Chapter 1

1083 Words
Dor!! Dor!! Leona menutup mulutnya menahan tangis saat peluru tembakan itu menembus d**a sang ayah. Tembakan itu terus menghujani tubuh sang ayah bahkan saat beliau sudah benar benar tidak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir deras dari tubuh pria paruh baya itu. "Ayah hiks ayah," gadis itu hanya bisa menangis dalam diam menyaksikan sang ayah meninggal didepan matanya karena tembakan yang dilayangkan oleh musuh besar ayahnya itu. "Lepas!! Lepaskan aku!! Lepaskan aku!!" suara teriakan sang ibu mengalihkan pandangan leona saat sang ibu di tarik paksa oleh orang-orang suruhan pembunuh ayahnya tadi. "Ibu hiks ibu," lagi dan lagi gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa keluar dari tempat persembunyiannya untuk menolong ibunya. Sebelumnya ayahnya menyuruh nya untuk bersembunyi dan jangan keluar dari tempat persembunyiannya apapun yang terjadi. Hari ini adalah hari dimana leona menjadi saksi terbunuhnya ayahnya dan hilangnya ibu nya yang dibawa pergi entah kemana. ------------- 1 bulan kemudian... Leona duduk ditepi ranjangnya , menatap bingkai foto dirinya bersama kedua orang tua nya. Kejadian 1 bulan yang lalu benar benar belum bisa ia lupakan. Bahkan dia harus menderita trauma karena melihat kejadian keji yang dilakukan musuh orang tua nya pada ayah dan ibu nya itu. Sampai detik ini pun leona belum bisa menemukan keberadaan ibunya. Dia sudah mencari kemanapun tapi tidak menemukan sosok ibunya. Gadis itu hanya bisa berharap semoga ibunya masih hidup dan baik baik saja , hanya ibunya satu-satunya yang dia punya di dunia ini setelah pembunuh ayahnya itu berhasil membunuh ayah dan keluarga dari ayah serta ibunya. "Leona janji hiks leona akan mencari ibu, yah hiks. Leona juga berjanji akan membalas kamatian ayah pada pembunuh itu hiks,". Tok tok !! Tok tok !! "Leona! Leona cepat buka pintunya!. Leona!" Leona menghapus air matanya saat mendengar suara ketukan pintu rumah nya. dia meletakkan bingkai foto tadi di nakas samping tempat tidurnya sebelum membuka pintu. Ceklek. "Leona!" "Bibi min?" Bibi min , selaku tetangga dekatnya itu langsung masuk kedalam rumahnya dan langsung mengunci pintu. "Bibi ada apa? Apa yang terjadi?" tanya leona bingung. "Leona, ini gawat! Mereka , orang-orang yang membunuh ayahmu waktu itu. Mereka akan datang kesini," "Apa?! Bagaimana bibi bisa tahu?" "Tadi bibi melihat mereka di ujung jalan. Leona ayo cepat kamu harus pergi dari sini. Kamu harus pergi sebelum mereka menemukan mu," "Ayo leona cepat! Kenapa hanya diam? Jangan sampai mereka tahu kamu adalah anak dari tuan Fernandes. Mereka bisa membunuhmu nan---, Dok dok !! "Buka pintunya!" suara teriakan dari luar rumah membuat leona dan juga bibi min langsung panik sekaligus takut. "Leona kamu harus pergi sekarang. Ayo cepat!" bibi min berusaha mendorong tubuh leona untuk keluar melakui jendela belakang rumah. "Tapi bi, bagaimana dengan bibi?" "Kamu tidak perlu khawatir. Bibi akan menghadapi mereka. Ayo kamu harus pergi dari sini sekarang," "Cepat buka pintunya!! Atau aku akan dobrak pintunya!!" "Ayo leona cepat. Pergilah ke desa tempat tinggal bibi. Kamu masih ingat tempatnya kan?" Leona mengangguk sebagai jawabannya. "iya bi. Bibi tolong hati-hati. Jangan sampai bibi kenapa napa," ucapnya kemudian berjalan cepat menuju kamar nya untuk mengambil beberapa barang berharga, sedangkan bibi min berusaha menutup akses pintu agar tidak mudah di dobrak. Brak. "Akh," rintih bibi min saat orang orang tadi berhasil mendobrak pintu rumah itu , membuat tubuhnya terpental kebelakang beberapa langkah. "Dimana anak pengkhianat itu?" tanya seorang pria tampan memakai setelan jas hitam yang bisa diyakini adalah ketua mafia sekaligus pembunuh ayah leona. "Siapa? Tidak ada siapa siapa disini. Rumah ini sudah saya beli dari pemilik sebelumnya," sahut bibi min mencoba menghalangi mereka yang ingin masuk kedalam. "Cari dia," "Baik boss," "Tidak! Kalian tidak bisa masuk kedalam! Disini tidak ada siapa siapa , hanya saya yang tinggal di----akh!" Tubuh bibi min kembali terpental saat ketua mafia itu menamparnya begitu keras hingga membuat sudut bibir nya mengeluarkan darah. "Jangan pernah berani menyembunyikannya jika kamu tidak ingin nyawamu melayang! Cepat cari anak itu!" "Jangan! Saya mohon jangan! Jangan sakiti dia, dia tidak bersalah," Bruk!. Seolah tidak mempunyai perasaan , ketua mafia itu menendang tubuh bibi min yang berlutut didepannya. "Hiks silahkan kalian menyakiti saya atau perlu bunuh saya tapi saya mohon jangan sakiti leona. Dia tidak bersalah," tanpa memperdulikan rasa sakit atau ancaman yang bisa membahayakan dirinya , bibi min terus mencoba menghalangi mereka yang akan mencari keberadaan leona. "Diam atau peluru ini akan menembus kepalamu," ancam ketua mafia itu dengan menodongkan pistol nya tepat di kepala bibi min. "Silahkan bunuh saya jika itu bisa membuat anda ber--, Dor!! Saat itu juga peluru itu berhasil menembus kepala bibi min hingga membuatnya meninggal detik itu juga. "Bibi!!" teriak leona berlari keluar dari tempat persembunyiannya menghampiri bibi min yang sudah terkapar tidak berdaya. "Hiks bibi hiks bibi," "Jadi kamu anak dari pria tua pengkhianat itu? Bawa dia!" "Lepas! Lepaskan aku, lepas!! Hiks bibi," teriak leona memberontak saat dirinya ditarik paksa oleh orang orang suruhan mafia itu meninggalkan jasad bibi min yang dibiarkan tergeletak di lantai begitu saja. --------- Bruk!. "Akh," leona meringis saat tubuhnya di dorong kelantai dengan begitu keras. "Kalian bisa keluar," "Baik boss," Pria yang menjabat sebagai ketua mafia itu duduk berjongkok didepan tubuh Leona. "Jadi kamu anak dari pria tua penghianat itu?" "Hiks apa mau mu?! Kenapa kamu melakukan semua ini pada keluargaku?!! Belum cukup kamu membunuh ayah dan seluruh keluarga ku sekarang kamu membunuh bibi min yang bahkan tidak tahu apa-apa? Apa sebenarnya maumu?!" Pria itu tersenyum smirk, "kamu tanya apa mauku?. Mauku adalah menghabisi seluruh keluarga ayahmu sampai tak tersisa," "Hiks dasar pria kejam!! Tidak punya perasaan!! Apa salah ayahku hiks," "Ayahmu sudah membuat suatu kesalahan besar dan itu tidak bisa dimaafkan bahkan jika diganti dengan nyawa sekalipun pun," "Dasar psikopat keji!! Kamu sudah membunuh ayah serta seluruh keluargaku bahkan juga bibi min. Jadi hanya ada aku yang tersisa, kenapa kamu tidak membunuhku tadi bersama bibi min? Kenapa kamu membawaku ketempat neraka ini hiks," "Sstt tenang sayang, kamu akan mendapat giliran untuk aku bunuh, tapi setelah aku pikir-pikir sepertinya jika langsung membunuhmu itu tidak seru. Bagaimana jika menyiksamu terlebih dulu sampai kamu mati dengan sendirinya? aku bosan membunuh dengan cara menembak," "Dasar gila!! Pria b******k! Kejam! Tidak punya hati!" "Akh," leona kembali meringis saat pria itu mencengkram kuat dagunya. Rasanya benar benar sakit bahkan tulang pipi nya rasanya ingin patah. "Jangan berani mengumpatiku atau kamu akan menyesal," ancamnya dengan tatapan yang sangat tajam. Cuih. "Sial! Kamu berani meludahiku?!!" murkanya saat leona dengan kurang ajar nya meludahi wajah pria itu. "Kamu pantas mendapatkan itu," "Sial," Plak. Tamparan keras mendapat sempurna di pipi mulus leona, meninggalkan bekas kemerahan serta sedikit sobekan di sudut bibirnya. "Aku benar benar akan menghabisimu wanita sialan,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD