1. Prolog-Kamar Hotel

1000 Words
    Diamond Hotel, Bali... Kamar 32, dan 33...     Di sebuah hotel bintang lima. Diamond Hotel, Bali. Hotel paling mahal dan incaran para pebisnis nomor satu di Indonesia. Seorang pria duduk di sofa berbentuk setengah lingkaran. Menyilangkan kaki membaca majalah. Tak lama setelahnya seorang wanita duduk di sebelahnya, membuka sun glasses super mahalnya. Duduk bersandar, menyantel nyaman earphone di telinganya. Mereka sudah memesan kamar khusus masing-masing sebelumnya. Dan sedang bersantai sejenak untuk menunggu.     "Permisi! Bapak Alexis Sanjaya mari saya antar ke kamar 33." Dia bergerak tanpa bicara. Kemudian petugas tadi menarik koper tanpa melihat.     Sejurus berikutnya. "Permisi! Ibu Ayana Soedrajad, mari saya antar ke kamar 32!" petugas itu sedikit membungkuk. Dia melepas earphone, tersenyum kepada petugas itu lalu mengikuti langkah petugas yang membawa kopernya.     Di kamar masing-masing kedua tamu tersebut tadi melakukan hal yang hampir sama. Istirahat sejenak, lalu mandi. Ketika ingin mandi, tentu saja membuka koper untuk mengambil beberapa peralatan pribadi dan menyiapkan pakaian ganti.     Koper jenis koper President yang mereka bawa masing-masing tak bisa dibuka. Merasa yakin itu koper milik mereka akhirnya keduanya mereset kombinasi angka. Kemudian koper pun terbuka dan, "TIDAAAK...!" tak ada baju ganti untuk mereka. Kembali memakai pakaian sebelumnya.     Menit berikutnya.     Tiga pasang mata menatap angker pada dua petugas hotel yang bertugas membawa koper milik mereka tadi.     "Maafkan kami!" ucap mereka, kedua perugas itu secara bersamaan.     "PECAT MEREKA!" suara tegas dan kejam tiba-tiba terdengar menyusul kata penuh permohonan maaf tadi.      Tamu wanita tadi menatap lekat-lekat pada tamu pria kejam itu.     "Jangan pak, saya mohon jangan dipecat, adik saya tiga masih sekolah, ibu saya janda sejak ayah saya menikahi janda, pak. Jangan pecat saya!" ujar petugas laki-laki yang terlihat tampak sangat menyedihkan.      "Iya pak, saya juga sedang kuliah pak, butuh biaya, adik saya masih kecil, ayah dan juga ibu saya hanya pedagang gorengan, Pak. Mohon maaf atas kesalahan kami, hukum kami tapi tolong jangan pecat kami," pinta si petugas wanita tadi dengan sangat memprihatinkan juga.      Kenapa sampai jadi seperti ini? Batin Ayana dengan pandangan iba yang ia punya.      Manager hotel itu bingung. "Kalian tahu kan, kenyamanan tamu hal yang nomor satu!"     "Maafkan keteledoran kami..." sesal kedua petugas tadi, lagi-lagi secara bersamaan.      "PECAT! Mereka sudah membuat saya benar-benar tidak nyaman harus melihat isi koper wanita! Menyebalkan!"     Sombong sekali! Batin Ayana menatap jengah pada pria di sampingnya yang seperti tidak tahu caranya memaafkan.     "Maaf atas kejadian ini pak Alex..." ucap manajer hotel.     "Pec..."     "Mm... maaf Pak, mereka sudah minta maaf, saya rasa tidak perlu dipecat." kata Ayana pada manajer hotel.     "Pak Jeremi manajer yang terhormat, sejak jaman kakek saya, kami selalu menginap di hotel Anda! Kejadian ini benar-benar memalukan!"     "Maaf pak Alexis, ini yang pertama dan terakhir kalinya, saya janji."     "Anda tahukan, kualitas dan kenyamanan adalah hal yang nomor satu. Hari ini, detik ini saya menyatakan Diamon hotel sudah jatuh. Jadi tidak ada alasan untuk tak memecat dua pegawai bodoh ini!"     "Saya mohon jangan pak!" pinta mereka lagi tak menyerah.      Manusia nggak punya hati! Batin Ayana lagi. Harus dikasih pelajaran. Apa pun caranya kedua pegawai malang ini harus selamat dari geraman singa sombong ini!     "Baik pak Alex..."     Aya yang sejak tadi tak tersenyum akhirnya menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyum paksaan. Dan siap mengatakan apa saja yang ada di kepalanya saat ini. "Oh, pak manajer maaf ya sepertinya kami harus bicara. Sayang..., harusnya kita satu kamarkan? Kenapa hanya gara-gara koper tertukar saja kamu marah sih?"     Alex melotot sampai-sampai hampir melompat kedua bola matanya, rahangnya mengeras. "Bicara apa kamu ini?!"     "Hei, kitakan sedang bulan madu harusnya satu kamar, dong. Kamu nggak bosen ya marah terus sama aku?"     "Jangan asal bicara..."     "Pak manajer, lihatlah dia, sudah menikah masih belum sadar--itu semua karena dia terlalu kaku dan pemarah."     "Kalau begitu selamat berbulan madu, dan atas dasar rasa penyesalan saya selaku manajer di sini dan sebagai hadiah bulan madu kalian, dua kamar 32, 33 hanya akan dikenakan biaya satu kamar saja untuk Tuan dan Nyonya Alexis."     "Wanita sinting!" gertak Alex lalu pergi dari hadapan semuanya tidak lagi peduli pada apa yang dikatakan Aya dan dengan apa yang dikatakan oleh manajer tadi.      Ayana nyengir puas, Yes... mampus lo!     "Sekali lagi selamat dan maaf atas kejadian ini!" Pak Jeremi menjabat tangan Ayana.       "Terima kasih pak, maaf atas sikapnya. Dia masih malu kalau kami sudah... harus tidur bersama. Dan dia memang kaku, jadi aku putuskan untuk tetap di kamar yang berbeda dengan dia." Ayana menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawanya. Aya merasa puas namun ia telah berbohong dan tidak sadar telah membuat sandiwara besar.     "Ya, aku cukup tahu sifatnya, bahkan kakeknya."    "Oke, pokoknya jangan sampai pegawai ini dipecat, aku jaminannya."    "Baik, Bu Ayana! Silahkan kembali ke kamar dan maaf merepotkan."    "Lain kali hati-hati!" ucapnya pada dua petugas itu sebelum pergi.    "Baik Bu, terima kasih sudah membuat kami tidak dipecat," jawab dua pegawai itu dengan kepala tertunduk. ____     Dua anak manusia keturunan ke tiga keluarga masing-masing dipertemukan pada satu meja. Perusahaan milik keluarga mereka sudah bersaing sejak jaman kakek moyang mereka.     PT Sanjaya Food tbk. Dan PT Surya Soedrajad tbk . Adalah dua perusahaan industri pangan terbesar di Indonesia.     Kali kesekian mereka dipertemukan lalu terlibat perdebatan atas nama ego dan kesombongan dua pewaris nama besar keluarga.     "Sejak dulu, perusahaan kamu selalu membuat produk yang sama seperti kami tidak lama setelah kami lempar ke pasaran. Kenapa kalian selalu mengekor, tidak pernah mendahului?" Alexis Sanjaya berkata dengan sombongnya.     Ayana Soedrajad meninggikan dagu, tak mau kalah sombong ketika sedang berargumen dengan pria sombong macam dia. "Lebih dulu show off bukan berarti pemilik ide, tidak lebih awal menjalankan bukan berarti tidak memikirkan ide yang sama sebelumnya--bahkan lebih dulu." Dia Ayana Soedrajad menyunggingkan senyum sinis.    "Ayana Soedrajad, menyerahlah sebelum kamu jatuh dari tempat yang lebih tinggi--itu akan menghancurkan kamu ber-keping-keping..."    "... Aku akan menaklukan kesombongan kamu, Alexis Sanjaya!" ____
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD