PROLOG

1861 Words
Aku menatap lurus Praja sambil menangkup kan dagu dengan ke dua telapak tangan ku. Jam sudah menunjuk kan pukul lima sore, tapi masih belum ada tanda-tanda bahwa Praja akan pulang ke rumahnya. Aku sih tidak masalah, Praja menginap pun sudah bukan hal yang aneh lagi. Tapi yang membuatku risih adalah Praja tidak juga mau mengganti baju seragamnya. Padahal di lemariku ada beberapa baju kaus milik Praja yang sengaja ia tinggal kan, saking seringnya Praja menginap dan main di rumahku. Bila di lihat dari tumpuk kan kaus milik Praja di lemari ku, semuanya berwarna hitam. Bila orang lain melihatnya, mungkin mereka akan ber pikir bahwa Praja menyukai warna hitam. Tapi salah. Ia menyukai warna abu-abu . Ya, walaupun abu- abu bukan warna , sih . Sama seperti hitam dan putih , mereka juga bukan warna. Abu- abu hanya lah tingkat intensitas warna jika di terjemah kan dalam komposisi hitam - putih . Abu - abu bisa pula berarti titik- titik hitam yang tidak sempurna. Bila di tanya tentang alasan kenapa dia menyukai warna abu- abu; yang mana sebenar nya bukan warna, tapi ah masa bodo, ia pasti menjawab dengan jawaban klise nya , " Elena , bagi sebagian orang , warna yang ter bentuk dari perpaduan terang dan gelap ini mungkin emang keliatan biasa- biasa aja, nggak menarik, membosan kan, dan bahkan menyedihkan. Tapi bagi aku, semua itu sebalik nya. Menurut aku nih ya, warna abu-abu itu bisa di kait kan dengan menjadi profesional, stylist. canggih, simple, dan modern!" Begitulah jawaban Praja setiap aku tanya mengenai alasan nya tentang kenapa ia menyukai warna abu-abu. Tapi memang, sih. Bila aku cari di internet tentang arti dari warna abu-abu, hampir semua artikel mem bahas betapa keren nya warna yang sebenar nya bukan warna namun hanya tingkat intensitas warna ini . Karena mencari tahu di internet, aku sampai menemu kan artikel yang menulis kan bahwa abu-abu adalah warna kesukaan Mark Zuckerberg . Katanya , abu - abu juga bisa ber kaitan dengan tanggung jawab dan ke dewasaan, ber pengalaman serta kematangan. Orang-orang dengan ke pribadian ini biasa nya hanya mencari cara untuk ber baur dengan orang banyak dan lebih memilih untuk meng hindari agar tidak terlalu menonjol . Perilaku ini menunjuk kan profesionalisme dan keseriusan . Cih , apa nya yang dewasa ? Lihat saja wajah nya . Seperti bocah SMP karena saking baby face nya. Wow hanya karena mencari tahu tentang warna kesukaan Praja , aku jadi tahu banyak tentang siapa yang juga menyukai warna abu - abu, dan arti dari warna itu sendiri. Laki-laki yang sedari tadi aku bicara kan sedang memain kan lagu yang baru saja dia buat kemarin untuk band nya, Daily Project. Praja bilang, Irwin mengusul kan ide bahwa masing-masing dari member band harus menyumbang minimal satu lagu untuk album mereka. Yah, bukan album seperti album lagi milik Queen atau Green Day, sih, tapi ini hanya album dari anak band tingkat SMA. Walaupun begitu, aku melihat potensi besar pada band mereka. Aku sangat yakin bahwa mereka ~Daily Project ~ kelak akan menjadi band yang besar. Dan kalau mereka sudah men jadi band yang besar, aku kan bisa panjat sosial hehehe. Aku juga bisa menumpang nama tenar atau mungkin aku bisa menjadi manajer! Wah sebuah keajaiban bila aku bisa bekerja dengan teman-teman ku. Oh, ngomong-ngomong hai, aku Elena. Pendek nya El. Panjang nya Elena Mahardika. Aku adalah anak ke dua dari dua ber saudara. Kakakku, Jonathan, atau biasa di panggil Jo, adalah satu-satu nya kakak yang walau pun menyebal kan, tapi juga sangat peduli dengan ku . Dan walau pun ia agak bossy , aku harus meng akui bahwa aku menyayangi nya. Ia sangat pekerja keras , di usia nya yang masih menginjak sembilan belas tahun , ia sudah di beri kan tanggung jawab besar , yaitu bekerja untuk memenuhi kebetuhan kami setiap hari . Kami yang aku maksud adalah kakak ku dan aku . Aku dan Kakak Jo hanya tinggal berdua . Ayah ku sudah lama meninggal , ibu ku menikah dengan laki - laki lain dan memutus kan untuk tinggal bersama suami baru nya di rumah yang lebih bagus. Tapi itu bukan berarti rumah peninggalan ibu ku tidak bagus , rumah ku cukup nyaman Aku memiliki kamar yang di dalam nya ada kamar mandi. Sedang kan Jo tidak. Well, sebenar nya kamar ini dulu nya milik Jo, tapi aku berhasil merampas nya, dan berkat Jo yang pengalah , akhir nya kamar ini menjadi milik ku dari tiga tahun lalu. Oh dan soal ibu ku , tenang . Kalian jangan dulu membenci nya . Ibu kami tidak menelantar kan aku dan Kak Jo , Ibu ku bersih keras mengajak kami berdua untuk tinggal bersama suami baru nya , tapi Kak Jo sangat tidak mau dan memilih untuk tinggal di rumah yang sekarang kami tempati . Kalau aku pribadi tidak masalah tinggal di mana pun . Aku memutus kan untuk tinggal bersama kak Jo karena aku tidak mau kak Jo tinggal sendiri . Dia harus di temani dan aku ber sedia untuk menemani kak Jo . Oh dan satu lagi, Kak Jo memilih untuk mandiri dengan bekerja karena tidak mau menerima uang dari mama ku . Yah, kak Jo memang masih kecewa dengan keputusan ibu menikah lagi . Mungkin kak Jo butuh waktu untuk menerima ini semua . Aku dan Ibu memahami nya dan tidak memaksa Kak Jo untuk menuruti apa yang ibu mau . Hubungan ku dengan kak Jo sangat erat . Kak Jo adalah kakak yang baik . Walau pun kita tidak selalu ber bicara banyak atau mengobrol banyak karena kak Jo memang jadwal nya padat sekali , tapi kita selalu menyempat kan diri kita berdua untuk mengobrol pada saat sarapan atau saat makan malam . Kak Jo juga adalah kakak yang sangat kerja keras . Ia bekerja sambil kuliah yang mana mem buat kami berdua tidak sering bertemu di rumah . Kira - kira hanya pagi saat kak Jo dan aku belum berangkat dan malam saat kak Jo pulang kuliah , itu pun bila aku belum tidur. “ Gimana menurut kamu , El? ” Tanya Praja setelah selesai memain kan lagu baru nya . Walau pun masih belum rampung dan walau pun aku tidak terlalu menyimak lirik nya, tapi aku menikmati nada dan petikan gitar yang Calum main kan . Jadi aku mengacung kan kedua jempol ku sebagai jawaban atas pertanyaan nya tadi . “ Bagus . ” Jawab ku kemudian dengan sangat jujur. “Bener , nih? ” Tanya Calum yang meminta untuk di yakin kan kembali . Aku pun mengangguk kan kepala ku beberapa kali dengan antusias . “ Yakin banget. Seratus persen yakin ! ” Jawab ku. “ Walau pun aku nggak nyimak lirik nya karena emang baru pertama kali kan , tapi enak kok lagu nya . Catchy di kuping aku . Aku aja sampe masih inget nih nada di reff nya . ” Lanjut ku sembari mengulangi nada di reff yang memang aku masih ingat itu . Namun Praja menghentikan ku dan mengejek suara ku . “Kok nadanya jadi nggak enak, yah?” Tanya nya sambil menyengir jahil . Mendengar ejek kan itu , aku pun segera meraih benda yang ter dekat dari tempat ku duduk , yaitu bantal . Praja mengaduh sakit saat bantal tadi mendarat tepat di kepala nya . Ia segera menyingkir kan bantal itu dan menertawai ku . “Apa tadi kamu bilang ? ” Tanya ku, menantang nya . Coba saja sekali lagi dia berani mengejek ku, aku akan . . . “Iya , nada nya jadi nggak enak . ” Jawab Praja saat aku belum juga menyelesai kan kalimat ku tadi di dalam hati . “Enak aja ! Gini gini suara ku lumayan tau ” Sangkal ku . Ya memang , sih , aku akui suara ku tidak sebagus Praja . Tapi hei , suara ku lumayan kok . Tidak se jelek itu kalau di dengar - dengar . “Apa nya yang lumayan. Kucing aja bisa pingsan denger suara kamu, hih . ” Jawab Praja sambil menggidik kan bahu nya . Hih, nyebelin ! Tanpa menunggu lama, aku pun menghampiri nya dan bertolak pinggang . Karena Praja sedang duduk dan aku berdiri, jadi tinggi badan ku lebih tinggi sekarang , dan itu membuat Praja mendongak . “Berani, ya, ngomong gitu?” Tanyaku. Praja menyempat kan dirin ya sendiri untuk tertawa sebelum akhir nya ia menyatu kan kedua telapak tangan nya dan memohon ampun. Lihat ? Padahal aku belum baru menggertak nya, tapi dia sudah minta ampun duluan . Aku pun menyeringai senang karena aku menang, lalu melupakan ejekan Calum yang tadi. “Tapi bener, kan, kayak gitu nadanya?” Tanyaku. Aku kembali membahas topik tentang lagu yang Praja buat. Kini Praja yang mengangguk - angguk kan kepala nya, “Iya bener, El. Ya kalo emang beneran bagus lagunya. Syukur, deh.” Jawab nya lalu berdiri dan menaruh gitar milik nya di stand gitar yang juga miliknya. Yap, benar. Mungkin bisa di bilang ini kamar kedua Praja. Karena bukan hanya baju yang Praja sengaja bawa ke mari, tapi juga gitar dan stand gitar. Kalau kalian mau tau, Praja mungkin memiliki tiga atau empat gitar dengan masing-masing stand gitar. Lalu, salah satu nya ia bawa kemari untuk sengaja ia taruh di sini agar sewaktu-waktu bila dia sedang menginap atau sedang main, dia tidak perlu pulang lagi ke rumah nya untuk mengambil gitar milik nya. “Mau kapan ganti baju nya? Itu seragam kan buat besok juga di pake. Ganti gih. Takut kena noda.” Ucap ku setelah tidak bisa menahan untuk tidak mengomentari perihal dia yang masih juga belum mengganti seragam. Oke, iya... Aku setuju bila aku terdengar seperti seorang ibu yang memarahi anaknya karena masih juga belum mengganti seragam. Tapi biar saja lah, aku memang akan menjadi calon ibu nanti. Naluri ke ibuanku sudah terasa saat melihat Praja belum mengganti seragam nya. Aku merasa bahwa bila ia tidak mengganti seragamnya, seragamnya akan kotor. Praja kini sedang berdiri di depan cermin sambil menatap pantulan diri nya. Ia lalu meraih sisir ku dan menyisir rapih rambut nya ke belakang . Rambut Praja sudah ter lihat lumayan gondrong . Kalau di ingat - ingat , sudah sekitar 5 bulan Praja tidak cukur rambut . Ajaib sekali rambut nya tidak kena razia . “Mirip kayak mama ku kamu tuh , El . Mama sering ngomong begitu sama aku kalo aku belum juga ganti baju sepulang sekolah. ”Ucap nya setelah selesai menyisir . Sekarang , Praja mencondong kan kepala nya ke cermin dan menyengir untuk memeriksa gigi nya . “Iya soal nya liat nya risih. Takut kotor, takut lecek.” Jawab ku . Iya , memang ter dengar seperti ibu - ibu yang bawel ketika anak nya tidak mau menuruti perkataan ibu nya. Tapi ini kan untuk kebaikan nya juga . “Masih ada seragam buat ganti besok kok di rumah.” Ucap Praja enteng. Dan dengan begitu, aku pun enggan ber komentar lebih lanjut Bila Praja ber kata seperti itu, maka ya sudah, yang penting ada seragam ganti nya , kan ? Masalah sudah clear . “Kira-kira judul nya apa, ya, El yang cocok?” Tanya Praja lalu duduk di kasur, di sebelahku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD