Bab 1

1217 Words
"Om Ken?" "Hm..." "Jalan yuk, malam minggu nih." Kenzio mengendikkan bahunya lalu melenggang pergi meninggalkan Zea yang masih diam terpaku di tempatnya. Tetapi bukan Zea namanya kalau menyerah begitu saja, ia ke kamarnya Kenzio dan mengganggu om-nya itu yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. "Om Ken...," rengek Zea dengan wajah memelas. "Hm," gumam Kenzio dengan ekspresi datar dan matanya masih fokus menatap layar laptop. Zea menghela napas kesal. "Om, mau Zea bunuh diri?" "Silakan!" "Ok besok pagi bakal muncul berita 'seorang gadis cantik kelas 12 bunuh diri karena om-nya yang dingin dan menyebalkan tidak mau menemaninya jalan di malam minggu' Om Ken mau?" Kenzio menghela napas kemudian ia matikan laptopnya. "Ya sebentar, bawel!" Kenzio menerima ajakan Zea bukan karena ancamannya tapi karena mulut bawel Zea tidak akan diam sebelum keinginannya terpenuhi. "Sip, Zea tunggu di luar, yang cakep ya." "Berisik!" "Dasar manusia kaku. Kasihan banget cewek yang bakal jadi istrinya om Ken nanti harus hadapi orang macam itu setiap hari." Zea keluar dari kamar Kenzio dan tanpa disadari seulas senyuman terukir di bibir Kenzio. Andai kamu tahu, Zea. *** Zea dan Kenzio sekarang sudah duduk di sebuah kafe yang sebagian besar pengunjungnya adalah sepasang kekasih, karena nuansa kafe ini terbilang cukup romantis ditemani lagu romantis. "Permisi, mau pesan apa?" tanya pelayan yang baru saja meghampiri mereka. "Lemon tea," jawab Kenzio. "Cogan," ucap Zea ngasal membuat pelayan itu mengernyit. Kenzio menghela napas. "Samain aja." Pelayan itu mengangguk kemudian melenggang pergi. Ia menyentil kening Zea dan membuatnya meringis. "Sakit tahu, Om!" "Om itu ganteng tapi kenapa jomblo?" Zea menepuk keningnya sendiri. "Oh iya Zea lupa, mana ada cewek yang mau sama makhluk dingin dan menyebalkan seperti Om Ken!" "Tapi kata Mama, Om dulu itu pas kecil bawel banget sampai bilang mau cium Zea dan nggak bisa jauh dari Zea, iya Om?" "Gak ingat." "Ih dasar menyebalkan! Biasanya nih Zea baca-baca di novel kalau diamnya seseorang karena ada sesuatu, misalkan karena pernah disakiti, pernah ditinggalkan atau hal-hal yang menimbulkan luka!" "Dasar otak drama!" Sebenarnya Zea sangat panasarannya dengan sikapnya Kenzio, padahal dulu menurut cerita, sifat Kenzio sangat bawel, tidak bisa diam, hiperaktif dan konyol tapi sekarang kenapa bisa berbanding terbalik? Apalagi kata Alana —Mamanya Zea— Kenzio sangat tidak bisa berjauhan dengannya. Tiba-tiba ada sepasang kekasih yang menghampiri mereka, Zea menatap kedua insan itu, mantan temannya dan mantan pacarnya. Seorang pengkhianat memang cocok dengan seorang penggoda. "Doi baru, Ze?" tanya seorang gadis yang bernama Kyara itu dengan senyuman sinis. Refleks Zea memegang tangan kanan Kenzio yang berada di atas meja. "Iya, kenalkan ini Ken, pacar gue!" balas Zea dengan senyum manis sementara Kenzio hanya memasang wajah datar, ia tahu keponakannya ini sedang berdrama. "Cepat juga lo, baru seminggu putus udah dapat yang baru aja," cibir Alvin, cowok yang menggenggam tangan Kyara. Zea semakin melebarkan senyumannya. "Daripada lo, belum putus aja udah pacaran sama cewek sebelah lo, oh iya satu lagi. Ken lebih tampan dari lo 'kan?" bahkan Zea tidak sanggup menyebut nama 'Kyara' karena rasa sakit hatinya masih besar. Seorang temannya dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas sudah merebut pacarnya, padahal mereka cukup dekat dan bisa dibilang sahabat tapi sekarang sudah retak karena adanya pengkhianatan. "Oke selamat, gue sama Alvin cari meja lain dulu." Setelah mereka pergi, buru-buru Zea melepaskan genggamannya. "Sorry Om, tadi mantan Zea!" "Masih cinta?" Zea mengendikkan bahunya. "Zea pacaran sama Alvin dari kelas 11 dan Zea nggak nyangka pas awal kelas 12 dia selingkuh sama teman Zea sendiri!" Kenzio menggenggam tangan Zea. "Move on!" Zea langsung melepaskan genggaman tangan Kenzio. "Jangan digenggam terus ntar Zea baper, bahaya kalau Zea baper sama om sendiri!" *** "Mau ke mana lagi?" tanya Kenzio saat ia hendak menyalakan mesin mobilnya. "Jangan pulang, Om! Zea masih mau menghabiskan waktu sama om. Ah iya, ke rooftop apartemen Om aja." "Dasar jones!" "Kayak Om nggak aja!" cibir Zea. Kenzio tidak menggubris, ia fokus menyetir seraya ditemani keheningan sang malam hingga mereka sampai ke tempat tujuan. "Om, masa ya. Zea pernah berpikir gini 'andai Om Ken itu bukan Om-ku pasti udah Zea pacarin'." "Emang aku mau?" "Om pasti nggak bisa menolak pesona Zea yang cantik dan sexy ini. Iya 'kan?" Kenzio masih memasang ekspresi datar, ia sama sekali tidak tersenyum mendengar ucapan receh mulut bawel Zea. "Om susah banget ya senyum? Zea jamin Om bakal makin tampan kalau senyum. Nggak bakal mati 'kan kalau cuma senyum doa—" Cup! Kenzio mengecup sekilas bibir Zea. "Jangan bawel." Zea terpaku sejenak dan sedetik setelahnya ia menghentakkan kaki. "Ah, Om jahat kenapa cium Zea?" Zea kesal dan segera meninggalkan tempat ini. Kenzio mengejarnya dan langsung meraih tangan Zea. "Maaf." Zea berbalik langsung menabrak d**a Kenzio dan Kenzio memeluknya. "Itu first kiss Zea buat suami Zea kelak tapi Om nakal," ucap Zea di sela isak tangisnya. Kenzio mengusap lembut kepala Zea. "Maaf." "Gak mau!" "Mau apa?" Zea melepaskan pelukannya dan mendongak menatap Kenzio. "Oke, Zea maafin, tapi besok temani Zea ke car free day!" "Hm." *** "Zea, udah siap? Zio udah dibawah tuh!" ujar Alana saat masuk kamar putrinya. Zea mengangguk kemudian langsung menuju lantai bawah. Di ruang tamu sudah ada Gavril —Papa Zea— dan Kenzio yang sedang ngobrol. Gavril sekeluarga memang pindah lagi ke Jakarta saat Zea SMP karena Satria -—Kakek Zea— sudah tua meminta Gavril untuk mengurus hotel di Jakarta sedangkan hotel di Bali sudah dijual. "Pulangnya jangan kesorean," pesan Gavril sebelum mereka berangkat. "Car free day-nya juga sampai siang kok." Itu bukan suara Kenzio atau Zea tapi suara Iqbal yang baru muncul sambil menenteng skateboard-nya. Zea menatap adiknya itu dari atas sampai bawah yang sudah rapi dengan sepatu sneakers-nya. "Lo mau kemana, Bal?" "Kemana lagi kalau bukan ikut kalian car free day," jawab Iqbal enteng. "Nggak-nggak, gue nggak mau lo ikut!" "Om Zio aja nggak keberatan!" "Tapi gue yang keberatan, Bal!" "Terus gue peduli?" "Iqbal, jangan bilang 'gue' sama kakaknya," tegur Alana yang baru gabung. Alana memang tidak mengajarkan anak-anaknya untuk berkata tidak sopan kepada yang lebih tua. Kalau bicara sama yang lebih tua tidak boleh pakai 'lo-gue'. "Apa salahnya kalau adiknya ikut Zea?" ujar Gavril yang semakin membuat Zea merengut kesal. "Di car free day itu ada tulisan 'di bawah 17 tahun dilarang main di car free day'." Iqbal memang baru kelas 9. "Ngarang! Udah ayo Om!" Iqbal langsung menarik tangan Kenzio dan mau tidak mau, Zea harus ke car free day bertiga dengan Iqbal. Setelah mereka sampai di car free day, Iqbal langsung menuju area permainan skateboard sementara Zea dan Kenzio berjalan menyusuri jalan sepanjang car free day ini. "Om duduk, yuk." ajak Zea setelah dirasa kakinya sudah lelah melangkah. Mereka kemudian duduk di rerumputan tapi sebelum itu Zea memotret Kenzio dengan ponselnya, kemudian mengunggah ke akun ** miliknya. zea_alesha ❤ @kenzio Zio yang sedang membuka aplikasi instagramnya lalu melihat notifikasi tag dari Zea. Ia menoleh menatap Zea yang sedang tersenyum ke arahnya. "Datar aja ganteng ya," ujar Kenzio percaya diri. Setelah itu ada komentar masuk. kyaraananta_ cakep amat, gue stalk ignya ternyata dikunci, suruh acc gue dong "Om jangan mau acc akun instagramnya Kyara." amanda_ Zio makin tampan aja tapi wajahnya gitu-gitu aja nggak berubah @kenzio azkil_fernandes doi lagi sariawan kevinnnn bukan sariawan tapi sakit gigi Kenzio berisik kalian! zea_alesha terngakak, biasa doi lagi pms Kenzio menatap tajam Zea karena membaca komentar Zea yang terakhir. "Duh, serem amat sih Om gue!" "Om gantian upload foto Zea," ujarnya lagi.  "Ogah." "Ish." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD