1

1525 Words
"Bangun dong, Lan! Lo kan udah janji sama gue!" Orlando hanya bergumam tidak jelas. Dia membalikan badannya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut mengabaikan seseorang yang tengah berusaha membangunkannya. "Astaaaagaaaa! Rolade, bangun! Azalea hampir telat!" Dengan setengah hati, Orlando menyibak selimut dari tubuhnya dan bergerak duduk. "Kenapa engga berangkat sendirian aja?" tanyanya lemas. Anika menggeleng tegas, "Semalem lo sendiri yang janji sama Azalea. Jadi lo harus tanggung jawab!" Orlando menatap wanita di depannya jengah. Anika tampak sudah rapi dengan tunik kesukaannya dan celana bahan slim fit. Anika adalah satu-satunya wanita yang bukan keluarganya yang Orlando ijinkan untuk berada di dekatnya. Bukan hanya sebulan dua bulan, tapi wanita itu sudah mengitari hidupnya lebih dari sepuluh tahun. Dari jamannya wanita itu masih terlihat imut dengan seragam SMA yang selalu tampak kebesaran di tubuhnya sampai sekarang gadis itu sudah tidak perduli penampilan lagi. Bagi Anika yang sekarang, Azalea adalah pusat hidupnya. Siapa Azalea? Azalea adalah anak hasil pernikahan antara Anika dan mantan suaminya, Faris. Mereka bercerai satu bulan setelah kelahiran Azalea. Alasannya? Karena Faris tidak bisa menahan hasratnya selama Anika mengandung dan melapiaskannya dengan wanita lain yang bukan istrinya. Kurang ajar memang. "Buruan dong, Lan. Nanti Azalea bisa ngambek," Anika memasang wajah memelas ke arah Orlando. Orlando mendesah pelan lalu bangkit dari ranjangnya. Tanpa bicara ia masuk ke kamar mandi dan tidak sampai lima menit lelaki itu sudah keluar dengan wajah basah. Anika memicing menatap sahabatnya itu, "Lo engga mandi?" tanyanya. "Engga, nanti telat. Lagian engga mandi juga gue udah ganteng," jawab Orlando santai. Tangannya dengan terampil menyisir lalu mengikat rambut panjangnya. Anika berdecih pelan, "Percuma ganteng kalau jomblo." Orlando mengabaikan cibiran Anika dan melepas kaosnya dengan santai di depan Anika lalu menggantinya dengan kemeja warna biru tua. Anika juga bergeming, pemandangan seperti itu sudah biasa ia saksikan semenjak dua tahun persahabatan mereka sampai saat ini. "Gue mau ganti celana, lo mau tetep disini?" tanya Orlando, matanya melirik Anika yang memelototkan matanya. "Gila aja lo! Gue engga ada niat buat ngeliat senjata lo!" Lalu dengan bersungut-sungut Anika keluar meninggalkan kamar sahabatnya. Melihat bagian atas tubuh Orlando dengan perut yang sedikit bucitnya sudah bukan hal baru, tapi jika harus melihat tubuh bagian bawah sahabatnya itu, Anika tidak akan mau. Bagaimanpun dia masih seorang wanita, dan itu memalukan. Tidak sampai sepuluh menit Orlando sudah menghampirinya yang tengah duduk di ruang tengah bersama Azalea. Gadis kecil itu bahkan langsung berlari dan mengangkat kedua tangannya, meminta agar Orlando menggendongnya. "Ayo kita berangkat, Om!" ajaknya. Orlando tersenyum dan menciumi pipi Azalea. "Baik, Tuan Putri," ujarnya yang membuat gadis kecil itu tertawa cekikikan. Sedangkan Anika hanya bisa menggelengkan kepala. Azalea dan Orlando adalah dua pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Mungkin karena sedari kecil Azalea sudah terbiasa dengan keberadaan Om Olannya. Bahkan dulu saat Anika melahirkan, dia justru meminta Orlando yang menemaninya bukan Faris yang saat itu masih suaminya. Hal yang jelas membuat pihak keluarga Faris marah dan mengutuki Anika dengan berbagai ucapan tidak baik. Tapi keluarga Anika juga tidak tinggal diam karena mereka tahu kesalahan apa yang dilakukan Faris hingga membuat Anika ingin berada sejauh mungkin dari pria itu. Lamunan Anika buyar saat suara berat Orlando memasuki gendang telinganya. "Seatbelt," ujar pria itu singkat. Anika yang duduk sambil memangku Azalea langsung melakukan intruksi yang diberikan Orlando. "Lea udah besar loh, harusnya duduk di belakang," Anika memberitahu anaknya. Tapi Azalea menggeleng dengan gaya sok dewasa, "Lea engga mau jauh-jauh dari Om Olan. Mama aja yang duduk di belakang, biar Lea di depan sama Om." Jawaban itu membuat Orlando terkekeh sambil membelai kepala Azalea, sedangkan Anika mendengkus diam-diam. "Posessive banget. Lea sayang banget ya sama Om?" goda Orlando yang malah diangguki semangat oleh gadis kecil itu. "Iya dong! Makanya Om jangan deket-deket sama Mama, nanti Lea cemburu," ujarnya dengan wajah merajuk. Tawa Orlando semakin pecah. Lain dengan Anika yang memandang anaknya dengan mata membulat. "Tau darimana sih soal cemburu-cemburu?" tanya Anika, tidak menyangka anaknya akan berkata demian. Azalea tampak menaruh tangan di dagunya, gestur khas saat seseorang tengah berpikir. "Kemarin, Cla bilang gitu ke Nuel. Katanya Cla cemburu kalau Nuel deket-deket sama Lea." jawabnya polos. Anika menepuk dahinta cukup kerasa dan memandang Orlando yang sedang tertawa terbahak dengan wajah sendu. "Anak gue salah pergaulan, Lan," adunya. Orlando menggeleng dengan masih disertai tawa, "Anak lo nurun genitnya dari lo," Ceteluknya santai. Anika sontak melepar kotak tisu di dashboard ke arah Orlando. "Gue lagi nyetir, Ani. Bahaya!" tegur Orlan dengan wajah ngeri. Tapi ucapannya justru membuat Anika semakin murka. "Jangan panggil gue Ani!" sangahnya kesal. Sedangkan Orlan dan Azalea justru menertawai wajah kesal Anika. ** "Siapin kamera, Lan. Sebentar lagi Lea tampil," pinta Anika pada Orlando yang duduk di sebelahnya. Orlando langsung mengeluarkan kamera yang sengaja ia bawa dari rumah. Saat ini mereka sedang duduk di aula sekolah Azaela, menyaksikan pementasan yang di adakan dalam rangka hari Kartini. Tadi saat baru sampai, Anika langsung mengantar Azalea ke salah satu kelas yang digunakan sebagai tempat berkumpul siswa yang akan tampil. Disana ia mengganti baju yang dipakai Azalea dengan kebaya modern yang ia bawa dan merias gadis itu dengan riasan sederhana. Sedangkan Orlando diminta mengamankan dua kursi di depan panggung untuknya dan Orlan duduk nanti. Dan disinilah mereka sekarang. Tengah menunggu giliran Azalea tampil dengan kamera yang sudah dalam kondisi menyala. "Saya baru lihat Papanya Azalea sekarang, loh." Suara itu datang dari sebelah kursi tempat Anika duduk. Seorang wanita muda yang Anika tahu adalah ibu dari Clara yang sempat menjadi obrolannya dengan Lea itu tengah tersenyum manis menatap Anika dan Orlando bergantian. Ah. Anika langsung mengerti kalau wanita itu mengira Orlando adalah ayah dari Azalea. Anika hendak menjawab saat Orlando tiba-tiba bersuara. "Iya, Bu. Saya kan kerja, ini nyempetin datang karena hari ini Lea tampil," jawabnya santai. Sedangkan Anika menatapnya dengan pupil yang membulat dan pandangan peringatan. "Wah, hebat banget masih bisa nyempetin dateng di hari kerja. Suami saya tadi saya ajak malah bilangnya malu," balas wanita itu. Orlando tersenyum ramah, "Saya cuma engga mau kehilangan momen saat Lea tampil di panggung." Anika memandangi Orlando dengan intensi. Lelaki itu tidak kikuk atau canggung sama sekali membalas setiap pertanyaan yang diajukan wanita di di sampingnya seakan-akan memang dia adalah ayah Azalea. Anika terdiam. Dia berandai, akan seperti inikah jika dia masih bersama dengan Faris. Akankah laki-laki itu juga mau meluangkan waktu untuk datang ke pentas putrinya seperti yang Orlando lakukan? "Itu Lea, Ka!" seruan Orlando itu membuat Anika reflek menoleh ke arah panggung. Disana anak semata wayangnya tengah bernyanyi bersama dua orang temannya yang lain membawakan lagu Ibu kita Kartini. Anika tersenyum, lalu dia kembalu menoleh ke arah Orlando yang tampak tersenyum dengan mata berbinar dan tangannya mengarahkan kamera yang ia pegang ke arah panggung. Orlando adalah sosok lelaki yang cuek dan cenderung akan melakukan apapun yang ia mau tanpa perduli ucapan orang lain. Wajahnya tampan, kulitnya agak kecoklatan dengan rambut gondrong yang panjangnya lebih dari sebahu. Pantas jika dari dulu banyak wanita yang mendekatinya walaupun Orlando sendiri hanya menanggapinya sambil lalu. Tapi kenapa Anika tidak pernah jatuh cinta pada sahabatnya itu? Padahal Orlando tidak pernah bersikap cuek atau acuh padanya. Lelaki itu akan selalu menuruti permintaan Anika selagi pria itu bisa. Dan Orlando adalah orang yang hampir membunuh Faris saat memergoki lelaki itu bermain serong dengan wanita lain. Lantas kenapa dia tidak jatuh cinta pada Orlando saja? ** "Engga mau!" Azalea melipat tangannya di depan d**a dan memalingkan muka. Anika mendesah berat melihat kelauan putrinya itu yang sedang merajuk karena Anika tidak menginjinkan anaknya untuk makan di restoran fastfood. "Lea kan juga suka opor, kita ke Millano aja ya," Anika menyebut nama sebuah restoran keluarga yang menghidangkan menu makanan nusantara. Lagi, Azalea menggeleng dengan mata yang sudah berkaca-kaca yang membuat Anika mengurut keningnya pelan. "Turutin aja. Kasihan kalau sampe Lea engga makan." Lelaki yang duduk di balik kemudi yang sedari tadi hanya menyaksikan dirinya dan putrinya berdebat itu akhinya buka suara. "Tapi, Lan, dia udah sering makan makanan yang begitu. Engga sehat," jawab Anika, terdengar frutasi. Orlando menoleh sejenak, "Daripada dia engga mau makan." Anika menghela nafas berat dan dengan berat hati langsung meminta Orlando untuk membawa mereka ke salah satu resto makanan cepat saji sesuai kemauan Azalea. Gadis itu berseru senang dan langsung mencium pipi mamanya. "Makasih ya, Ma. Mama baik banget," ujarnya dengan wajah berbinar. Orlando hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah dan mood anak dari sahabatnya itu yang mudah berubah. Ia lalu membelokan mobilnya dan memarkirkan di depan resto makanan cepat saji seperti permintaan Anika. "Mau makan apa?" tanya Anika pada Orlando saat mereka sudah duduk manis di meja yang memiliki empat kursi. Orlando menggeleng, "Pesenin cola aja." Anika mengangguk dan berjalan ke counter untuk memesankan makanan untuk anaknya. Anika yang sedang berdiri menunggu pesanan, memicingkan mata saat ia melihat Orlando sedang mengobrol dengan seorang wanita berpakaian sexy yang berdiri di samping meja mereka. Ia menutup mulutnya dramatis dengan mata membulat saat menyadari siapa wanita yang kini dengan santai menyentuh lengan Orlando yang tidak di tepis sama sekali oleh lelaki itu. Bahkan wanita itu juga menyapa Azalea dengan gaya sok akrab. Anika menggeleng-gelengkan kepalanya, ia lalu melipat tangan di depan d**a dengan mata yang masih memperhatikan interaksi Orlando dan wanita itu. "Seneng banget yang ketemu mantan," gumamnya. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD