Mata Yang Indah

441 Words
Waktu seakan terhenti, jantung Mia berdebar lebih kencang. "Ya Tuhan, dia sangat tampan," Mia menjerit di dalam hati. Pandangan Mia tertuju kepada seorang lelaki berambut ikal sebatas bahu yang bergerak tertiup angin, Ia memiliki senyuman menawan yang memikat hati. Lelaki itu tengah duduk di belakang seorang teman Mia. Mereka mengendarai sepeda motor Mia melambai pada Lelaki yang menaiki sepeda motor di kejauhan. Daniel pun menghentikan motornya di sisi jalan, dekat dengan tempat Mia berdiri menunggunya "Hai," sapa Daniel seraya tersenyum. "Hai " Mia mengangguk pelan sambil tersenyum. Namun, matanya tak dapat lepas dari teman Daniel yang duduk dibelakangnya "Mia, perkenalkan ini temanku." Daniel menunjuk ke arah temannya. "Hai Mia, Aku Rayhan." Lelaki itu mengulurkan tangannya. Mia pun menjabat tangannya, ia begitu terpana melihat wajah lelaki di depannya.Matanya yg sangat indah, kontur wajahnya tegas, ditambah lagi Ia memiliki senyuman yang menguncangkan dunia Mia. Tanpa Mia sadari...  Ia menahan tangan Rayhan cukup lama, hingga tarikan tangan Ryhan menyentakan kesadaran Mia, pipi Mia merah merona, Ia tersenyum menyembunyikan rasa malu. "Kita makan malam, yuk? Mia berujar seraya bergantian mengarahkan pandangan kepada daniel dan Rayhan. Demi untuk menghilangkan suasana canggung, Mia berinisiatif mencairkan suasana. "Terima kasih, tapi kami tadi sudah makan." Rayhan berkata sambil tersenyum. Mia merasa seakan pedang ditusukan tepat di jantungnya. Tubuhnya terasa meleleh seumpama es krim di saat udara sedang panas. "Astaga...dia begitu mempesona."  Ia terus bergumam dalam hati tak dapat berhenti mengagumi Rayhan. "Mia aku pulang dulu, ya." Daniel menaiki sepeda motornya. "Lho sudah mau pulang? Baru ketemu." "Aku kesini cuma mau memperkenalkan temanku." Daniel bicara seraya melirik kepada Rayhan. Sedangkan Rayhan hanya mampu tersenyum malu, becampur kesal. Ia merasa dihianati dan dipermalukan oleh temannya sendiri di hadapan seorang gadis. "Baiklah." Mia tersenyum dan mengangguk perlahan. Mia tak ingin menahan mereka. Dia pun merasa tidak nyaman jika harus mengajak mereka berdua ke rumahnya. Malam telah larut . Saat mereka mulai menjauh Mia melambaikan tangan pada mereka berdua Mia melangkah dengan ringan dan riang pulang ke rumah. Rumah yang ia sewa di kota ini. Kota Batu. Kembali terbayang wajah Rayhan sekelebat di pelupuk mata  "Aaah" Mia mengeleng kuat, menolak perasaan aneh yang tiba-tiba hadir dan melekat di dalam dadanya  Sesampainya ia di kamar yang hanya berukuran 3x3m, Mia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pikirannya melambung jauh. "Dua tahun aku menjalani hidup seperti ini Bekerja sebagai pemandu lagu. Jalan hidup yang sungguh bertentangan dengan hati." Mia bersedih akan hidupnya. Terkadang Ia memberikan hasil kerjanya pada orang tuanya, untuk membantu perekonomian keluarganya yang juga tergolong sulit semoga tuhan akan berikan jalan yang lebih baik. Dia berdoa penuh harapan. Mia menghela napas panjang, berusaha melepaskan beban yang menghimpit dada *THM = Tempat hiburan malam
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD