Sandra si tengil

1065 Words
Semua cowok itu jahat! Kecuali kucing aku! -Sandra 2K19- . Seorang cewek menaik turunkan alisnya sambil sibuk melihat ponselnya dengan senyum lebar. Dan seorang yang duduk di depan dia sudah mendengus malas sejak tadi. Jelas malas karena dia dicueki padahal tadi bilang ingin makan siang bersama tapi malah ditinggal main ponsel. "Apa sih, San? Mulai oleng, lo?" Oni melihat dengan ekspresi malas melihat teman sekantornya. "Ini lho.. si menejer iblis akhirnya rapat dan dia nggak ngajak gue.. uhhhhh seneng banger gue tau, On!" Sandra memekik girang sampai membuat seisi restoran melihat ke arah meja mereka dengan pandangan sinis juga heran. Kontan Oni melemparkan tisunya pada Sandra. "Brisik amat, lu! Dan stop singkat nama gue jadi, ON!" tandas Oni, kesal pada Sandra yang terus memanggilnya dengan nama 'ON' seolah dia sedang disumpah serapahi dengan kata OON. "Suka-suka gue dong, On... mulut-mulut gue deh...," Sandra dengan sifat masa bodoh semakin menyulut kekesalan Oni. Tapi Oni hanya menghela nafas kesal karena merasa lebih waras. Percuma juga dia berdebat dengan mahluk sejenis Sandra. Cewek itu nggak akan nurut dan ngerti, malah makin menjadi tengilnya yang ada nanti. "Oke, serah elu deh." Dua cewek ini sedang menghabiskan waktu makan siang di luar hotel tempat mereka bekerja. Mereka bisa saja makan makanan di kantin staf hotel atau di restoran hotel yang dekat. Tapi rasanya mereka juga ingin ganti suasana, tidak hanya berkutat di satu tempat makan saja dan jelas nggak akan ketemu orang itu-itu aja, lebih-lebih kalo ternyata punya musuh sekantor bakal bete banget kalau ketemu sering-sering.  Ya, walaupun bagi yang ingin makan murah dengan biaya 50 persen atau setengahnya ditanggung oleh hotel tempat mereka kerja, mereka bisa makan di kantin karyawan. Hemat pangkal kaya, begitu bunyinya. Slogan yang kadang sulit dimengerti dan sulit untuk direalisasikan ketika ingat mereka hidup di kota Jakarta yang lebih kejam dari ibu tiri Cinderella. Hidup mereka yang selalu dituntut oleh status sosial, karir, gengsi, dan tuntutan kartu kredit juga yang bikin pusing kalau sudah limit ternyata kebutuhan masih banyak yang ingin dibeli. Pokoknya Sandra selalu menaruh 'respect' pada manusia-manusia urban kota ini karena bisa hidup dengan slogan itu dan mengumpulkan pundi-pundi uang jadi banyak tanpa menunggak hutang dan hidup sederhana. Dirinya? Hah.. pergi ke mall dengan niat beli cuma bedak, tapi pulangnya bisa sekaligus memborong satu set skin care, kadang juga sampai menenteng tas baru, yang kata Sandra harus rela menggesek kartu kredit miliknya karena tas itu melambai-lambai dengan manja minta dibawa pulang dari etalase toko. Bilang saja kalap! "Balik, yuk! Gue ada kerjaan lain yang belom selese." Oni sudah beranjak dari kursinya tapi Sandra malah sedang cekikikan sambil terus melihat pada ponselnya. Oni menghela nafas melihat kelakuan Sandra. "Mulai gila ni anak." Oni menggeplak pelan kepala Sandra, saat cewek itu tidak mendengar panggilannya. "WOY! Elu mau gaji dipotong gegara masuk telat ke kantor?!" "Ya ampun, Oni! Woles dong.. nggak usah tereak-tereak.. hancur sudah telinga cantik gue!" kata Sandra lebay.  Oni hanya memutar bola matanya jengah dan sudah kebal dengan tingkah aneh teman satu ruang divisinya itu. Herannya banyak yang naksir dengan cewek aneh ini yang sayangnya dia justru menjalin pertemanan yang baik. Mereka berdua masuk kembali ke hotel. Meski kata Sandra bos mereka sedang ada rapat dan sedang tidak ada di tempat, hotel mereka menerapkan sistem absen kembali setelah makan siang. Guna menghindari adanya kecurangan dari pegawai-pegawai yang memanfaatkan waktu makan siang untuk berleha-leha dan telat masuk kantor lega—terkecuali untuk yang memang sedang melakukan pekerjaan di luar. Kejam memang. Tapi karena sempat terjadi masalah serius akibat telat kembali ke kerja setelah makan siang, hotel mulai berbenah. Kacung seperti Sandra mana bisa protes, dia sudah tidak bisa makan jauh-jauh sampai ke mall dan cuci mata disana kecuali kalau ada makan siang diluar karena ketemu dengan orang atau ngurusin ijin sekalian mampir ke mall, bilang aja ngurusnya lama jadi balik ke kantor telat, maka nggak akan dimarahi bos. Oni sudah duduk di kubikelnya, sedangkan Sandra masih berdiri di tengah ruangan divisi mereka. Cekikikan tidak jelas sambil melihat ke ponselnya. Penghuni divisi itu sudah terlalu hapal dengan kelakuan Sandra, makanya tidak ada yang bakal menegur atau mengganggu kelakuan aneh cewek itu. Kecuali satu— "Aduh! Ganteng banget sih Jang Kiyong!!! Imut banget lagi!" pekik sandra sambil tubuhnya bergerak-gerak seperti layakya cacing. Di telinganya sejak tadi menggunakan headseat karena dia sedang melihat drama korea yang sedang diikutinya akhir-akhir ini. Dan karena menggenakan perangkat itu, Sandra pun tidak mendengar kode dari Oni maupun teman sedivisi yang lain. Cewek itu tetap asik dengan ponselnya juga babang Korea yang tampan. "Ada ngggak sih cowok ganteng kayak dia di negara ber-flower ini... aku tuh gemes sama dia, pengen cipok bibirnya itu!" Mata penghuni ruangan ini langsung melebar ketika mendengar rentetan kalimat Sandra yang sangat tidak patut untuk diucapkan keras-keras di depan— "Ekhm!" Semua menunduk ketika seorang cowok yang berdiri di belakang Sandra berdehem cukup keras, tapi itu tidak cukup untuk menyadarkan Sandra dari dunianya. Cewek itu bahkan semakin menjadi sekarang. "Ihh!! Mereka ciuman! Eh enggak, mereka mau tidur bareng! Ya ampun! Ya ampun!" Sandra bahkan sepertinya sudah tidak ingat dia ada di mana. Oni rasanya ingin menjedotkan kepala Sandra ke tembok sekarang. "Eh.. kok adegan ranjangnya kek gitu doang? Ih nggak asik!" dumel Sandra, dia masih saja tidak sadar dengan hawa dingin mencekam yang menyelimuti ruangan divisi mereka saat ini. Karena dehemannya tidak mempan, cowok yang berdiri di belakang Sandra pun akhirnya menepuk pundak Sandra dua kali berharap bawahannya ini segera bangun dari dunia halu. "Apa sih, Urdha!" Tapi seorang yang bernama Urdha justru sudah duduk cakep di kubikelnya, walau matanya menyorot cemas pada Sandra yang dia yakin akan dipenggal bonus akhir tahunnya sebentar lagi. Jelas Urdha bukan seseorang yang berdiri di belakang Sandra saat ini. "Sandra Putri Asmarani!" kini cowok itu sudah meninggikan suaranya dan menepuk pundak Sandra lagi lebih keras. Mata Sandra sudah membulat dan terbuka selebar-lebarnya ketika ia mendengar suara yang menurutnya sangat menyeramkan. Saking hapalnya dia pada suara tersebut, terkadang sampai terbawa ke mimpi. Dan sekarang.. jangan-jangan dia berhalusinasi, ya? Tapi.. setelah dia mendongak, semua kacung divisi HR hotel Arilton ini melihat kearahnya dengan raut wajah takut-takut dan cemas. Apalagi mata Urdha si cowok yang dikiranya tadi mencolek-colek pundaknya. Lalu Oni yang sudah mengkode Sandra untuk segera berbalik dan menghadapi eksekusinya. Iya.. Sandra sudah sadar siapa yang baru saja memanggilnya, dan itu jelas bukan halusinasi. Dengan gerak slow motion, Sandra memutar tubuhnya ke belakang. Wajahnya sudah kaku walau dia sudah berniat ingin tersenyum. Tapi wajah seorang cowok yang berdiri di hadapannya kini sukses membuat nyalinya ciut. "Eh... bapak...," kata Sandra nyengir kuda. Dia gagal mau senyum, jadi ya sudah.. tunjukkan saja tampang bodoh tanpa bersalah. Siapa tahu masih bisa menyelamatkan bonus akhir tahun yang sudah siap dipenggal algojo di hadapannya ini. Oh tidak.. Sandra pening memikirkan bonusnya akan dipotong. ///
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD