Bab 1

2196 Words
Negara Brusel merupakan salah satu negara persemakmuran Inggris yang terletak di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara Khatulistiwa di bagian Asia Tenggara hingga banyak kultur melebur membentuk negara sekuler tersebut. Kaisar yang memeirntah di negara itu masih merupakan kerabat jauh keluarga kerajaan Inggris yang mebantu didirikannya monarki kerajaan tersebut berabad-abad lalu hingga hari ini . 15 tahun sebelumnya, pada tahun 1998 negara Brusel sempat jatuh dalam perang saudara selama tiga tahun akibat adanya kudeta dari pihak militer yang mencoba menggulingkan kaisar yang kini menjabat dan berakibat diusirnya salah satu anggota keluarga kerajaan dari Negara Brusel dan diasingkan ke Bhutan. Setelah perang saudara itu Negara Brusel mencoba bangkit dengan menciptakan sistem baru di mana kekuasaan militer berada mutlak di bawah kendali raja yang bertindak sebagai jenderal tertinggi dengan dibantu oleh seorang perdana menteri. Sedangkan suara rakyat sendiri diwakilkan dalam parlemen yang bersidang setahun sekali menjelang hari kemerdekaan tiap tahun menjelang bulan Februari . Kekuatan militer dibatasi dan berganti dengan dua partai yang muncul dan berkuasa. Kedua pertai itu masing-masing mengirimkan wakil mereka untuk duduk sebagai menteri pembantu kebijakan kisar dalam mengelola negara. Partai Serikat Barat merupakan pendukung kebijakan pemerintah, sedangkan Partai Serikat Timur adalah partai yang mendukung dan mewakili suara rakyat. Sering kali terjadi perdebatan antara dua partai ketika sidang tahunan terjadi, hingga King Hazal, kaisar yang berkuasa harus turun tangan untuk mendamaikan perselisihan antara dua partai yang berkuasa Partai Serikat Barat memberikan dukungan politik penuh pada Lady Cambria, istri kaisar sekaligus puteri dari perdana menteri. Ia dihormati rakyat namun dalam istana isu mengenai tempamennya yang buruk menyebar akibat ketidak pedulian kaisar pada keberadannya. Kadang kala kesenggangan hubungan antara Cambria dan Hazal dijadikan bahan p*********n secara politik oleh Partai Serikat Timur yang memberikan dukungan pada Nenek Hazal yang sejak lama menentang hubungan mereka yang diperparah karena keduanya yang belum memiki anak untuk melanjutkan tampuk pemerintaan, sedangkan pernikahan mereka telah berjalan hampir selama 6 tahun. Banyak tekanan yang akhirnya berdatangan dalam hubungan rumit mereka yang meliputi politik, kekuasaan dan konspirasi istana. Seperti kemarin suara keributan terdengar dari balik pintu hingga seorang lelaki berumur 30 tahun yang tengah sibuk dengan tumpukan berkas di depan tubuhnya mengangkat wajah ke arah pintu. Pria berusia 25 tahunan di sampingnya melirik keresahan lelaki tersebut. “Sudah beberapa hari ini Ratu Cambria meminta bertemu dengan Anda, saya sudah sering mengatakan padanya kalau Anda sibuk, tapi sepertinya beliau tidak perduli dengan alasan itu” Hazal bergumam. Kedua jemarinya bertaut di depan dagunya, tepat di atas tumpukan kertas yang berisi berkas rahasia kerajaan Brusel. Pikirannya melayang memikirkan ratunya yang memang telah terkenal dengan tempramen buruk di seluruh istana Humington . Ia menegakkan tubuh tingginya beranjak beberapa langkah ke depan, kemudian duduk di atas meja cokelat mengamati hamparan tanaman hijau di seberang jendela yang dihiasi bunga aneka warna. Wajahnya tampak lelah karena telah berhari-hari tak bebrisitirahat karena urusan kerajaan. “Ada apa lagi dengannya?” Algi, bergumam. Pria muda dengan mata sipit dan bibir tipis itu merupakan sekertaris istana yang bertanggung jawab langsung pada King Hazal, sekaligus orang yang paling ia percaya dalam kerajaan. “Anda pasti sudah tau perdebatan yang terjadi lagi antara Partai Barat dan Timur kemarin. Orang-orang menekan ratu dan menyerangnya dengan anggapan infertilitas. Partai Timur menyarankan Anda mengambil seorang consort resmi melalui petisi yang disarankan pada Anda” Lelaki muda bermata abu-abu dengan alis tebal dan gelap serta bibir penuh dengan wajah kotak itu bergumam. “Biarkan saja dia masuk!” Algi bergumam. Ia meraih telpon di meja dan tak berapa lama pintu terbuka. Seorang wanita berambut hitam dengan mata hijau muncul. Rambut bergelombangnya berantakan, makeup di wajahnya pun telah luntur meski tak menggoyahkan kecantikan yang tergambar di bibir penuhnya yang merah, hidung tingginya yang ramping dan mata rusanya yang lebar. Hanya tersisa pakaian mahal nan indah melekat di kulitnya yang putih bersih seperti pualam terpulas berkilau. Belum berapa detik ia melangkah masuk, pekikan suaranya sudah memecah keheningan lebih dulu. “Berapa lama, berapa lama lagi aku harus menerima penghinaan ini? Kau dengar apa yang mereka pergunjingkan tentangku? Aku adalah ratu di kerajaan ini tapi tidak sekalipun aku menerima penghargaan sebagai isti kaisar, bahkan oleh kaisar sekalipun!” bentaknya dengan nada tinggi. Algi yang berada di sana memilih pergi meninggalkan mereka berdua. Tak ada yang dikatakan Hazal. Seperti biasa ia bersikap dingin dan abai, lebih terpaku ke arah tanaman di depan jendela yang membuat perasaanya lebih baik. “Tidak akan ada yang bisa mengubah kedudukanmu. Kau tau kekuasaan politik yang kau miliki” langkah Cambria berderap cepat, berdiri tepat di samping Hazal, menatapnya seakan penuh harap yang tidak pernah terpenuhi selama bertahun lamanya. “Kau masih membatasinya, di antara semua UU yang kau rubah, kau tidak pernah merubah jaminan bahwa seseorang wanita yang bisa menjadi ratu hanya seseorang yang bisa memberikan penerus untuk kaisar. Kau sengaja melakukannya, kenapa? Kau benci padaku. Kau masih membenciku karena mengira aku adalah penyebab bunuh dirinya Hana ‘kan? Kau pasti berharap kalau gelar Lady Cambria adalah nama kehormatan yang bisa disematkan di belakang namanya ‘kan?” tubuh tegap pria yang terbalut jas hitam itu berpaling menatap mata hijau di hadapannya. Hanya beberapa detik lalu ia beranjak kembali menuju meja kerjanya dan mengabaikan keberadaan Cambria di sana, seolah dia tidak pernah ada. Gadis itu termenung dalam rasa putus asa, “Akhirnya selalu seperti ini ‘kan?” Hazal meraih beberapa berkas dari atas meja, “Kembalilah ke kamarmu, kau sudah dapatkan semua yang kau harapkan lalu apa lagi?” “Aku menginginkanmu, aku menginginkan cintamu” ucap bibir tipis itu dengan jujur. Lipstik merah yang terpulas di bibir tipisnya terhapus berantakan meninggalkan bekas merah di sepanjang pipinya. Ia tampak menyedihkan dengan segala kesedihan yang ia pendam dalam istana seorang diri. Gerakan jari Hazal berhenti, sepasang jemarinya bertaut dengan wajah serius ia mendongak, “Aku tau kau hanya menginginkan kekuasaan, aku sudah berikan hal itu padamu. Seperti kesepakatan yang kau inginkan bahwa kau sudah menukar hidupmu demi menyelamatkanku dengan tahta sebagai seorang ratu” Cambria menariki rambutnya makin berantakan karena geram tak bisa melakukan banyak hal. Ia tak puas lalu beranjak mendekati meja Hazal mencoba menuntut dan meyakinkan lelaki itu jika hal itu bukan hal yang sungguh ia harapkan, “Menjadi ratu satu-satunya hal yang bisa kulakukan agar aku bisa berada di sisimu. Aku mengatakan cintaku tapi kenapa kau ingin menikahi perempuan lain. Kau tau jika dia bukan berasal dari keluarga bangsawan dan pada akhirnya akan ditolak juga oleh aturan kerajaan. Apa salahku, kalau dia mati itu sudah nasibnya” mendengar jawaban itu, sebuah tinju dipukulkan Hazal ke atas meja cokelat mahoganinya. Ia menarik napas mencoba mengendalikan kemarahannya. Kadang kala ia sudah terlalu lelah meladeni tiap sikap Cambria yang memaksa, namun masih belum bisa melakukan banyak hal, termasuk menjatuhinya hukuman karena bukti terkaitnya Cambria dalam kematian Hana sulit didapatkan. “Aku menahan diriku karena aku selalu ingat kalau kita masih merupakan sahabat sejak dulu. Kau melindungiku dengan hidupmu saat kelompok militer mencoba menangkapku,aku menghargainya jadi pergilah. Aku tetap kaisar, dan kau adalah ratu. Tinggalkan ruanganku!” Tubuh Cambria bergetar, ia beranjak meraih lengan hazal, menatapnya penuh harapan yang tak sekalipun pernah padam. Ia selalu memohon di hadapan lelaki yang sama seperti hari ini pun, ia rela berlutut membuang harga dirinya untuk bisa dicintai oleh lelaki yang paling mengabaikannya diseluruh semesta. Meski jelas sekali hasilnya telah ia ketahui dengan pasti semenjak sebelum meminta. “Apakah mencintaimu dengan hidupku tidak pernah cukup? Seberapa besar Hana mencintaimu, dia tidak pernah mencintaimu seperti aku. Aku hidup untukmu, hanya untukmu tapi bagaimana kau bisa mengabaikanku seperti ini? Kaisar hanya sebuah gelar, bagiku kau tetaplah orang yang sama!” Hazal menutup hidungnya karena bau alkohol yang keluar dari bibir Cambria. Ia meraih telpon di samping mejanya, mengabaikan semua permohonan Cambria yang bahkan telah bersimpuh di bawah kakinya. “Panggilkan pelayan ratu, dia perlu beristirahat!” Cambria meraih jemari-jemari Hazal dan menatapnya dengan mata yang memanas, “Jangan lakukan itu padaku, kau selalu mengusirku. Apa salahku?” dengan kasar tangan Cambria dihempaskan begitu saja. Hazal meraih selembar tisu dari atas meja dan melapi tiap sela jemarinya dengan jijik. “Jika kau tidak mau mendengarkanku, aku akan memaksa pengawal mengusirmu dari sini. Ini adalah peringatan terakhir, jadi pergilah dariku!” Algi muncul bersama empat orang pelayan yang mengenakan seragam, berupa setelan jas hitam dan rok hitam selutut yang dibagian pinggangnya diikit sebuah sabuk berwarna emas, penanda bahwa mereka adalah bawahan khusus yang melayani kamar ratu. “Bawa ratu keluar dari sini!” empat orang pelayan dengan rambut bersanggul rapi itu kemudian beranjak ke sisi Cambria yang duduk lesu di atas lantai. Mereka meraih lengan kurus wanita itu yang kemudian dihempaskan dengan begitu kasar. “Aku bisa berdiri sendiri” ia beranjak begitu saja sambil menyapu satu tetes air mata yang sempat membasahi pipinya. Suasana kembali sepi setelah kepergian Cambria. Hazal memijat seputar hidungnya dengan lelah. Ia terduduk sambil menundukan muka di atas meja. Algi yang melihat hal itu nampak cemas. “Sebaiknya anda berisitirahat!” Hazal mengangkat wajahnya kemudian memandang lurus ke arah tembok yang tertutup kertas keemasan dan lukisan-lukisan serta guci-guci dan furniture mahal. “Lebih sulit mengahadapi Cambria setiap hari dengan emosinya yang seperti itu. Dulunya dia bukan wanita dengan sikap seperti hari ini” Hazal mendesah dengan nada berat. “Lady Cambria menerima banyak tekanan. Istana bukan tempat yang mudah” Hazal berpaling mengamati Algi yang buru-buru menunduk dengan segan. “Kau membela dia?” dengan tenang, lelaki muda itu menjelaskan. “Tidak, saya selalu setia hanya pada Anda. Keberadaan beliau di sini semua masih atas kehendak Anda” Hazal tertawa kecut mendengar jawaban dari pelayan setianya. Memang benar, dia masih memberikan kesempatan itu pada Cambria untuk alasan tertentu yang kemudian ia sampaikan untuk pertama kalinya. “Aku dan Cambria adalah sahabat lama, bahkan lebih lama sebelum aku bertemu Hana. Kalau bukan karena Cambria maka aku tidak akan bisa bertemu Hana. Ketika kecelakaan itu terjadi, seperti yang kau ketahui kalau kita masih dalam masa membangun pemerintahan. Alasan Hana bunuh diri karena mengira aku terlau sibuk mengurusi negara seperti mengada-ngada. Aku tidak pernah yakin kalau dia sungguh bunuh diri dan mayatnya tidak pernah ditemukan bahkan sampai hari ini. Dia bahkan tak meninggalkan penjelasan apa pun dan membuatku makin yakin kalau Cambria secara tidak langsung sudah turut campur dalam kematian Hana” sepasang jari Hazal ia sapukan ke wajahnya dengan bimbang. Algi hanya bisa melihat wajah kusut lelaki itu selama bertahun-tahun lamanya selama ia mengabdi semenjak berusia 15 tahun. “Investigasi masih tetap dilakukan sampai hari ini seperti keinginan Anda tapi keberadaan orangtuanya tidak pernah diketahui sampai detik ini” Wajah kotak lelaki itu mengangguk, ia menepuk meja untuk menghilangkan kekesalan dalam hatinya. “Meski pun begitu aku selalu yakin kalau Cambria terlibat. Setiap memikirkannya aku merasa marah tapi di saat yang sama aku juga takut membayangkannya. Bagiku dia tetaplah seseorang yang pernah menjadi sahabatku dan aku tidak pernah meragukan kesetiaannya maupun perdana menteri padaku. Kau tau aku masih tidak begitu mempercayai para menteriku. Akan selalu ada kesempatan bagi Agra untuk kembali ketika pejabat berkhianat padaku. Aku masih ingat bagaimana buruknya pemberontakan militer itu yang berusaha menghabisiku diam-diam. Rakyat tidak akan tau intrik dalam istana, tapi semua orang bisa saja mati dengan mudah karena kekuasaan yang masih sering diperebutkan” Algi menunduk penuh rasa hormat dan ketegasan, “Saya akan melindungi hidup Anda dengan nyawa saya. Tidak akan saya biarkan sesuatu yang membahayakan Anda terulang kembali” Tinju Hazal berada di depan bibirnya, “Kau tidak perlu melakukan hal itu, sekarang lebih baik mengawasi kedua fraksi. Aku tidak meragukan fraksi barat walaupun mereka tidak mutlak adalah orang baik. Aku tau mereka juga memiliki ambisi memperkaya diri mereka dan melindungi ratu Cambria dan perdana menteri matian-matian, tapi sulit menemukan bukti keterkaitan mereka yang disimpan rapi, sedangkan dukungan rakyat selalu mengalir pada Cambria yang dianggap pro pendidikan dari masyarakat dan pada pelajar muda. Mereka lebih lihai menggunakan masyarakat dibandingkan dengan fraksi timur yang sudah kehilangan kekuatan kekuasan dibawah nenekku” “Tapi sepertinya Lady Inha masih ingin berkuasa, karena dialah yang getol mengusulkan seorang consort untuk Anda dari kelompoknya” wajah Hazal berpaling dengan dingin. “Aku sudah dengar hal itu dari Ibuku, karena itu terjadi sedikit masalah dibagian istana dalam. Perselisihan terjadi antara Cambria dan nenekku. Aku tau Lady Inha tidak pernah setuju Ayahku maupun aku menduduki tahta dan lebih menyukai Agra karena ia lahir dari anak kandungnya sendiri” “Lalu apa yang akan Anda lakukan ketika pertemuan nanti, karena saya yakin masalah keturunan ini masih akan memanas dilaporkan para menteri. Bagaimana pun seorang penerus kerajaan dibutuhkan dalam sebuah negara yang masih menjalankan sistem pemerintahan monarki seperti kita” cemas Algi menunggu tanggapan Hazal, namun kaisar yang ia layani nampak berpikir. “Jika aku memilih agar garis keturunanku dilahirkan dari Cambria, maka fraksi barat makin berkuasa dan fraksi timur merasa makin ditekan. Tentu saja rakyat juga akan merasa ketimpangan politik yang rumit dalam pemerintahan” Sedikit tertarik, Algi memberanikan diri untuk bertanya, “Jadi Anda akan menimbang keinginan petisi dari fraksi timur?” “Fraksi barat tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kecuali Cambria yang menginginkannya. Arez mungkin pemimpin fraksi barat tapi dia sangat patuh dan terlalu memanjakan Cambria sejak dulu. Bisa dikatakan Cambria adalah pemimpin bayangan yang mengontrol semua keputusan yang diambil Arez dari dalam” timpalnya dengan singkat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD