UL 1

1032 Words
Semua murid menatap sebal ke arah seorang gadis. Bagaimana tidak, mereka sedang belajar untuk ulangan harian jam pertama nanti, tapi gadis itu yang baru datang sudah membuat keributan. "Bisa diem nggak sih, Pril." seorang murid menyahut jengkel. "Tau lo, baru dateng aja udah bikin ribut." "Orang belajar woy! Berisik!" "Mending lo belajar daripada ribut." Begitu seterusnya, sahutan jengkel saling bersahutan. Prilli Prameswara, sang gadis yang tadi membuat keributan hanya bersungut sebal. "Elah, lebay banget lo semua. Kalau keganggu ya belajar dirumah bukan disekolah" cibir Prilli. "Woy, nyet!" seorang gadis yang baru masuk ke dalam kelas langsung menyapa dirinya setelah menaruh tasnya dibangku sebelah Prilli. "Nyat nyet nyat nyet. Lo kambing!" Prilli tertawa melihat sahabatnya yang kesal. "Canda elah. Kenapa sih?" Prilli menghentikan tawanya lalu melihat sahabatnya. "Nanti ulangan Pkn, lo nggak belajar?" tanya Nanda, sahabat Prilli. "Ulangan? Santai aja kali, udah diluar kepala lagi." Nanda hanya memutar bola matanya malas saat mendengar Prilli menyombongkan diri. "Iya diluar kepala, saking nggak ada yang masuknya diotak lo." sekarang gantian, Prilli yang merengut mendengar ejekan sahabatnya itu. "Tau ah!" Prilli mengedikkan bahunya acuh. "Selamat pagi, bebebnya Prilli!" Prilli memberikan senyuman secerah matahari pagi saat murid cowok yang bername tag Narendra Abraham, baru memasuki kelas. "Mulai lagi gilanya." Prilli tidak menghiraukan ejekan teman temannya. Menurutnya, dia sudah terbiasa dengan semuanya. Bukan karena dia sering dibully, tapi karena dia yang lebih sering bertingkah konyol. "Pril, bebeb lo dideketin Angel noh." bisik Nanda. Prilli langsung menoleh kebelakang, kebetulan tempat duduk mereka satu deret, tapi Prilli dimeja paling depan sementara Abraham dimeja paling belakang dekat dinding. Prilli lalu mendengus, dia berdiri dari tempat duduknya. "Eh, malaikat maut. Jauhin bebeb gue, jarak 5 meter." teriak Prilli, suaranya yang bisa dikatakan paling nyaring sekelasan langsung mendapat omelan dari temannya yang fokus belajar, sementara yang tidak, hanya tertawa melihat kelakuan Prilli yang sudah menjadi rutinitas itu. Prilli mengibaskan tangannya tanda menyuruh Angel untuk menjauhi Abraham, bukannya menjauh Angel justru semakin mendekat ke arah Abraham. "Ihh, bebeb!" teriak Prilli, dia berdiri lalu berjalan menuju meja tempat Abraham. "Huss huss!" Prilli langsung menarik Angel menjauhi Abraham, dia lalu berdiri disamping Abraham yang masih acuh duduk dibangkunya. "Ini bebebnya Prilli, enak aja main sosor." Prilli mencibir Angel. Angel hanya ketawa lalu pergi ke tempatnya duduk. Sebenarnya Angel hanya senang membuat Prilli marah marah tidak jelas. Hanya dengan satu cara, yaitu mendekati Abraham yang dicapnya sebagai 'bebebnya Prilli '. Prilli juga tidak benar benar marah, dia hanya kesal saja jika Abraham didekati cewek selain dirinya. "Woy woy! Ada ibu Nur." teriak Malik, si pemberi info yang selalu menunggu kedatangan para guru di depan pintu. "Semangat ulangannya, bebeb!" sebelum pergi ketempat duduknya, Prilli memberi semangat terlebih dahulu. "Assalamualaikum!" ibu Nur mengucapkan salam saat masuk ke kelas. "Wallaikumsalam waramatullahi wabarakatuh!" murid murid serempak membalas salam ibu Nur. "Ibu ulangan." kata Prilli saat ibu Nur baru duduk dikursi guru. "Eh b**o!" "Njir, gaya lo Pril" "t*i lo, Pril. Belum siap nih gue." Berbagai ungkapan dikeluarkan untuk Prilli, tapi dia hanya tertawa senang. "Emang lo udah belajar, Pril? Gaya bener bilang langsung ulangan." Tanya Nira agak nyaring karena dia duduk dimeja urutan keempat baris ketiga, sementara Prilli ada dibaris kedua urutan pertama. "Belum sih, hahaha." Prilli hanya tertawa nyaring mendengar sorakan teman-temannya. "Sudah, sekarang berdoa kemudian keluarkan kertas selembar." ucap ibu Nur menghentikan sorakan sorakan para siswanya yang ditujukan pada murid yang paling dikenalnya. Selesai berdoa ibu Nur membagikan kertas soal ulangan kepada para siswanya. Prilli mengambil kacamata roundshapenya yang dia taruh ditempat kacamata dikantong tasnya. "Eh busyet. Soal apaan ini?!" ucap Rahmat, sang mantan ketua kelas. "Astagfirullah, ini soal membunuh." "Soalnya, ya Allah." "Astaga, gue nggak ada pelajarin ini." "Demi apa, soalnya maknyosss." Berbagai keluhan silih berganti, ibu Nur hanya menggeleng melihat tingkah laku para muridnya.  "Anjir Nan, gue nggak ada pelajarin pasal." bisik Prilli ke Nanda. "Ya lo pikir, gue juga ada belajar gitu." Nanda balas berbisik. Prilli hanya mendengus pasrah. Sudahlah, gue pasrah sama nilainya. Sebelum mengerjakan soal-soalnya, Prilli terlebih dahulu menengok ke belakang. "Semangat bebebnya Prilli, kerjain yang bener biar bisa pintar ngerawat anak anak kita nanti." ucap Prilli, sebenarnya tidak terlalu nyaring tapi karena keadaan kelas yang hening jadi terdengar nyaring. Sontak saja satu kelas langsung tertawa, ibu Nur juga tertawa memaklumi sifat muridnya yang kadang suka kekanak kanakan. "Woy Pril, apa hubungannya ulangan sama anak?" tanya Nira. "Anjir, Prilli gilanya kumat" ejek Angel. "Ya Allah, Nanda temen lo itu." " Prilli stress ditolak bebebnya mulu." "Abra nya mana mau ama lo, nyet." "Ya dicuekin Abra noh." " Prilli bikin kelas rusuh." "Anak anak kerjain sekarang ingat, jangan bekerja sama apalagi menyontek." ucap Ibu Nur. Jika saja, ibu Nur tidak menghentikan keributan yang dibuat muridnya, mungkin saja mereka tidak akan diam dan mengerjakan ulangannya. "Lo sih Pril, ngapain juga ngomong gitu." bisik Nanda, dia gemas akan tingkah laku Prilli yang selalu menjadi perhatian. "Semangatin bebeblah, biar dia fokus ngerjainnya." balas Prilli. "Ya tapi nggak gitu juga kali, Pril." " Prilli, Nanda silahkan kerjain soal kalian." Prilli dan Nanda langsung berhenti berbicara, mereka langsung mengerjakan soal mereka masing masing. "Whooaa pilgannya tinggal 3 lagi yang belum kejawab." dumel Prilli pelan, hanya untuk dirinya sendiri. "Elah, jawab apa ini?" Prilli mengacak poninya yang menutupi dahinya frustasi. "Tang ting tung yang mana yang beruntung." Prilli tersenyum melihat kertas jawabannya yang sudah terisi semua walaupun ada beberapa soal yang hanya dia isi sesuai apa yang dia pelajari dan beberapa soal lagi menggunakan feeling dan tang ting tung ala Prilli. "Bodo amatlah kalau salah." ujar Prilli pelan sebelum mengumpulkan kertas jawabannya. "Wah, Prilli selesai woy!" ujar Rahmat seperti takjub, dia bertepuk tangan lalu diikuti dengan yang lainnya. "Selow woy!" cibir Prilli. Dia tau teman temannya selalu menyangka dirinya tau jawabannya jika mengumpul paling pertama tapi sebenarnya tidak. Menurut Prilli, untuk apa mikir lama lama kalau nggak tau juga jawabannya, mubazir waktu itu namanya. Selesai mengumpulkan jawabannya, Prilli tidak tau harus melakukan apa. Tidak mungkin dia mengajak Nanda bercerita karena Nanda sangat sibuk dengan kertas jawabannya sendiri. Bingung melakukan apa, akhirnya Prilli memilih menghadap belakang dengan tujuan agar bisa melihat Abra sepuasnya. "MasyaAllah, jodoh gue ganteng bener dah." gumam Prilli, suaranya otomatis bisa didengar oleh Manda dan Acha yang duduk dibelakangnya, yang sekarang ada dihadapannya. "Alay lo, Pril!" ejek Acha. "Bodo!" Prilli mengedikkan bahunya acuh, dia tidak menghiraukan ejekan Acha. Perhatiannya masih terfokus ke arah Abra. "Ssstttt bebeb!" Prilli berbisik, sebentar bentar mengalihkan pandangan dari Abra ke ibu Nur. "Semangat bebeb!" Prilli mengangkat tangan kanannya yang mengepal tanda memberikan semangat kepada Abra. Prilli hanya mendengus saat mendapat respon Abra yang biasa saja, bahkan mengangguk pun tidak. "Sabar yang namanya kulkas tuh emang dingin. Kaya bebeb yang mukanya lempeng aja, datar." Prilli mengelus elus dadanya, lalu membalikan tubuhnya menghadap papan tulis. Yang namanya es batu, kalau nggak disiram air panas ya nggak bakalan cair.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD