Prolog

1492 Words
Tatapan semua siswa berseragam putih abu-abu terlihat menatap lurus ke depan. Memperhatikan guru yang sedang menerangkan materi pelajaran fisika dengan sangat serius. Keadaan di dalam kelas begitu tenang. Hanya suara guru yang terdengar. Sesekali suara siswa menjawab pertanyaan. Kelas itu begitu tertib dan berbeda dari kelas lainnya. Maklum saja, kelas itu adalah kelas unggulan di Global High School. 11 IPA 1. Para murid IPA 1 adalah murid terbaik dan terpintar di seluruh angkatan kelas 11. Banyak murid berprestasi di dalamnya dan menjadi kebanggaan para guru. Sejak awal masuk sekolah, kelas IPA 1 memang sudah terkenal akan kepintaran dan prestasinya. Hal tersebut tidak bisa diganggu gugat lagi. Bagi para guru, hanya di kelas itu lah mereka bisa menjelaskan materi dengan baik dan tenang tanpa mendengar keluhan-keluhan atau pun menertibkan kelas yang heboh oleh celotehan para murid. Jika membandingkan cara belajar anak kelas ini dengan kelas lain, sangat terlihat jauh berbeda. Sekarang, guru terlihat menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal ke depan dan yah, seperti yang diharapkan. Siswa dapat mengerjakannya dengan mudah. Semakin membuat guru bangga dengan anak-anak kelas itu. Terbukti dari senyuman puas yang terpampang di bibir merah terpoleskan lipstik merah menyalanya. Guru perempuan itu kembali menatap seluruh murid di kelas. "Apakah ada yang ingin bertanya?" Meskipun ia sudah yakin tidak akan ada lagi pertanyaan. "Tidak ada, Bu!" Tepat sekali bukan tebakannya?! Guru itu tersenyum. "Baiklah, kalau tidak ada pertanyaan. Silahkan salin dulu materi yang ada di papan tulis." "Baik, bu." Lagi-lagi tidak ada bantahan. Ah, memang sangat menyenangkan sekali menjadi guru di kelas ini bagi setiap para guru. Sang guru pun duduk di kursi. Membiarkan para murid mencatat, sementara dirinya membereskan barang bawaannya karena sebentar lagi jam istirahat tiba. Semua murid di dalam kelas langsung bersorak senang mendengar bel istirahat berbunyi. Meskipun mereka terkenal paling unggul dan berprestasi, mereka tetap lah seperti murid lainnya yang membutuhkan waktu istirahat. Apalagi waktu istirahat adalah hal yang paling mereka tunggu-tunggu. Waktu istirahat biasa mereka gunakan untuk pergi ke kantin, nongkrong, main hp, tidur, atau pun melakukan kegiatan lainnya, selain belajar. Kehebohan murid di kelas IPA 1 hanya bisa membuat guru geleng-geleng kepala. Lantas, guru itu pun langsung ke luar dari kelas setelah memberikan salam perpisahan. Beberapa murid mulai keluar dari kelas dan menyisakan beberapa yang tampak masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Diantaranya adalah Nathali dan Rere. Nathali menyimpan semua buku dan pena ke dalam tas kecil berwarna ungu kesukaannya. Di sampingnya terlihat Rere yang tengah bertopang dagu, menatap Nathali dengan tatapan dan senyuman aneh. "Gue dan Gevan punya sebuah kejutan besar untuk Lo." Gevan adalah pacar Nathali beberapa bulan belakangan ini. Pria yang mengejar Nathali tanpa kenal lelah sehingga berhasil mencuri hati Nathali. Gevan seorang most wanted boy di sekolah ini karena berwajah tampan. Banyak perempuan yang mengidolakannya tapi tidak ada yang berani menganggu Gevan terang-terangan karena mereka insecure duluan dengan Nathali. Sementara itu, Nathali menoleh ke Rere. Mengerutkan keningnya. Merasa heran dengan penuturan sahabatnya. "Kejutan apa?" Lagi-lagi Rere -sahabatnya sejak awal masuk kelas 10 itu- tersenyum misterius ke arah Nathali. "Kalau gue ngasih tahu sekarang, berarti nanti gak akan jadi kejutan lagi dong." Nathali terkekeh geli mendengar nada protes Rere. "Iya deh." "Sekarang ikut sama gue. Gevan udah nunggu kita di sana." Nathali mengangguk saja. Memilih menuruti ucapan sahabatnya tanpa banyak tanya karena ia sudah penasaran. Gadis cantik itu keluar dari kelas IPA 1. Tatapan para laki-laki langsung mengarah kepadanya. Menatapnya tanpa berkedip. Bagi mereka semua, Nathali adalah sosok perempuan tercantik di sekolah. Wajah cantik, body goals, iris berwarna biru, hidung mancung, bibir tipis, pipi chubby, dan rambut pirang sedikit bergelombang yang dibiarkan tergerai begitu saja. Semua laki-laki di sekolah ini begitu menggilainya karena kecantikannya tersebut. Tak jarang, ia mendapatkan pernyataan cinta mendadak di kantin, tengah lapangan, di koridor, atau dimana pun. Baik di hadapan semua orang atau pun tidak. Selain itu, ia juga sering mendapatkan surat cinta dan coklat di lokernya. Nathali tidak merasa risih sedikit pun di tatap oleh semua orang di sekitarnya karena ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian sejak kecil. Belum lagi kedudukan orangtuanya semakin membuatnya semakin menjadi pusat perhatian. Dimana pun ia berada, tatapan kagum selalu di terimanya. Ah, Wajah cantik dan status orangtuanya memang sangat menarik perhatian. Nathali Alexander. Sudah dielu-elukan sejak dulu. Pengikutnya di sosial media bahkan mencapai jutaan orang. Fans sangat banyak. Kaya raya. Murid kesayangan guru. Punya pacar tampan dan sahabat pengertian. Kehidupan Nathali terlihat sangat sempurna di mata semua perempuan. Membuat perempuan mana pun ingin menjadi dirinya, walau hanya sehari. Brakk!! Tubuhnya terjatuh begitu saja ke lantai saat bahunya ditabrak oleh seseorang. "Hei!! Kalau jalan itu lihat-lihat dong!!" Sentaknya kesal sambil meringis kesakitan. "Maaf." Cicit orang yang menabraknya. "CK! Lo lagi!" Decak Nathali kala melihat si penabrak. Orang itu adalah Nathalia Putri Richard. Gadis yang terkenal paling cupu dan mudah ditindas di Global High School. Nama mereka memang sama tapi kehidupan sekolah mereka berbeda 180°. Nathali berdecak kesal saat melihat Nathalia pergi begitu saja tanpa berniat membantunya sama sekali. Nathali dibantu berdiri oleh Rere. "Si culun itu benar-benar menyebalkan. Pengen gue Jambak rasanya." geram Rere. Nathali menghela nafas. "Sudahlah. Gak ada gunanya berurusan dengan dia. Lebih baik cuekin aja." "Iya juga sih." "Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Nathali tiba-tiba. "Ke rooftop." Nathali ber- oh ria. Tidak menanyakan apa pun lagi dan lebih memilih mengikuti Rere. Di dalam hati Nathali sudah tidak sabar mengetahui kejutan yang dimaksud Rere. Anak tangga mereka pijaki penuh semangat hingga sampai lah mereka di atap sekolah. Di sana sudah ada Gevan dan pria itu melemparkan senyuman manis ke Nathali. Gadis cantik itu mengerutkan kening heran. Tidak ada yang spesial menurutnya. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Rere tapi kini wajah sahabatnya terlihat mencemooh. "Ini kenapa sih?" tanyanya heran. Rere tiba-tiba mendekati Gevan dan memeluk leher Gevan manja. Nathali mengerjapkan mata tidak percaya melihat hal itu. 'apa yang sebenarnya terjadi?' pikirnya linglung. "Aku dan Gevan sudah resmi berpacaran." Ucapan yang keluar dari mulut Rere membuat mata Nathali melotot kaget. "Lo pasti sedang bercanda 'kan, Re?" tanyanya tak percaya. Rere menatap Nathali sinis. Begitu pun dengan Gevan. "Kita putus!" katanya begitu saja. Nathali menggelengkan kepala tak percaya. "Kalian pasti sedang ngeprank gue, 'kan?" Gevan langsung mencium bibir Rere dan Rere pun membalasnya. Sekarang, Nathali tahu bahwa apa yang mereka ucapkan nyata bukan bercanda. Air mata Nathali perlahan menetes. Hatinya terasa sangat sakit mendapati kenyataan Gevan berselingkuh dengan Rere. "Sejak kapan kalian berdua menjalin hubungan di belakang gue?" Rere tertawa keras. "Jangan menganggap gue sebagai selingkuhan Gevan karena sejak awal Lo lah yang selingkuhannya. Asal Lo tahu ya, gue dan Gevan udah pacaran sejak kelas 9." "TAPI KENAPA?! KENAPA KALIAN TEGA KAYAK GINI KE GUE?!" teriak Nathali marah. Rere melepaskan pelukannya dari Gevan dan berjalan mendekati Nathali. Gadis itu tersenyum miring dan mendorong kening Nathali. "Karena kami ingin menguasai seluruh harta lo." Tubuh Nathali menegang kaku mendengar jawaban yang tak disangka-sangkanya. Seketika ia teringat dengan kejadian beberapa hari lalu. "Haha. Udah sadar ya dengan kebodohan Lo? Sekarang semua harta lo udah pindah ke nama Gevan dan itu Lo sendiri yang melakukannya." Tubuh Nathali bergetar hebat. Menyadari kebodohannya akibat terlalu percaya dengan ucapan manis Gevan. Oh ya, Lo belum? Kalau orangtua Lo meninggal dunia karena mendengar harta mereka pindah tangan ke Gevan." Matanya kian memanas. Ia menatap Rere penuh emosi. "Kenapa kalian tega melakukan ini ke gue? Apa salah gue ke kalian?" Rere dan Gevan tertawa kencang mendengar pertanyaan Nathali sedangkan gadis malang itu berusaha menahan air matanya sekuat tenaga supaya kedua orang penghianat itu tidak semakin bahagia. "Kau saja yang bodoh karena terlalu mempercayai orang lain!" cemooh Gevan. Nathali mengepalkan tangannya kesal dan melayangkan tamparan ke pipi kanan Gevan sekuat tenaga sehingga sudut bibir Gevan berdarah. "Bajing*n!!" umpatnya marah. Gevan diliputi amarah. "Lebih baik kita segera membereskan gadis sialan ini, sayang!" Rere membenarkan. Kedua orang itu memegangi tangan Nathali dan menyeret Nathali ke arah tepian rooftop. Nathali panik dan memberontak. "Apa yang kalian lakukan, hah?! Lepasin gue!!" jeritnya tapi Gevan menjambak rambutnya kasar. "Diam dan nikmati saja akhir hidup Lo, b***h!" Nathali memberontak sekuat tenaga hingga pegangan keduanya terlepas. Buru-buru Nathali pergi ke arah pintu, melarikan diri tapi pintu rooftop terkunci rapat. "Mencari ini, temanku tersayang?" kekeh Rere sambil menunjukkan kunci di tangannya. Nathali terpojok. Tidak bisa melarikan diri karena ditangkap lagi oleh Gevan dan Rere. Mereka menyeret Nathali ke tepi rooftop. "Kalian iblis!! Gue akan membalas kejadian hari ini berkali-kali lipat!!" erang Nathali. "Oh ya? Sayangnya lo gak akan bisa membalas perbuatan kami karena kami akan mengirim Lo pergi ke neraka bersama orangtua lo." Setelah mengatakan itu, keduanya mendorong tubuh Nathali ke bawah hingga terdengarlah teriakan kencang dari Nathali. Tubuh Nathali terjun bebas dari lantai 5 sekolah. Setibanya di bawah, kepala Nathali langsung hancur dan berserakan. Semua murid mengerubungi Nathali yang sudah tidak bernyawa dan sedih melihat akhir hidup primadona sekolah mereka. Akan tetapi, itu bukan lah akhir kehidupan Nathali karena itu baru lah awal dari kehidupannya yang sesungguhnya. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD