Prolog

234 Words
Altas berdiri tegap dengan seragam osis awut-awutan. Dua kancing teratas yang terbuka menampilkan kaos hitamnya. Ketua Zeroix itu terlihat sangat tenang, tak ada sedikitpun rasa takut meski ia telah dikelilingi oleh orang yang berbeda seragam dengannya. "Jangan sentuh dia." katanya santai. "Sejengkal saja kalian sentuh dia, abis kalian semua ditangan gue." sambungnya. Bughh!! Satu pukulan mendarat tepat dirahang Altas. Altas menyeringai, darah yang keluar dari bibirnya diseka dengan ibu jarinya.  "Lo nantang gue?" ucap Altas dibarengi senyum devil-nya. Bugh! Bugh! Bugh! Ia membalas dengan membabi buta. Tak memperdulikan lawannya yang sudah lemah tak berdaya. Ia mendorong lawannya hingga jatuh tersungkur ke jalan. "Pergi lo semuaaa!!" teriaknya yang dihadiahi dengan suara deru motor lawannya yang kabur. Setelah memastikan keadaan aman, ia menghampiri Acha yang tadi menjadi tawanan lawannya itu. "Bangun." ucapnya sambil mengulurkan tangannya membantu Acha berdiri. "Mak—" baru saja Acha hendak mengucapkan kalimat 'terima kasih'namun laki-laki itu sudah lebih dulu berjalan menuju motor miliknya sendiri. Altas menghela napas panjang, daripada Acha berdiri kayak orang bodoh. Mendingan dia mendekat, dan cepetan naik karna Altas udah pengen pulang. "Naik b**o, lo bodoh atau gimana sih?" kesal Altas. "Ka—ki g—gue sakit." adu Acha. "s**t, pegang tangan gue terus naik. Bodoh banget sih." "Ganteng ganteng kok kayak nenek lampir." dumel Acha, meski dengan suara lirih namun masih bisa didengar oleh Altas. "Udah ditolong malah ngata-ngatain yang nolong." sindir Altas sedikit keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD