Pecah Perawan

1119 Words
"Aaww..." teriak Cassandra kesakitan. "Tuan, saya mohon tuan lepaskan saya, biarkan saya pergi dari sini." Suaranya terbata-bata merintih menahan sakit akibat tangan bos besar yang menarik rambutnya dengan sangat kuat. "Kamu tak akan bisa lari lagi sekarang," bisik bos besar di balik telinga Cassandra dan kini sebelah tangannya mulai meraba raba pipi halusnya secara perlahan dengan penuh napsu membara. Cassandra menangis, ia berusaha berontak agar bisa terlepas dari bos besar yang begitu menggebu gebu untuk memangsanya. Usahanya sia-sia, saat bos besar menarik tangannya dan menyeretnya ke atas kasur dengan paksa. "Aww... sakit tuan. Tolong, tolong..." teriak Cassandra dalam tangisannya. "Berteriaklah sesuka hatimu jalang, hanya aku yang bisa mendengarmu," ucap pria tua itu sinis sambil tertawa dan dengan satu kali hentakan bos besar segera membanting tubuh molek Cassandra di atas kasur. Cassandra terus berteriak, mencoba menendang tubuh besar pria itu, dan berbagai upaya di lakukannya tapi sekali lagi. Tapi sayang, seakan telah mengetahui pergerakan apa yang akan di lakukan Cassandra hingga pria tua itu begitu sigap melawan penolakan darinya dan berhasil mengunci tubuh Cassandra di bawah kungkungannya. Tanpa ingin berlama-lama lagi, dengan cepat pria paruh baya itu melepas paksa baju yang di kenakan oleh Cassandra. Bibirnya menciumi tubuh indah Cassandra dari leher hingga ke paha tanpa ada satu pun yang terlewatkan. Gadis itu terus menangis, ia berteriak dan membuang salivanya ke wajah pria tua yang ingin meluapkan nafsunya pada Cassandra, hingga membuat pria itu akhirnya marah besar. "Cuih... Dasar brengsek... Lepaskan aku!" Perempuan itu terus memberontak. Plak... Plak... Tamparan keras mendarat di sisi wajah kanan dan kiri Cassandra secara bergantian hingga membuat pipi halusnya memerah dan sedikit memar. "Tak ada ampun buat jalang sialan seperti kamu." Dengan wajah kesal pria itu menahan kedua tangan Cassandra di atas kepalanya hanya menggunakan satu tangannya dengan sangat kuat, bahkan Cassandra bisa menduga jika kedua pergelangan tangannya akan memerah nantinya. Dengan cepat bos besar membuka ikat pinggang serta celana yang ada di tubuhnya, lalu menikmati setiap inci tubuh indah Cassandra dengan jemarinya yang besar. Seolah tak tahan ingin segera menikmati lebih dalam, ia menarik celana dalam Cassandra dengan kuat hingga robek, kemudian melesatkan tubuhnya tepat ke dalam inti Cassandra, bos besar itu tak mampu menahan gairahnya, ia terus menggeram kenikmatan saat merasakan ke dalaman inti Cassandra yang begitu menggairahkannya. Cassandra terus menangis terisak, ia menjerit jerit kesakitan, rasanya sangat perih, seperti tertusuk dahan kayu, tidak ada sensasi lain yang sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata seperti saat pertama kali seseorang melakukan hubungan intim. Cassandra terus meminta bos besar untuk melepaskan tubuhnya karena tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang lebih mendominasi. Semburan darah segar mengalir dari dalam inti Cassandra, membasahi alas kasur yang berwarna putih polos itu. Pecah perawan dengan cara tak di sangka sangka membuat Cassandra begitu histeris, tapi sekali lagi, bos besar sangat menikmati perbuatannya. Bos besar tak memperdulikan apapun yang di katakan Cassandra walaupun ia tengah kesakitan atas perbuatannya. Bahkan, kini dirinya semakin bertindak brutal dan mempercepat gerakannya seperti haus akan kenikmatan gairah dan tak memberi jeda pada Cassandra yang mulai terlihat kelelahan dan tak bertenaga atas perbuatan bos besar itu. Setelah puas melampiaskan hasratnya, pria itu menarik tubuhnya dan meninggalkan cairan berwarna putih tepat di atas perut Cassandra. Bos besar itu akhirnya menyudahi tindakan kejinya terhadap Cassandra, setelah melihat kondisi Cassandra yang sudah tak sadarkan diri atas perbuatannya. Seperti tak peduli akan kondisi Cassandra yang sudah sangat lemah, ia hanya membersihkan tubuhnya dan hanya menutup tubuh indah Cassandra yang telah di nodainya dengan selimut tebal yang ada di atas kasur, kemudian meninggalkan Cassandra begitu saja. Selama hampir dua jam Cassandra tak sadarkan diri, setelah akhirnya perempuan itu tersentak dari tidurnya saat ia meraskan nyeri pada bagian pangkal paha dan intinya. Cassabdra meraung, meliuk liukkan tubuhnya secara perlahan, menahan rasa sakit yang sangat menyiksanya. Matanya perlahan terbuka, ia melihat tubuhnya di balik selimut yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Ia terus menangis, terlebih saat merasakan cairan putih yang ada di perutnya, ia menjerit terus menerus dan menutupi tubuhnya dengan selimut secara rapat dan hanya menyisakan kepalanya yang terlihat. "Dasar b******n, lelaki tua b******k!" teriak Cassandra dalam tangisannya. Cassandra tak menyangka bahwa keperawanannya akan terenggut dengan tragis bahkan dengan lelaki yang tak ia kenal. Cassandra merapatkan kedua kakinya ke tubuhnya dengan kedua tangan yang menarik narik kasar rambutnya. Ia menyesali kebodohannya untuk percaya pada Reyna dan Madam Sakira yang justru menjerumuskannya pada kejadian yang membuatnya begitu terpuruk. Tangisannya terhenti saat handphonenya berdering, Cassandra segera mengambil tas yang ada di sofa dengan posisi selimut yang masih melingkar di tubuhnya. Tak ada nama yang tertera pada panggilan itu, tapi Cassandra tetap menjawab panggilan yang masuk di handphonenya. "Hallo," ucapnya lirih. "Hei cantik, dua jam lagi aku tunggu di rumah, nanti aku kirim alamatnya ke kamu." Suara perempuan itu tampak bersemangat. "Puas kamu? Puas kamu menjualku dengan pria tua b******k itu... puas kamu?" teriak Cassandra dan di teruskan dengan tangisan pilu yang terdengar dari suaranya. "Ya ampun, Cassie. Ayolah, aku kasih kamu pekerjaan enak ya. Kenapa kamu malah berteriak sama aku? Ya sudah, begini saja. Kalau kamu mau uang, aku tunggu dua jam paling lama. Bye cantik..." Perempuan yang memanggil Cassandra dengan nama kecilnya itu mengakhiri obrolannya di dalam sambungan telepon. Cassandra masih tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, seolah tak ada rasa bersalah yang keluar dari mulut perempuan baruh baya itu, seenaknya saja perempuan yang di panggil Madam oleh Reyna itu menjual tubuh indahnya yang bahkan belum pernah di nikmati oleh lelaki mana pun. Tak ingin berlama lama di ruangan itu, akhirnya Cassandra segera membersihkan dirinya serta memakai kembali pakaiannya yang terletak di atas lantai, lalu bergegas untuk pergi dari hotel yang telah menyisakan luka mendalam baginya. Tempat yang telah merenggut kesuciannya secara paksa dengan laki laki asing tua yang sama sekali tak di kenalinya. Dengan lemah Cassandra berjalan keluar dari kamar yang di desaign dengan interior mewah tersebut, karena terlalu lemah tubuhnya, sampai sampai ia tak sanggup untuk memakai sepatu hak tingginya. Sepanjang koridor ia menjinjing sepatu berhak tingginya dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang tas yang tergantung di bahunya. Kepalanya sangat sakit, terlebih selangka dalamnya yang terasa perih hingga menyulitkannya untuk berjalan dengan benar. Tatapannya kosong, wajahnya terlihat pucat dan sedikit berantakan hingga membuatnya menabrak sesuatu yang ada di hadapannya. Bruuk... Tubuh Cassandra nyaris tersungkur di lantai koridor hotel itu. ___________ Hallo readers semua, bertemu lagi di story aku yang ke sekian. Cerita ini sequel dari "Jatuh Hati" ya. Bagi kalian yang sudah baca pasti tahu kan, kalau akhir cerita Sherin dan Adrian begitu bahagia. Mereka punya anak kembar, laki laki dan perempuan. Baby Willi dan Willo sudah dewasa dan memiliki jalan hidup yang lumayan berbeda dari kedua orang tuanya. Yang mau cerita ini segera di lanjutkan. Jangan lupa klik love ya. Makasih semuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD