintu kamar. Seharusnya ayahnya tahu, keluarga Constantine yang bersedia membayar jasa pengawal pribadi dengan harga fantastis, tentulah Fred Constantine. “Ya, Fred Constantine. Ada lagi keluarga Constantine yang memiliki kekayaan fantastis? Mengeluarkan satu undangan pernikahan seharga jutaan dollar?” Willy menganggukkan kepala seakan mengerti. “Aku tahu. Berhati-hatilah, putriku. Kudengar semua putranya sering berulah. Pastikan kau tidak pusing dan tidak kalah berargumen dari anak-anak orang kaya itu.” Ruby berdiri, lalu menghampiri ayahnya. Dia memeluk ayahnya sebentar sebelum akhirnya melepaskan di menit selanjutnya. Sambil menarik senyum manis, Ruby mengacungkan ibu jarinya. “Tidak akan ada yang bisa membuatku pusing, Dad. Urusan adu argumen, mereka tidak akan pernah menang dariku. Dad tenang saja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” ucap Ruby yakin. “Seharusnya aku bisa membuatmu bahagia, Ruby. Bukan membuatmu bekerja seperti ini demi mencari uang untuk menghidupi keluarga kita,” kata Willy merasa bersalah. Suaranya bergetar, begitu juga mata yang berkaca-kaca ketika menatap putrinya. Ruby mengamit tangan ayahnya lalu menepuk-nepuk punggung tangannya. “Dad, jangan mengatakan hal itu. Aku rela bekerja tanpa henti asal aku bisa membuatmu sembuh. Kau sudah melakukan banyak hal untukku sejak kecil setelah Mom pergi meninggalkan kita berdua. Saatnya aku membahagiakanmu. Apa pun akan aku lakukan untukmu, Dad.” Willy memeluk putrinya. Tidak ada kata yang dapat mewakili perasaannya selain bersyukur karena memiliki putri sebaik Ruby. Kepergian istrinya tidak menjadi keterpurukan karena masih ada Ruby keberkahan terbesarnya. “Jangan sampai kau terluka karena menjaga semua anak Fred yang menyusahkan itu. Aku takut setelah mendengar rumor mengenai tingkah laku buruk mereka,” bisik Willy. Ruby terkekeh kecil, lalu membalas, “Kau tidak perlu khawatir, Dad. Semua akan baik-baik saja.” Willy yakin putrinya dapat mengatasi dengan baik, tetapi tetap saja anak-anak Fred tidak mudah ditebak, begitu yang Willy dapatkan dari berbagai sumber seperti majalah, maupun media sosial. Sebagai seorang ayah, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putri kecilnya. * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD