“Bagi para peserta Mabim yang masih berada di parkiran atau disekitaran Area Kampus, diharapkan segera berkumpul di lapangan untuk mendengarkan Pengarahan Dari Panitia. Tidak ada toleransi bagi peserta yang terlambat lebih dari 15 menit.” Demikian suara dari pengeras suara yang sejak 10 menit lalu, terus menggema di Area lapangan. Para peserta pun segera menghampiri sumber suara yang tak lain adalah suara dari seorang panitia.
Pertama tama “ kami mengucapkan selamat datang di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Xy.” Suara seorang lelaki yang sangat tanpan yang diketahui dia adalah ketua panitianya, Yang disambut suara riu para gadis karena pesona sang ketua. Dia tersenyum rama kemudia dia melanjutkan, kegiatan kita ini akan dilaksanakan dalam seminggu. Selama seminggu adik – adik akan diajak untuk mengenal lebih dekat kehidupan kampus, adik – adik juga akan diberikan materi gambaran untuk perkuliahan nanti. Para peserta manggut – mangut paham. Dan untuk kegia….. woi, kamu yang barusan nyerobot barisan dan kamu yang begitu santai.. cepat maju kedepan. Tiba – tiba ketua panitia berteriak dengan pengeras suara, yang diikuti tatapan bingung para peserta, seketika focus mereka teralih kearah yang ditunjuk sang ketua, suasana mulai gaduh, orang yang dimaksud sang ketua belum juga ingin maju, untuk gadis nakal yang tidak menghargai waktu, dan juga tidak menghargai para peserta. saya harap menyadari kesalahannya dan segera maju kedepan. Suara sang ketua kian meninggi menandahkan ia sedang marah. Suasana kembali hening mengingat sang ketua sedang dalam mode on. Selama 1 menit hanya ada keheningan sampai tiba” suara serak seorang laki – laki memecah keheningan itu. Saya disini. Maaf saya terlambat. Kata lelaki yang juga tak kala tampan bahkan kali ini lebih tampan dari sang Ketua masih dengan ekspresi yang tak terbaca. Bagus kamu sudah disini, tolong kamu jemput pasanganmu itu, rupanya dia malu – malu. Kata sang ketua dengan smirik mengejek, sambil menunjuk kearah Gadis yang berada dia antara barisan peserta mabim yang kini menatap dengan wajah memelas kearahhnya. Sontak saja tawa mengejek dari para peserta kembali memenuhi area itu, membuat wajah gadis itu semakin merah karena malu dan juga grogi. Sumpah demi apapun hal yang paling tidak ingin ia lakukan selama hidupnya adalah menjadi pusat perhatian.Apalagi untuk hal yang memalukan seperti ini. Sedari tadi ia terus merutuki diri sendiri. Tanpa kata, lelaki tampan itu segera berjalan menghampiri sang gadis dengan tatapan tajam, lu seneng banget ya, jadi pusat perhatian? Kata sang lelaki. Engg,, Aku, cepat ikuti aku. Suara lelaki itu memotong ucapan sang gadis, sang gadis hanya menurut. Kini keduanya sudah berada di podium, berdampingan dengan sang ketua. Setelah mendengar cerama dari sang ketua. Keduanya diberi hukuman untuk membeli makan siang bagi patia di sebuah rumah makan padang yang letaknya cukup jauh dari kampus.
Terik mentari kian menyengat kulit, dua insan berbeda jenis kelamin itu masih setia menunggu angkot di pinggir jalan. Sudah beberapa kali mereka menghentikan angkutan yang lewat namun semuanya penuh. Sebenarnya mereka bisa saja mengunakan motor milik Airon namun panitia tak mengijinkan dengan alasan biar mereka tidak kabur. Aduh, aku udah lemes ni, tangan aku juga udah pegel banget ni megang kresek ini. Mana banyak lagi, gerutu sang gadis memanyunkan bibirnya. Airon hanya menatapnya jengah sambil berjalan menujuh sebuah pohon besar di samping mereka berdiri tadi. Woi, sini aja biar adem. Airon melambai memanggil gadis munggil yang sangat menggemaskan itu. Si gadis pun menurut, ia sedikit kepayahan menenteng kresek besar berisi nasi kotak itu, membuat Airon tak tegah, Ia pun menghampiri gadis itu, mengambil kresek dan berjalan meninggalkan gadsi itu, yang kini melongo b**o. Antara terpesona dan terkejut. Ini cowok baik juga ternyata. Tapi siapa ya namanya? Aku harus tau ni Gadis itu bermonolok. Mempercepat langkah menghampiri Airon yang sudah santai duduk menyender di bawah Pohon. Gadis itu pun duduk disebelah Airon, kemudian ia mengulurkan tangan sambil tersenyum kepada Airon. . Aku Ara. Airon, Jawab Airon datar tanpa berniat membalas jabatan tangan dari Arah. Hampir 15 menit menunggu dalam diam Akhirnya angkutan yang ditunggu datang juga, syukurlah kali ini angkotnya kosong hanya ada dua penumpang siswi Sma yang sedang pacaran. Terlihat mereka berdua yang duduk menempel dan jga jemari yang saling bertautan. Dasar ABG jaman sekarang. Peduli setan, Airon, langsung mengangkat semua kantong dan menarunya di dekat pintu kemudian masuk dan duduk di dekat pintu, Ara mengekor dan duduk di sisi yang berlawanan dengan Airon meski sama – sama dekat pintu. Beruntungnya kedua ABG itu memilih duduk dibelakang sehingga matanya tak berdosa. Jujur saja walau Arah sudah cukup umur namun dia belum pernah sekali pun pacaran. Jadi ya, wajar saja kalau dya sering merasa risi melihat sepasang kelasih bermesraaan. Resiko jones, (hhhhhhhhhh). 30 menit kemudian angkutan yang mereka tumpangi sampai di depan kampus, Airon segera mengetuk pintu tanda ingin turun, Airon turun duluan kemudian mengangkut kantong – kantong tersebut kemudian mengambil 2 lembar uang dua ribuan dari saku dan memberikanya kepada kernek. Ara pun turun dan mengambil 2 buah kantong karena yang lainya sudah dibawah oleh Airon, setelah sampai diruang panitia kami pun menyerahkannya kepada salah seorang anggota panitia disana lalu segera pamit karena memang kegiatan hari ini sudah selesai. Airon pun bergegas menuju parkiran sementara aku menuju halaman untuk menunggu angkutan. Airon, segera memacu ninja sportnya, sampai dihalaman dia hanya mengklakson Ara, kemudian berlalu, membuat Ara kembali menggerutu. Dasar sombong, setidaknya nawarin tumpangan ke”k, atau tanya – tanyalah. Minimal. Ini malah ditinggal. Udah gitu bemonya juga lama datangnya. Benar – benar hari yang melelahkan untuk Arah.