Part 1 | Semesta

1068 Words
Sejak pandangan pertama empat tahun lalu, Nada Saquila jatuh hati kepada Galenio Semesta. Namun, laki-laki yang akrab disapa Semesta itu adalah kekasih dari Melodi Arshaila, kakaknya Nada. Nada kira, rasanya untuk Semesta hanya rasa kagum yang tidak akan bertahan lama. Namun, Nada salah, ternyata rasa itu semakin tepatri di dalam hati dan kian membesar. Sampai akhirnya Nada menolak beberapa laki-laki hanya karena Nada mencintai Semestanya Melodi. Padahal Nada sadar, sampai kapan pun Semestanya Melodi tidak akan pernah menjadi milik Nada. Namun, beberapa waktu lalu entah ada keberanian dari mana, Nada mengungkapan perasaan cintanya kepada Semesta, dan meminta laki-laki itu agar menjadikannya kekasih, tidak apa-apa menjadi yang kedua asal bisa bersama Semesta, itulah yang Nada pikirkan saat itu. Awalnya Semesta menolak karena ia hanya mencintai Melodi, terlebih lagi Semesta tidak ingin mengkhianati perempuan yang telah menjadi kekasihnya sejak empat tahun silam. Namun, akhirnya Semesta menerima Nada sebagai pacar keduanya, dengan syarat waktu pacaran mereka dalam seminggu hanya sehari, yaitu hari minggu, itupun kalau mood Semesta tidak buruk. Ketukan dari pintu kamar, membuat Nada tersadar dari lamunannya, ia pun segera beranjak dari kasur untuk membuka pintu tersebut. "Nad, pinjam lipcream dong, punya Kakak habis." Nada pun langsung mempersilakan kakaknya masuk untuk memoles bibirnya dengan benda tersebut. "Mau jalan, Kak?" tanya Nada basa-basi, padahal ia tahu tiap malam minggu, Melodi hampir tak pernah absen untuk dating dengan sang kekasih. Setelah selesai melakukan aktivitasnya, Melodi mengangguk. "Iya, Kakak jalan dulu ya, Semesta udah nunggu di bawah, thank you, Nada." Melodi pun segera keluar kamar, dan Nada mengikuti langkah kakaknya dengan perasaan sesak yang ia tahan, ia melihat di lantai bawah ada Semesta yang begitu akrab dengan Wira, ayahnya. Wira memang menyukai Semesta, pria mapan dari keluarga baik-baik. Calon menantu kesayangan ayahnya. Setelah Melodi dan Semesta berangkat, barulah Nada turun ke bawah untuk makan malam bersama orangtuanya. "Tuh, Nad, contoh kakakmu, dapat pacar yang baik, kamu udah kuliah masih aja jomlo," ujar Ana, sang Bunda. Nada bukan hanya menjadi yang kedua di hati Semesta, juga menjadi yang kedua di keluarganya. Anak kebanggaan Ana dan Wira hanya Melodi, perempuan cerdas yang cantik, bahkan keluarga besar lebih menyukai Melodi bukan Nada. Nada itu ada, tetapi kadang tak terlihat. "Ayah juga enggak pernah lihat kamu jalan sama  cowok atau cowok datang ke rumah, kamu memang enggak selaku itu, Nad? Biar Ayah yang carikan kalau begitu," ucapan Wira semakin membuat Nada tidak nafsu makan. Nada pun menghela napas, lalu beranjak dari tempatnya. "Aku udah kenyang." "Attitude-nya juga enggak sebagus Melodi, padahal cara didikan kita sama," lanjut Wira yang diabaikan oleh Nada. *** Nada tidak pernah menangis lagi saat mendengar ujaran-ujaran yang membuatnya sakit hati, karena telinga Nada sudah kebal mendengarnya jadi terasa biasa saja, walau tidak bisa dipungkiri, tidak membalas perkataan mereka bukan berarti Nada baik-baik saja. Kadang apa yang orangtuanya katakan itu benar, mau bagaimana lagi, protes juga tidak bisa karena itu faktanya. Untuk ukuran fisik Nada memang standar, tidak secantik Melodi. Untuk urusan otak, Nada juga tidak secerdas Melodi yang selalu berprestasi saat di sekolah maupun di perguruan tinggi. Apa yang mereka katakan benar, Nada mengakui hal itu. Namun, yang Nada inginkan adalah stop membanding-bandingkan Nada dengan Melodi. Nada yang sudah insecure, semakin insecure. Nada bukan seperti Melodi yang mudah akrab dengan banyak orang. Nada hanya gadis introvert yang lebih suka baca buku di kamar, daripada menghabiskan waktu di luar bersama teman, lagian Nada tidak mempunyai banyak teman, entah karena Nada yang susah beradaptasi atau mereka yang enggan berteman dengan Nada. Nada melihat aplikasi w******p, tidak ada chat dari Semesta, bahkan chat dari Nada tiga jam yang lalu tidak dibalas. Nada sadar, ia hanya orang kedua yang tidak akan menjadi prioritas. Nada pun melihat story w******p dan diurutan pertama muncul story Melodi yang memposting foto dating mereka malam ini. Nada hanya bisa menahan sesak dan air matanya, ini adalah pilihan Nada, dan ia harus terima konsekuensinya. Namun, Nada bahagia, besok adalah hari minggu, itu artinya besok adalah waktunya dating bareng Semesta. Tiba-tiba muncul chat dari Tara, temannya. Tara Mariska: Nada, lo di mana? Ada kafe yang baru buka, jalan kuy. Gue jemput ya. 15 menit lagi gue sampai rumah lo. Nada Saquila: mager, Ra. Tara Mariska: udah sana siap-siap, bentar lagi gue sampai, see you. Percuma juga Nada menolak, karena pasti Tara akan menyeretnya keluar. Akhirnya Nada segera bersiap-siap. Ia memoles bibirnya dengan lipcream, dan bedak tipis agar wajahnya tidak terlihat pucat. Serta hanya memakai kaos polos hitam yang diengkapi cardigan bermotif bunga yang senada dengan warna kaosnya, dan rok selutut. Rambutnya ia biarkan terurai. Ia memakai flatshoes dan mengambil tas kecil yang sudah diisi ponsel dan dompet kecil. Langsung keluar dari kamarnya. *** Tara membawa Nada ke sebuah kafe yang katanya baru dibuka. Kafe bernuansa klasik, yang didesain ala kekinian, dengan menu utamanya adalah hot chocolate dan greentea latte. Namun, siapa sangka di kafe itu ada Melodi dan Semesta yang tengah kencan. "Kak Mel, di sini juga?" tanya Tara setelah menghampiri meja mereka. "Iya, tumben ini si Nada mau keluar malam minggu." "Aku paksa, Kak." Tara melihat ke sekeliling, tidak ada tempat yang kosong. "Ini masih promo ya? Rame amat." Melodi mengangguk. "Iya, suasananya juga bagus, bikin penasaran." Nada berbisik kepada Tara. "Ayo pulang aja, Ra. Kan enggak ada yang kosong." Saat Nada menarik Tara keluar, tiba-tiba Melodi mengintrupsi agar mereka duduk di meja itu karena masih tersisa dua kursi lagi. Akhirnya Nada duduk di sebelah Semesta. Tara duduk di sebelah Melodi. Setelah mereka memesan makanan, lalu terjadilah percakapan yang membuat Nada hanya bisa diam. "Jadi kapan kakak-kakak ini bakal nikah? Aku sama Nada yang bakal jadi braidesmaid-nya ya?" ujar Tara, sementara Nada hanya memainkan ponselnya dan sesekali curi pandang ke Semesta yang tengah sibuk dengan minumannya. "Sekarang masih terlalu muda, Ra. Mau fokus kerja, ngumpulin uang dulu. Doakan aja secepatnya." Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Nada langsung menikmati red velvet itu dengan lahap. "Hati-hati, Nada, nanti keselek." Nada hanya menyengir lalu meneguk greentea latte. "Nada, kapan kamu mau punya pacar?" Nada langsung tersedak minumannya saat mendengar pertanyaan Melodi. "Memangnya enggak ada cowok yang kamu suka atau dekatin kamu, Nad?" Bukan Nada yang menjawab, melainkan Tara. "Nada itu bego, Kak. Cowok yang dekati dia ada beberapa, tapi ditolak semua. Alasannya karena Nada suka sama cowok dari empat tahun lalu, aku juga enggak tahu cowok itu siapa." Semesta melirik ke arah Nada yang juga tengah meliriknya. "Oh ya? Kok kamu enggak pernah cerita ke Kakak, Nad? Siapa dia? Kenapa kamu enggak jadian sama dia?" Nada mengendikkan bahunya. "Karena dia enggak cinta aku." "Kenapa kamu menunggu seseorang yang enggak cinta? Padahal ada yang cinta kamu?" "Cinta emang buat Nada bego." Nada melirik Semesta sejenak. "Aku enggak seberuntung Kakak, yang dicintai sama calon menantu kesayangan ayah." "Entar kamu cari yang kayak Semesta ya, biar ayah suka." Aku maunya Semesta. "Kalau aku maunya Semesta gimana?" *** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD