1. Ossena

801 Words
Ribuan tahun sebelum keberadaban manusia meraja lela. Sebelum burung besi terbang di udara, dan ikan logam berenang di lautan, seorang gadis diramalkan akan terlahir dari sebuah bintang jatuh. Dikirim dari kegelapan, melintasi luasnya alam semesta, dengan satu tujuan. Untuk mengendalikan senjata yang akan menentukan nasib manusia. Senjata yang kini sudah berada dalam genggaman Raja Illia, Gregory Kane. Terbelenggu di penjara bawah tanah kerajaannya sejak jaman ayahnya masih hidup dan bertahta. Menunggu kedatangan kunci yang bisa mengontrol nya. Sebuah jiwa, yang akan mengisi raga senjata itu. Karenanya, malam ketika angin berhenti bertiup, dan bulan bersembunyi di balik awan. Dikelilingi ratusan prajuritnya, sang raja diam menunggu. Duduk diatas punggung kuda hitamnya yang besar, mata gelapnya menatap ke seberang danau yang gelap. Berjubah besi lengkap, Gregory Kane mencengkeram pedang nya erat-erat. Tidak yakin akan apa yang dihadapinya membuatnya was-was. Ia menoleh ke belakang, memandang sepuluh prajurit setianya yang menemaninya malam itu kemudian melayangkan tatapannya ke sosok di sebelah kanannya. "Kau yakin bayi itu akan muncul malam ini?" ia menoleh ke samping. Duduk diatas kuda putihnya, seorang wanita berambut semerah darah menarik kerudung di bahunya naik keatas, hingga menutupi rambutnya. Walaupun angin tidak berhembus, tapi udara bulan Desember terasa menusuk hingga ke tulang. Mantel bulu tebal yang sudah dikenakannya pun tidak mampu melawan bekunya udara malam itu. "Saya yakin sekali, Yang Mulia," jawab Ismenia menatap kearah kegelapan seberang Danau. "Berdasarkan buku harian milik mahkluk itu, bayi perempuan itu akan muncul tepat di bulan ke duabelas, tanggal ke duabelas pada pukul dua belas malam. Tahun ke 212. Yang jatuh pada malam ini," Gregory mengangguk mendengar penjelasan peramal kerajaannya itu. Ia selalu mempercayai kemampuan wanita itu. Sebagai pengabdi Peri Api sudah banyak ramalannya yang terbukti kebenarannya. Membantunya di medan perang. Menghancurkan musuh-musuhnya dalam kemarahan api neraka yang di kobarkan oleh prajurit-prajurit kerajaan Illia yang terkenal tanpa rasa takut. Adalah impian bagi Gregory Kane untuk meneruskan perjuangan ayahnya, menguasai seluruh Dataran Hijau. Sejak dirinya dilantik menjadi Raja menggantikan ayahnya, sudah beberapa kerajaan di sekitar Illia yang dibumi hanguskannya. Menyisakan empat kerajaan. Northwich dan Dragontail di utara, Venzor dan Eelry di Barat. Semuanya memiliki senjata masing-masing. Penyihir, naga, troll, monster. Karenanya ia perlu untuk bisa mengontrol senjatanya sebelum kerajaan lain menjadi semakin kuat dan menyerangnya terlebih dahulu. Ia perlu untuk mendapatkan kunci yang bisa di pakai untuk mengontrolnya. Bayi yang menurut ramalan akan muncul malam ini. Awan gelap makin bergelanyut diatas kepalanya. Membawa tetesan hujan gerimis yang dingin. Baru saja Gregory hendak menanyakan keakuratan buku harian sang Irukandji, tiba tiba dari utara, muncul sebuah kilatan cahaya. Putih bagaikan petir, melaju cepat bak meteor. BLARRR!!! Benda itu jatuh menghantam tepian danau, tak jauh dari tempat Gregory Kane menunggu. Goncangannya menggetarkan tanah yang dipijaknya. Membuat kudanya yang kaget akan suara menggema itu, meringkik sambil menderapkan kakinya keatas. Gregory menarik tali kendali berusaha menenangkan binatang itu sebelum kemudian memacunya berlari mendekati benda yang kini sudah terdiam diatas tanah. Dengan tinggi tidak lebih dari 1 meter, batu lonjong berwarna hitam itu berdiri tegak di tengah-tengah kawah yang di ciptakannya ketika menabrak bumi dengan kecepatan keras. Gregory menghentikan kudanya di sisi kawah sebelum ia melompat turun. Dengan hati-hati dituruninya sisi kawah yang landai untuk mencapai batu hitam yang masih mengeluarkan asap itu. Bau hangus sulfur adalah hal pertama yang menabrak masuk ke hidungnya ketika ia mulai berjalan mendekati benda asing tersebut. Dari jarak yang dekat kini bisa dilihatnya bahwa permukaan batu itu tidaklah mulus seperti yang dikiranya, tapi dipenuhi oleh urat-urat berapi yang berbentuk seperti nadi. Merah dan berdenyut. Ia meraih pedang yang terikat di sisi pinggangnya keluar dari sarung dan menghunuskannya ke arah batu itu. Tanpa mengalihkan pandangan, Gregory mengetukkan pedangnya ke permukaan batu yang langsung runtuh berhamburan begitu terkena ujung senjatanya, pasir halus berwarna hitam berceceran disela kakinya membuatnya merasa seolah ia sedang berdiri di pinggir pantai. Sementara Gregory menunduk mengamati kakinya yang mulai terbenam oleh pasir hitam, suara tangis seorang bayi terdengar memecahkan kesunyian malam. Terlentang di tengah gundukan pasir, tangan mungilnya terangkat ke atas menggapai udara malam yang dingin. Ismenia yang mendadak muncul dari belakangnya, dengan terburu-buru berjalan menghampiri sang bayi. Wanita itu melepaskan mantel bulunya dan mulai menyelimuti bayi tersebut sebelum mengangkatnya ke dalam dekapan tubuhnya, dan berjalan menghampiri Gregory. "Akan Yang Mulia beri nama apa kepada bayi perempuan ini?" tanya Ismenia. George melirik sejenak ke arah tangan Ismenia sebelum mendengus. "Huh! Ia hanya akan menjadi gagang untuk pedangku. Tidak perlu aku mencarikan nama untuknya. Namai saja sesukamu," perintah Gregory sambil membalikkan badan dan mulai berjalan menaiki kawah. "Bawa ia kembali ke istana!" lanjutnya tanpa menoleh ke arah Ismenia. Wanita itu menunduk memandangi bayi mungil dalam dekapannya yang kini sudah terdiam sambil menyesap jempolnya sendiri dengan mata terpejam. "Hm... seorang bayi harus memiliki nama. Kunamakan kau Ossena." *** Pls sebelum lanjut jangan lupa tekan hati ungu biar cerita ini masuk perpus kalian dan tidak menghilang. Follow authornya: D.F.E Makasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD