1

1832 Words
Raisa diam-diam masih memandang beberapa siswa yang saat ini sedang bermain basket di lapangan persis dibawahnya itu. Ya, karena kelas Raisa berada di lantai atas. Saat ini, Raisa duduk di bangku kelas 1 SMP yaitu di SMP N 4. Di SMP ini, Raisa sangat terkenal sekali karena kecantikan dan kepintarannya. Raisa pikir, semuanya bisa ia dapatkan dengan kecantikan, kekayaan, dan kepintarannya. Namun ternyata tidak. Ada sesuatu yang tidak bisa Raisa dapatkan dari itu, ialah Gilang. Gilang Caraka yang merupakan teman satu kelasnya. Cowok yang sedari dulu Raisa impikan dan inginkan untuk menjadi pacarnya, sejak Raisa melihatnya pertama kali di saat MOS. Raisa masih mengamati ketampanan dari Gilang. Ia sangat tampan apalagi jika sedang bermain basket begini. Level ketampanannya menjadi semakin bertambah tinggi. "Cieee yang ngeliatin gebetannya terus terusan. Awas lohh ntar bintitan" ujar Ayu yang baru saja keluar dari kelasnya dan mendekati Raisa. Raisa memang memiliki dua teman di kelasnya yaitu Ayu yang saat ini sedang bersama dengannya dan juga Lini yang berada di dalam kelas karena sedang mengerjakan PRnya. "Apa sih Yu, hushh husshh sana. Gua lagi ngeliatin ketampanannya My Gilang. Ya ampun ganteng banget sih Gilang bisa gitu ya. Jadi cepet-cepet pengen dikenalin sama calon mertua nih gua" ujar Raisa sembari menghayal. "Woiii Sa, sumpah khayalan lo ketinggian. Calon mertua gimana. Sampe sekarang aja lo masih stuck di drama ngejar-ngejar Gilang kok" ujar Ayu. "Lo kok jahattt banget sih Yuuu. Gua yakin kok ga lama lagi Gilang bakalan suka sama gua. Terus gua sama Gilang pacaran deh" ujar Raisa lagi. "Raisa, lo kenapa ga cari yang lain aja? Ini udah hampir setahun loh Sa, dan ga ada perkembangan apa pun. Lo cantik, lo pinter, dan lo juga kaya. Banyak yang mau sama lo itu Sa. Kenapa lo ga liat mereka semuanya Sa? Lagian ini juga cuman cinta monyet aja kan Sa. Lo ga akan bertahan lama juga kalo sama Gilang" ujar Ayu kepada Raisa. "Ga ada alasan buat ngejawab setiap pertanyaan kenapa gua masih tetap ngejar Gilang, ga ada Yu. Gua pun juga ga tau kenapa. Tapi yang pasti, sejak ada Gilang, keinginan gua buat bertahan dan hidup bertambah Yu. Bisa dibilang, untuk saat ini Gilang alasan kenapa seorang Raisa masih hidup untuk saat ini" ujar Raisa dengan senyumannya. Setiap ngeliat Gilang, rasanya gua nemuin apa itu cinta yang ga gua dapetin dari kedua orang tua gua Yu. Gilang yang pertama kali ngajarin gua seperti apa itu cinta. Batin Raisa sembari masih memperhatikan Gilang. "Kalo jawaban lo gitu, gua bakalan selalu dukung lo Sa. Dan gua juga bakalan do'ain lo supaya Gilang mau buka hatinya buat lo" ujar Ayu. "Uuu lo emang temen terbaik gua deh Yuuu, eh Lini masih ngerjain tugas apa gimana deh? Kenapa lama banget? Ga mau ke kantin apa itu anak?" tanya Raisa. "Gua ada di sini guys. Haloo halooo Lini ada di sini" ujar Lini dengan cempreng. "Astaga Lini suara lo volume nya di kurangin dikit napa woy" ujar Ayu sembari menutup telinganya karena tadi mendengar suara Lini itu. Sedangkan Lini hanya tersenyum cengegesan saja seperti tak ada salah. "Hehehe ya maaf deh ayo jadi ke kantin kan ya. Gua dah laper ini nih" ujar Lini pada mereka dan akhir nya mereka pun memutuskan untuk pergi ke kantin dan akan makan bersama. Mereka bertiga pun berjalan menuju ke kantin dan saat itu pas sekali dengan Gilang dan ketiga temannya yang juga akan pergi ke kantin. Kali ini, Raisa akan mencoba untuk mendekati Gilang lagi. Ia sangat suka ketika ia berdekatan dengan Gilang. Rasanya seluruh masalah dan pikirannya entah begitu saja karena ia bersama dengan Gilang. Walaupun mereka tidak benar-benar bersama dan hanya berdekatan. Gilang pun sudah duduk di tempat yang ia pilih itu bersama dengan ketiga temannya. Sementara itu Raisa yang melihat itu pun langsung mendekat ke meja Gilang dan dia mengajak Lini serta Ayu untuk duduk di dekatnya. Mereka pun akhirnya duduk. "Lo ngapain di sini Raisa woyy" ujar Danu kepada Raisa saat ia melihat Raisa duduk diantara Abyan dan juga Gilang. Namun Raisa lebih dekat dengan Gilang. "Biarin napa sih lo. Kenapa lo yang sewot sih. Suka-suka gua dong mau duduk dimana kan gua yang punya badan gua juga ga ganggu lo kan" ujar Raisa padanya itu. "Heh dengan lo disini tuh lo udah ganggu penglihatan gua tau ga. Selain itu lo juga ganggu yang lainnya lo ga liat noh mukanya Gilang udah sepet gitu ngeliat lo? Dia udah sebel banget tau ga ngeliat lo. Lo harusnya sadar dong lo itu siapa lo ga pantes.. " ujar Danu lagi namun kali ini ia dihentikan oleh Gilang. Raisa pun senang karena ia pikir Gilang akan memarahi Danu dan membelanya. Namun ia salah akan hal itu. "Minggir gua mau makan. Kalo liat lo gua ga bisa makan. Enek bawaannya" ujar Gilang. "Ishh jahat. Udah makan aja dong Gilang. Please kali ini aja ya" ujar Raisa memohon. Dan akhirnya karena tidak mau ambil pusing dan ia juga sangat lapar sekali, Gilang pun tak menghiraukan Raisa lagi. Ia sudah tidak perduli jika Raisa ingin tetap berada didekatnya. Bagi Gilang saat ini perutnya lebih berharga dan lebih urgent untuk diisi. Gilang pun sudah memakan makanannya. Sementara tak lama kemudian bakso kuah yang di pesan Raisa pun juga datang. Ia senang sekali makanan nya datang. Namun ia masih ingin menatap Gilang lebih lama lagi. Jarang sekali ia mendapat kesempatan ini. "Sa, gua sama Lini mau ke toilet dulu ya kebelet" ujar Ayu yang di angguki oleh Raisa. Saat ini Raisa pun cewek sendirian di meja itu. Dan Danu yang sedari tadi tidak suka dengan Raisa ter sebut pun mengerjai Raisa dengan memberi kan 5 sendok sambel ke mangkok bakso Raisa itu. Abyan, Reza, dan Gilang pun hanya diam saja. "Kenapa ga makan. Di makan lah keburu dingin" ujar Gilang agar Raisa cepat memakan bakso ber kuah pedas itu. Mendengar suara Gilang tentunya Raisa sangat senang sekali. "Ah iya Gilang. Ini aku mau makan kok" ujar Raisa dengan semangat. Ia pun langsung memberi bakso nya itu kecap dan mencampurnya dengan senang. Setelah itu, Raisa pun langsung memakan bakso ter sebut. Namun ada yang aneh. Kenapa bakso ini terasa sangat pedas sekali padahal Raisa tidak pernah menggunakan sambel karena ia tidak bisa makan yang pedas-pedas. Bahkan dulu ia hampir mati karena makan yang pedas. Raisa pun panik setengah mati karena kepedasan dan akhirnya ia pun ingin mengambil es tapi ia malah menyenggol mangkok baksonya tersebut sehingga kuah panas yang ada di mangkok tersebut mengenai telapak tangannya. "Awhhh" ujar Raisa sembari mengibaskan tangannya yang terasa panas itu. Awalnya tadi Gilang dan ketiga temannya tak ingin menolong Raisa. Namun ternyata keadaannya jadi seperti ini. Mereka tidak menyangka jika Raisa akan sefrustasi ini hanya karena memakan kuah bakso yang ada cabai nya itu. Mereka sangat heran sekali. Gua ga boleh disini. Gua harus kekelas ambil obatnya, gua belum mau mati. Batin Raisa ketakutan. Ia pun akhirnya dengan kekuatan yang tersisa mencoba untuk ke kelasnya. Hal itu pun membuat Gilang, Abyan, Danu, dan Reza merasa khawatir. Walaupun mereka tidak menyukai Raisa namun jika terjadi apa-apa kepadanya itu adalah salah mereka berempat. Tak lama kemudian Ayu dan Lini pun kembali ke meja mereka. Namun sudah tidak ada Raisa disana. Mereka pun bertanya kepada yang lainnya. "Kemana Raisa? Lo usir dia ya?" tanya Lini namun tidak ada yang menjawabnya. Kemudian Lini pun melihat jika di tempat duduk Raisa tadi ada kuah bakso yang tumpah dan ia melihat jika kuah bakso itu dipenuhi oleh sambal. Lini pun menatap ke arah mereka berempat karena ia yakin ini pasti ulah dari mereka semua. "Gua tanya Raisa kemana. Siapa tadi yang kasih sambel ini ke mangkok Raisa? Berapa sendok yang lo kasih ke mangkok Raisa. Jawab gua!" ujar Lini dengan marah. "Apa sih lagian juga cuman 5 sendok temen lo dah kepedesan gitu" ujar Danu. "Lo gila? Lo mau bunuh Raisa hah? Kalo mau ngerjain orang itu pakek otak lo g****k. Ga punya otak ya lo semua" ujar Ayu. Mereka berdua pun langsung pergi ke kelas karena mereka yakin bahwa saat ini Raisa ada di kelas mengambil obatnya itu. Sementara itu, Gilang pun karena merasa bersalah ia mengikuti Lini dan Ayu ke kelas Raisa. Saat ini Raisa sudah dengan muka merah dan air mata yang terus membanjiri itu sampai di kelasnya. Ia tak bisa lagi menahan beratnya karena lemas sekali akhirnya ia pun ambruk merosot di depan kelas. Membuat teman-temannya pun langsung mendekatinya. Raka yang notabene adalah ketua kelas dari kelas Raisa itu ia pun jongkok didepan Raisa dan mengecek keadaan Raisa. Ia sangat khawatir sekali. "Raisa, lo ga papa kan? Lo butuh apa? Bilang sama gua" ujar Raka dengan khawatir. "Tt--long a-mbbb-hil thas" ujar Raisa yang membuat Raka langsung meminta yang lainnya untuk mengambil tas Raisa. Sementara ia saat ini sedang memegangi Raisa. "Ini Sa, kamu butuh apa? Biar aku yang nyari Sa" ujar Raka kepada Raisa. "Oo-bhat" ujar Raisa untuk terakhir kalinya sebelum ia jatuh pingsan. Raka dan yang lainnya pun langsung khawatir dibuatnya. Tak lama kemudian Lini, Ayu, Gilang dan yang lainnya pun datang menghampiri mereka. Ayu dan Lini terkejut ketika Raisa pingsan. "Bawa ke UKS cepet" ujar Gilang dengan sama terkejutnya juga. Ia tak menyangka hanya karena sambel Raisa sampai pingsan seperti ini. Bahkan sepertinya parah. "Ga. Bilang ke guru suruh bawa Raisa ke rumah sakit cepet" ujar Ayu membuat yang lainnya terkejut namun akhirnya ada juga yang pergi ke ruang guru. "Lo pada liat aja ya. Sampe Raisa kenapa-kenapa gua bakalan bunuh kalian. Bercanda ada batasnya boy. Jangan sampe bercanda lo itu bisa ngilangin nyawa seseorang. Paham lo?" ujar Lini kepada Gilang dan ketiga temannya yang saat ini masih diam dan menyesali segalanya. Tak lama kemudian guru pun mulai berdatangan dan membawa Raisa ke rumah sakit terdekat. Ayu dan Lini pun juga ikut menemani Raisa tersebut. Gilang masih diam saja sementara Raka yang tadi diberi tahu oleh temannya bahwa ini semua ulah Gilang dan teman-temannya itu pun langsung mendekati Gilang dan memukulnya. Ia marah sekali pada Gilang dan teman-temannya itu. "Lo maksudnya apa mukul gua hah" ujar Gilang sembari menyeka bibirnya yang berdarah itu, tadi Gilang tidak sempat menangkis pukulan Raka karena belum siap. "Lo pantes buat dipukul. Gua peringatin ya sama lo. Lo semua boleh ga suka sama Raisa tapi please lah kalo ga suka cukup diem aja jangan malah kayak gituin Raisa. Lo pada tau ga, yang lo pada lakuin itu bisa buat Raisa meninggal. Atau emang itu yang kalian mau. Iya?" ujar Raka membuat Gilang, Danu, Abyan dan Reza terkejut. "Lo ga usah ngada-ngada deh. Mana mungkin Raisa bisa meninggal cuman karena hal sepele kayak gitu" ujar Danu kepada Raka yang membuat Raka pun menjawabnya. "Raisa punya pantangan ga boleh makan pedes. Dulu dia hampir mati gara-gara makan makanan pedes. Dan selamat hari ini lo berhasil melakukan percobaan pembunuhan" ujar Raka sembari tersenyum sinis kepada mereka berempat. "Ah ya. Kalo sampe terjadi sesuatu sama Raisa, siap-siap aja lo semua berhadapan sama gua dan" ujar Raka menambahkan. Setelah itu semuanya pun membubarkan diri karena bel masuk sudah berbunyi. Sementara itu Danu yang merupakan pelaku utama pun merasa sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD