Bloody Rose

2076 Words
Bloody Rose adalah sebutan untuk seorang wanita yang berada dikota kecil, ditengah desa bernama Landem, disebuah kota Boston. Wanita itu terkenal dengan penguasa judi di Casino yang selalu meraih banyak dollar setiap dia memainkan judinya bertanding dengan beberapa orang, mulai dari orang biasa yang bertaruh uang sen, hingga mafia kelas atas yang menaruhkan jutaan dollarnya agar dapat mengalahkan wanita itu dimeja judi. Namun, harapan tinggallah sebuah harapan. Berjuta - juta dollar yang mereka taruhkan, tidak akan mampu membuat Bloody Rose kalah diatas meja judi. Itu yang membuat daya tarik seorang wanita dengan tudung merahnya, dan selalu membawa sebuah bunga mawar saat berada dimeja judi. Orang - orang memanggilnya dengan Bloody Rose, karena wanita itu membawa sebuah mawar merah dan dia menghisap uang para pejudi layaknya seperti darah. Maka orang - orang memanggilnya sebagai Bloody Rose. "Aku ambil uang - uang ini, sebagai tanda kekalahanmu Mr. Chwelk," kata Rose dengan tersenyum menyeringai. Pria bertato yang mengenakan jas hitamnya mengelus dagunya heran, bagaimana bisa dia seorang Casanova dikalahkan dengan seorang wanita yang bahkan tidak bisa dikatakan lihai berjudi. "Nona Rose, bagaimana bisa kamu memenangkan setiap perjudian, apa yang selalu membuatmu benar hingga kamu selalu meraih jackpot?" tanya Chwelk dengan penasaran. Rose mendengarnya dengan tertawa kecil, dia mengangkat tangannya dan meletakan ke atas meja. Dan mengetuk - ngetukan dengan membunyikan sebuah suara diatas meja. "Seperti namaku, bloody, yang artinya darah. Maka, aku akan menyerap uang kalian seperti darah yang selalu membuatku menjadi lapar." Chwelk semakin penasaran dengan wanita didepannya ini, "Lalu kemana semua uang yang kau terima, bukannya dalam sehari kau bisa memenangkan perjudian hingga lebih dari sepuluh kali. Aku dengar, banyak para mafia yang menaruhkan uangnya untuk mencoba mengalahkanmu." Rose meletakan tangannya dan mengelus dagunya. Dia mendekat kearah Chwelk, lalu tersenyum tipis. "Aku rasa, sesi tanya jawabnya sudah cukup Mr. Chwelk, aku harus menghabiskan uang - uang yang kudapat darimu." Rose berdiri dan mengangkat tas yang berisi penuh dengan uang yang dia dapatkan dari berjudi. Kemudian, dia bangkit dan pergi dari meja judi keluar dari Casino. Chwelk, menatap kepergian dari ratu judi ini dan terus menatapnya, "Aku rasa aku tertarik dengan seorang Bloody Rose. Dan aku akan mendapatkannya," gumam Chwelk dengan tertawa. **** Rose, membanting tas yang berisi uang diatas kasurnya. Dia membuka tudung yang dia gunakan seharian ini. Wanita itu kemudian duduk dan menyesap rokoknya. "Mudah sekali membodohi para mafia itu, aku jadi semakin tertarik menghisap semua uang yang mereka miliki." Dari kejauhan seorang anak kecil berlari kearahnya, "Rose, apa kamu membawa kertas - kertas itu lagi saat pulang?" Rose, wanita itu tersenyum kepada bocah laki - laki yang menggoyangkan kakinya dengan tangan mungilnya itu. Dia kemudian memangku bocah itu diatas pahanya, "Iya, aku membawa kertas - kertas itu untukmu. Apa kamu senang Jack?" Jack, nama bocah laki - laki yang bersama dengan Rose. Dia menganggukan kepalanya, dan menatap berbinar ke arah wanita itu. "Iya, aku bisa membeli permen dengan kertas - kertas itu Rose. Kertas - kertas itu sangat ajaib sekali. Aku jadi menyukai setiap kali kamu membawanya pulang." "Baiklah, kau bisa mengambilnya jika kau senang. Aku tidak terlalu membutuhkannya." "Sungguh? Aku juga bisa membaginya dengan teman - temanku Rose?" Rose menganggukan kepalanya, "Tentu, bagikan dengan temanmu jika kamu merasa ingin. Lakukan jika itu yang kamu inginkan, tapi ingat, jangan lakukan jika kamu tidak menginginkannya. Itu yang selalu aku ajarkan kepada kamu Jack." "Tentu! Rose menginginkan menjadi seperti super man yang selalu melakukan semua dengan kehendaknya." "Bagus, sekarang kamu bisa pergi bermain. Aku sangat lelah sekali hari ini." "Baiklah," kata Jack sambil membawa tas yang berisi uang dan membawanya dari kamar Rose menuju keluar. Rose tersenyum melihatnya, dia juga tak merasa ingin menikmati uang - uang yang dia dapatkan dari berjudi. Dia hanya ingin mematahkan harga diri para mafia, bukan mendapatkan uang mereka. Karena dia membenci seorang mafia, tujuannya adalah menghancurkan kesombongan mereka semua. "Tunggu beberapa saat lagi, hingga aku bisa membalaskan rasa sakitku dengannya. Aku pastikan aku akan menghancurkannya dengan tanganku sendiri, ya.. dengan tanganku sendiri." ***** Esok harinya, sama dengan rutinitas yang dijalaninya. Dia datang kembali ke sebuah Casino. Tapi, bukan sebuah Casino biasa yang dia kunjungi. Melainkan Casino terbesar yang ada dikotanya, Boston. Dengan angkuhnya, Rose berjalan dengan mengenakan tudung merah yang biasa dia gunakan. Dengan sebuah mawar merah, dia genggam menemaninya untuk memulai peperangan yang akan dia lakukan. "Hey, lihatlah. Disana ada Bloody Rose!" seru seorang pria yang melihat kedatangan Rose di Casino tersebut. "Wah benar, untuk siapa dia datang kemari?! Siapa yang akan siap untuk dikalahkan dengan wanita penghisap uang tersebut," gumamnya penasaran. Rose mendengar semuanya. Dia menulikan telinganya fokus dengan tujuan utamannya. Setiap dia datang kesebuah Casino, semua orang memperhatikannya, bahkan juga membicarakannya. Tapi, Rose tidak memperdulikannya. Dia tetap dengan angkuhnya berjalan, dan duduk disebuah meja judi yang berada ditengah - tengah. "Wah, seorang Bloody Rose duduk dihadapan Tuan Philip, lihatlah!" seru mereka semuanya yang melihat Rose duduk didepan seorang Philip Alexander, seorang penguasa dijajaran tanah Eropa dan juga America. "Senang bisa duduk dimeja ini bersama denganmu Tuan Philip," kata Rose sambil menyeringai senyumannya. Philip, pria itu menaikan sebelah alisnya dan melihat ke arah pengawalnya. "Siapa dia?" tanya Philip heran. Calid, pengawal dari Philip kemudian merunduk dan berbisik kepada Philip ditelinganya. "Dia ratu penguasa Casino, orang - orang memanggilnya Bloody Rose. Dia penghisap uang para mafia Tuan." Mendengar penjelasan dari pengawalnya, Philip menjadi tertarik. Dia menatap tajam wanita dengan tudung merahnya. "Jangan membicarakan seseorang yang ada didepanmu Tuan itu tidak sopan bukan. Kau bisa memanggilku Rose jika berkenan." "Baiklah Rose, apa yang membawamu hingga berani duduk dimeja judiku?" Rose tertawa mendengarnya, dia kemudian menaikan tangannya diatas  meja dan mengetuk - ngetukan jarinya diatas meja itu. "Apakah anda tau Tuan, jika biasanya para mafia dengan mudah menawarkan untuk berduel denganku diatas meja judi, tapi ini berbeda. Karena aku yang akan menawari anda untuk berjudi sekarang." Philip merasa tertarik dengan ucapan wanita itu. Kemudian, dia mengelus dagunya perlahan dan menaikan alisnya. "Apa taruhan yang kau berikan untuk judi kali ini?" Rose tersenyum, dia memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Pikirkan saja apa yang akan kau berikan sebagai tanda kekalahanmu Tuan Philip." Philip mengeraskan rahangnya, dia tertarik sekali dengan gaya seorang Bloody Rose dihadapannya ini. "Aku tawarkan sebuah kesepakatan untukmu, kau bisa memintanya apapun itu jika kau menang, bagaimana?" "Tentu, aku akan memintanya segera setelah ini," kata Rose dengan senyum yang membawa sebuah arti tersendiri. Rose mulai menunjukan taringnya. Meski matanya tertutup oleh tudung yang menutup wajahnya, namun instingnya terlahir sangat kuat. Wanita itu menunjukan taringnya dihadapan sang Mafia besar. Philip Alexander, pria itu mengamati pergerakan dari sang lawan. Dia tidak mungkin kalah, hanya karena seorang wanita yang jelas dia tak mengenalnya. Dia harus bisa mengalahkan sang ratu judi dihadapannya. Mereka bermain beradu sengit untuk mempertahankan harga dirinya masing - masing. Detik - detik terakhir permainan akan selesai, Philip dan Rose memiliki nilai yang seri. Dia mengamati wanita itu yang menutup menyembunyikan kartu terakhirnya. Jika Rose memiliki nilai satu lebih tinggi darinya, maka jelas dia jatuh pada kekalahan. Namun, jika dia lebih unggul satu dibanding kartu yang akan Rose buka, dia akan berada dikejayaan. Semua orang menunggu momen hal yang seperti ini. Dimana, sang Mafia terhormat mereka beradu dengan sang ratu judi yang amat terkenal. Rose, wanita itu melihat kartunya dan tersenyum menyeringai. Dia kemudian membuka kartunya dimeja. Semua orang bersorak melihat hasil akhir dari judi kali ini. Philip, pria itu mengeraskan rahangnya melihat kartu milik Rose jauh lebih besar dibandingkan miliknya. Mereka terpaut nilai satu pada kartu mereka. "Bagaimana Tuan Philip, kau sudah melihatnya sendiri bukan?" kata Rose menyeringai membentuk sebuah senyuman yang sangat lebar. Philip memejamkan matanya, mengepalkan tangan, "Apa maumu?" "Pernikahan," kata Rose santai. "Apa?!" kata Philip terkejut. "Aku menginginkan pernikahan sebagai hadiah judiku kali ini," kata Rose sambil menyeringai. Philip berdiri dan merapikan jasnya. Dia menatap tajam wanita dibalik tudung merah menatapnya sangat kesal. "Kau bisa meminta uang, rumah, segalanya, tapi.. tidak dengan sebuah pernikahan! Aku tidak akan mengabulkan apa yang baru saja kamu ucapkan," Philip menolaknya, bagaimana bisa dia meminta sebuah pernikahan yang jelas tidak akan bisa dia penuhi sekarang ataupun nanti. Itu adalah hal mustahil untuk dirinya. Philip hendak keluar meninggalkan ruang judi, tetapi tiba - tiba suara dari Rose membuat dia mengepalkan tangannya. "Seorang mafia besar mengingkari janjinya. Sungguh memalukan, untuk seorang mafia besar. Derajatmu bahkan tidak lebih tinggi dari seorang b***k wahai pengingkar janji." Mendengarnya, Philip menjadi mengepalkan tangannya. Dia dihina didepan seluruh orang yang berada di Casino saat itu juga. Pria itu melangkahkan kakinya lebar dan melangkah keluar dari tempat perjudiannya. Rose yang melihat mengangkat sunggingan senyumnya, "Kita lihat saja Tuan Philip, tidak lama lagi kamu yang akan mendatangiku dengan sebuah pernikahan," kata Rose dengan penuh menyeringai. **** Philip merasa kesal sampai di mansionnya. Dia menghempaskan diri dikursi kebesarannya dan menaikan kakinya menumpang di kaki lainnya. Pria itu menyesap rokoknya dan mengepul asapnya diudara. Dia teringat bagaimana permintaan wanita bertudung merah itu dengan seenaknya sendiri. . Bagaimana bisa, dia menikahi wanita itu. Jika dia tidak bisa tertarik dengan seorang wanita. Dia adalah penyuka sesama jenis, yang tak mungkin berdebar meski wanita manapun telanjang dihadapannya. Baginya, wanita bukan hal yang penting, apalagi untuk sebuah ikatan serius pernikahan. Itu sangat tidak masuk akal. "Permisi Tuan muda, Tuan Alexander memanggil anda untuk ke dalam." Philip mematikan rokok batanganya, dan menatap pria baya yang menunduk hormat kepadanya. "Ada apa pria tua itu memanggilku?" "Entah, tapi raut muka Tuan Alexander terlihat keras. Dia seperti murka terhadap sesuatu Tuan muda.." Philip berdiri lalu membenatkan jasnya, "Baiklah jika begitu, aku akan segera menemui pria tua itu." Philip dengan santainya berjalan menuju ruang pribadi dimana Ayahnya berdiam diri. Setelah sampai disana, dia mengetuk pintu berlapis emas yang terlihat begitu mewah. Pintu terbuka otomatis, dan kemudian Philip memajukan langkahnya hingga memijakan kakinya disatu frekuensi dengan sang ayah. Terlihat pria berbadan tegap dengan tato dengan bentuk naga dilengannya berdiri memunggungi Philip dengan memasukan tangannya disaku celana. "Ayah, ada apa memanggilku?" Pria tua yang disebut dengan -Ayah, dia membalikan badannya dan menatap tajam Philip. "Aku dengar dari warga desa yang bekerja untukku, kau kalah berjudi dengan seorang wanita." Philip menatap balik tajam ayahnya, "Bagaimana bisa Ayah mengetahuinya?" tanya Philip. "Sudah ku katakan, aku mengetahuinya dari orang desa yang bekerja denganku bodoh! Bagaimana bisa kamu begitu bodohnya, astaga." "Aku memang berjudi, dan kalah. Lalu apa masalahnya?" Sang Ayah, memajukan langkahnya dan mendekat pas didepan Philip. Kemudian menamparnya keras. Plak! "Bagaimana bisa kamu mempermalukanku!" kata Alexander begitu geramnya. Philip diam menundukan wajahnya. Dia tau, jika si tua akan murka karena merasa dia mencoreng nama baik dari seorang Alexander. "Kau tau? Kau tidak menempati sebuah janjimu dengan wanita itu. Itu membuat semua orang bergunjing tentang segalanya. Termasuk kau! Kau membuatku sebagai orang yang ditakuti menjadi diremehkan!" geram Alexander. "Aku tidak berbohong, tentu saja aku menepati sebuah janji judiku dengan wanita itu. Tapi, dia hanya meminta sesuatu hal yang tak mungkin aku berikan Ayah.." "Apa?!" "Pernikahan," kata Philip akhirnya. "Dia menginginkan sebuah pernikahan denganku, dan tentu saja aku tidak bisa mengabulkannya! Ayah sendiri tau, jika aku adalah seorang penyuka sejenis, aku tidak mungkin bisa tertarik dengan seorang wanita sekalipun." Alexander mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Dia kemudian menatap Philip dengan tajam. "Nikahi dia, ini adalah perintah mutlak untukmu!" "Tidak!! Aku tidak bisa menikah dengan seorang perempuan! Aku tidak tertarik, bisakah kau tidak membuatku merasa kesal dengan perintah konyolmu?" kata Philip mulai kesal dengan permintaan dari Ayahnya itu. "Aku tidak ingin dibantah! Temui wanita itu sekarang, atau aku akan membunuh Zavier dihadapan seluruh masyarakat Boston?" kata Alexander dengan tegas. Philip membelakan matanya, bagaimana bisa Ayahnya sangat tega karena membuat Zavier menjadi sangat murka sekali. Zavier, adalah kekasih dari seorang Philip Alexander. Philip menyadari perasaannya saat dia bertemu dikelas gulat, dan sering bertemu bersama. Akhirnya, dia memutuskan untuk saling terikat dengan menjadikan Zavier kekasihnya. Semua orang mengenal Zavier sebagai pria normal yang tampan dan sangat digilai oleh kaum hawa. Ketampanannya, hampir setara dengan seorang Philip Alexander. Namun, Zavier dikenal memiliki aura yang tenang, dan lebih lembut dibandingkan dengan Philip yang keras. Philip, pria itu mengeraskan telapak tangannya. Dia merasa jantungnya berpacu cepat mendengar titah sang Ayah. Tidak mungkin, karena sebuah judi dia mengorbankan kekasihnya. Philip memejamkan matanya dan membuang nafasnya kasar. Lalu, dia membuka kembali matanya dan menatap sang Ayah dengan tatapan menyalang. "Baik! Aku akan menikah wanita sialan itu, tapi.. lepaskan Zavier, dan jangan mengusik kehidupan pria yang spesial untukku!" Alexander berdecih mendengar ucapan putranya,"Temui wanita itu dulu, dan bawa dia sebagai menantu keluarga ini. Baru aku akan melepaskan priamu itu!" Philip mengepalkan tangannya dan keluar dengan perasaan murka. Dia meninggalkan suara dentuman pintu yang keras sebagai tanda bahwa dia merasa marah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD