Intro

1643 Words
Catatan : Angka diawal percakapan menunjukkan seberapa banyak mereka berbohong Normalnya, seorang remaja yang berusia sekitar lima belas sampai tujuh belas tahun itu, memiliki kebohongan sekitar sepuluh ribu sampai dua puluh ribu kali, dan bagaimana jika ada yang melebihi angka – angka itu? kalau sampai menemukan seorang remaja dengan angka kebohongan di atas itu, sudah dipastikan bagaimana kehidupannya. Biasanya mereka yang merupakan orang – orang yang banyak bersosialisasi lah yang memiliki angka kebohongan di atas rata – rata. Maklum saja, berbicara dengan orang luar, pastinya harus menjaga citranya sebagai orang baik – baik. -070213 “Ah, hai Sam. Namaku Bellatrix. Aku dari kelas B” Seorang gadis bertubuh tinggi dengan dandanan mencolok tiba – tiba menghampiri Sam dan mengulurkan tangannya. Sam tahu jika gadis ini banyak berbohong, dan bisa saja sikap manisnya ini hanya untuk membuat orang – orang yang berada di sekitarnya ini nyaman. Tapi dengan angkanya yang di atas 50000 sungguh berlebihan bagi Sam, dan membuat Sam tertawa dalam hati saat gadis itu mengatakan permintaannya. -070213 “Apakah kau mau makan siang denganku Sam?” Sam mendengus. Memandang sinis kepada gadis di depannya, sekadar memastikan bagaimana gerak-geriknya. “Gue jadi pengen tau karakter apaan yang harus gue mainin kalau gue kencan sama lo?” Kata Sam dingin, ada nada mencemooh di dalamnya. Wajah gadis itu terlihat bingung. -070213“Ma—af?” ucapnya pelan. Sedikit menunduk dengan senyum memuakkan di wajahnya. Sam tertawa sinis melihat tingkah sok manis gadis di depannya ini, sambil sesekali memperhatikan angka – angka yang ada di atas kepalanya dan penasaran kapan angka – angka itu akan bertambah. “Ah…well—apa mungkin lo sudah pernah mengencani seratus cowok?” Tanya Sam sinis, dan langsung mendapat reaksi yang menarik dari gadis di depannya. Ia terperanjat, menatap tajam kepada Sam. -070213”A—Apa? Kenapa kau bertanya seperti itu.” Bentaknya tidak terima. Wajahnya merah, entah marah atau malu. “Seolah – olah aku memang sudah melakukannya dengan seratus cowok!” ~ching -070214 Ah, angkanya bertambah. Sam sedikit terkejut. Jangan bilang jika gadis ini mengencani lebih dari seratus cowok? Sam terkekeh pelan, ia menutup bibirnya sedikit. “Gue rasa, lo nggak usah sok sopan di depan gue. Ah terserahlah lupakan.” -070214 “S—Sam, apakah ada cewek yang kau suk-“ “No, thanks.” Tegas Sam memotong kalimatnya. Gadis itu terkejut menatap Sam. “Pergi! Gue mohon. Dan gue bertaruh gue nggak akan pernah menerima tawaran lo, jadi gue mohon pergilah, Bell—“ Kening Sam mengerut samar, Siapa tadi namanya? Bel listrik? -070214 “Bellatrix, Sam.” Katanya kesal. Sam tidak peduli, ia menatap gadis itu sekilas, sebelum akhirnya ia meninggalkannya di sana sendiri. Sam tidak mau tahu dengan perasaan gadis tadi. Toh Sam juga tidak mengenal gadis itu. . . Sam sedang berada di kedai kopi di samping Kosnya malam itu. Sam terlihat sangat bosan, tentu saja, duduk di antara orang – orang dengan angka – angka di atas kepala mereka tentu saja membuat pusing. Sam menghela napas berat. Meski kemampuan ini sudah dimilikinya sejak ia berada di tahun pertama SMP dulu, tetap saja melihat orang – orang berjalan dengan angka – angka di atas kepala mereka itu membuatnya sakit kepala. Pada saat tahun pertamanya di SMP, ia ditabrak sebuah truk dan terluka parah, sungguh ajaib ia tidak mati. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Yang ia ingat, setelah ia terbangun, ia melihat angka – angka di atas kepala saudara – saudaranya juga teman – temannya yang datang menjenguknya di rumah sakit. Sam tidak bercerita soal ini kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya. Sam juga awalnya tidak mengerti maksud dari angka – angka itu hingga ia tidak sengaja melihat angka di atas kepala sepupunya yang bertambah ketika Sam tahu bahwa ia berkata bohong. Sam tidak lagi tinggal dengan orang tuanya ketika ia memulai tahun pertamanya di SMA pada bulan Juli tahun lalu, ia tinggal di Kos berukuran sedang di kawasan sekitar sekolahnya. Sam juga sengaja memilih sekolah yang berbeda kota dari rumah orang tuanya. Sedikit susah pada awalnya, Sam yang keluarganya adalah golongan aristokrat terbiasa dilayani, dan ia harus mulai hidup mandiri dan melakukan sesuatu sendiri. Sudah sekitar lima tahun ia harus hidup dengan melihat angka – angka kebohongan di atas kepala orang – orang disekitarnya. Rasa bosan dan muak tentu saja terus ada di hati Sam, tapi mau bagaimana lagi? Mungkin ini semua Takdirnya. -25102 “Silahkan kopinya tuan.” Seorang gadis pelayan menghampirinya sambil membawakan kopi hitam yang ia pesan, Sam melirik gadis itu sebentar. -25102 well—angka normal untuk remaja, setidaknya begitu. Gadis di depannya tidak beranjak sejak ia menyerahkan pesanan Sam ke mejanya. Wajahnya merona memandangi Sam yang tengah menyesap kopinya. Jujur, Sam merasa risih dipandangi seperti itu apalagi oleh orang asing. “Ada apa?” Tanya Sam dingin. -25102 “ Ah tidak, saya hanya—eh itu sepertinya meja anda kurang bersih. Saya akan mengambil lap dan membersihkannya. Tunggu sebentar Tuan.” ~ching 25103 . angkanya bertambah. Gadis pelayan itu menjawab pertanyaan Sam cepat sekali, secepat angka itu muncul di atas kepalanya. Sam mengerutkan alisnya, memandang tak suka kepada pelayan di depannya ini. “Tidak perlu. Aku sudah selesai.” Sam berdiri dari tempatnya, menuju kasir dan membayar pesanannya. Gadis pelayan itu terus memandangi Sam sampai ia keluar dari kedai tersebut. Sam memandangi sekelilingnya. Angka – angka yang berseliweran di depannya membuatnya benar – benar kesal setengah mati. Oh, satu hal yang disayangkan Sam, ia tidak dapat melihat angkanya sendiri. Ketika ia berdiri menatap bayangannya di depan cermin, yang ia lihat hanya huruf –SSSSS di atas kepalanya. Sam berpikir mungkin itu inisial nama depannya tapi dengan tambahan garis di tengah huruf tersebut. Sam tidak tau apa maksud huruf itu, dan ia juga malas memikirkannya. Sam jadi berpikir lagi, mungkin hal – hal seperti pujian, sopan—santun, dan senyum saat seseorang tengah bersedih sebenarnya hanya kebohongan saja. Sayangnya, Sam hanya bisa melihat kebohongan dari perkataan mereka saja, tidak dengan tingkah lakunya juga. Hal itu juga termasuk dalam hal – hal yang tidak Sam percayai “Lebih baik segera pulang, sebelum kepalaku pecah gara – gara angka s****n itu.” Gumam Sam pelan. Ia mempercepat langkahnya menuju Kos. Melempar tasnya sembarangan ketika sampai dan langsung berbaring di kasurnya—berusaha untuk tidur. . . Sam bangun dengan keadaan kurang baik paginya. Wajahnya pucat—walau memang kulitnya pucat sejak awal, tapi ia lebih pucat dari biasanya. Kepalanya berdenyut – denyut menyakitkan, tenggorokannya perih, dan tubuhnya tidak mau berkompromi sama sekali. Bahkan hanya untuk jalan saja rasanya ia melayang, ingin jatuh terus. “s**t! Kepalaku pusing sekali.” Sam mengumpat pelan. Ia bersusah payah menuju kamar mandinya. Mungkin sedikit guyuran akan meringankan sakitnya. Penyakit aneh. Disiram air, dan ia malah merasa sakitnya lebih reda. Sam tidak peduli soal sakitnya, ia harus ke sekolah sekarang atau ia akan terlambat. Ia mencomot sehelai roti tawar dan mengolesinya dengan selai sedikit, kemudian memakannya dengan cepat, bergegas minum dan langsung keluar berangkat sekolah. Jarak sekolahnya tak jauh, hanya dua kilometer dari Kosnya. Sam berjalan sedikit menunduk, sebenarnya Sam tidak biasa begitu. Satu – satunya alasan ia menunduk adalah untuk sedikit menghindari angka – angka s****n itu. Ini mungkin pilihan terbaik daripada harus melihatnya dan membuat kepalanya pusing. -00452 “Hai Sam. Tumben mukamu suntuk begitu.” Seorang anak laki – laki sebayanya tiba – tiba muncul dan merangkul bahu Sam dengan santainya. “Jangan sok akrab, Stef.” Kata Sam kejam. Ia menyingkirkan lengan anak itu dari bahunya. Stefan terkekeh pelan, terbiasa dengan sikap dingin teman sekelasnya itu. -00452 “Hey lihat! Ada yang dijahili lagi tuh.” Stefan menunjuk segerombolan anak – anak (yang kebanyakan perempuan) melingkar di dekat g**g paling ujung sekolah. Sam menatap tidak peduli dan berlalu begitu saja. Stefan mengejarnya. -00452 “O—Oi, jangan meninggalkanku dong.” Stefan menggerutu sambil berusaha menyamakan langkahnya lagi dengan Sam. . . Saat istirahat, Sam iseng berjalan – jalan keliling bangunan sekolahnya. Ia malas ke kantin, alasannya sudah jelas tentu saja bahwa ia malas melihat banyak angka – angka berseliweran di depannya. Saat ia tengah berjalan dan tanpa sadar sampai di bagian belakang bangunan sekolah, ia menemukan tempat berupa rumah kaca yang sepertinya rahasia, atau hanya tempatnya saja yang tersembunyi. Tempat itu sepertinya sudah lama jarang dikunjungi, jadi mungkin tidak ada salahnya jika ia bersantai sebentar dan menjauh dari angka – angka s****n itu di sana. Sam berpindah dari tempatnya menuju salah satu bunga yang sedang mekar. Tumbuhan tidak bisa berbohong. Kakek Sam pernah mengatakannya, bahwa bunga berkembang mengikuti bagaimana kepribadian orang yang merawatnya. Saat kakek Sam bilang seperti itu, angka di kepalanya tidak bertambah, jadi Sam berpikir mungkin itu benar. “Bunga ini sangat indah!” Sam menjentikkan jarinya di kelopak bunga itu sambil menunggu reaksinya. Crash! Sam menoleh ke arah suara gaduh itu dan menemukan sesosok gadis bertubuh mungil dengan rambut pendek sebahunya. “J—jangan mengganggu dan menyentuh bunga mawarku i***t!” Gadis mungil itu berlari ke arah Sam dengan bibirnya yang memberengut sambil membawa kantung hitam di pelukannya. Bukkk! “Ouh.” Sam jatuh tersungkur setelah gadis itu menghantamkan kantung hitamnya ke muka Sam. “Setelah aku capek – capek merawat bunga ini dan memberinya makan kau dengan seenaknya ingin merusaknya? Merusak bungaku?” ia menghela napasnya dan kembali membuka mulut. “Tu…tunggu, jangan jangan kau orang yang selalu merusak bungaku? Ayo ngaku!” kembali gadis ini memukul Sam. ‘Sabar’. Batin Sam kesal. Gadis itu menghentakkan kakinya. “Keluar dari sini sekarang juga atau aku akan menyirammu dengan pupuk kotoran sapi ini?!” Teriaknya menggema membuat Sam ikut – ikutan naik darah. Sam menghela napas sambil menatap kilau hazel gadis itu yang masih berkilat marah. “Hey! Aku Cuma mau meli-“ what the hell? Sam membelalakkan matanya. Seakan tidak percaya, Sam mengucek matanya, mungkin saja ia salah lihat. Tidak! Apa yang Sam lihat memang seperti itu. Sam menatap angka – angka di atas kepalanya… “0”? a zero count? Itu berarti dia tidak pernah berbohong selama hidupnya? Sebesar ini? Tidak pernah berbohong? Sam yakin usia gadis ini sama dengannya. Tapi, what the hell? Apa – apaan angka di atas kepalanya itu? ----
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD