BAB 1.

1508 Words
"ADRIAN REFANO" Teriakan itu, suara itu... Sudah menggema semenjak 15 menit yang lalu, tapi pria yang menjadi sumber dari teriakan tersebut.? Seakan tuli dan kehilangan pendengaran. Sosok itu masih saja di tempatnya, terbaring seperti seorang mayat. "Ya tuhan Adrian"desah Hera frustasi. Wanita itu masuk ke kamar dan mendapati suaminya masih terbaring di sana. Bagaimana bisa sosok itu masih saja meringkuk dengan mata terpejam . "Baiklah.. Tidur saja terus"ucap Hera frustasi seraya melihat kesal ke arah sang suami. Lalu berlalu dari sana. *** Adrian terlihat menguap lebar, merasa puas dengan tidurnya hari ini. Tubuhnya bangun menjadi terduduk, mata sipitnya memincing pada jendela luar. Sinar matahari begitu silau, tanda bahwa matahari sudah berada di atas puncak tertingginya. "Sudah siang"gumamnya dengan separuh mata terpejam. "Sudah siang?????!!!!"ulangnya dengan mata terbuka lebar. "Aishh... Hera"rutuknya kesal. Adrian berlari menuju toilet di kamarnya dengan secepat kilat untuk membersihkan diri. Bahkan Adrian hampir saja terjatuh beberapa kali akibat terlalu terburu-buru. Setelah selesai mandi, Adrian berhambur turun kelantai 1, dengan kemeja tanpa dasi dan rambut yang tersisir asal. "Daddy"panggil Allea dari arah ruang tamu, saat melihat Adrian menuruni tangga. Adrian menoleh dan tersenyum pada putri kecilnya itu, dan berjalan menghampirinya. "Putri daddy sudah bangun,.. Wow Luar biasa, selalu bisa bangun pagi.. bagus"puji Adrian seraya mengusap lembut kepala Allea. Allea mendongak menatap Adrian dengan tampang bingung. "Daddy... Mau kemana?”tanya Allea ketika melihat Adrian turun ke lantai bawah. "Ke Kantor, mommy? Dimana mam ?"tanya Adrian setelah mengedarkan pandangannya dan tak melihat keberadaan istrinya di rumah. "Eoh"gadis itu terheran. Matanya beralih memandang jam bulat putih di dinding yang berada di ruang tamu. "Benarkah?"ulang Allea merasa tidak yakin. “sekarang jam berapa daddy?”pertanyaan Allea membuat Adrian mengikuti arah pandang Allea. Menuju jam dinding di ruang tamu. 15.32 pm. Dan seketika kedua mata Adrian membesar terkejut. Adrian melongo, menatap jam yang sudah menunjukan pukul 15.32, dia kira ini pagi hari dan ia sudah begitu terlambat untuk pergi bekerja tapi ternyata sudah sore saja. Kekesalan terbit dalam diri Adrian. Teganya Hera melakukan hal ini padanya. Tidak membangunkannya untuk pergi bekerja. "Tidurmu nyenyak ?"tanya Hera dari arah pintu rumahnya, wanita itu baru datang dari Supermarket dengan tas belanja yang dibawanya di sebelah tangannya. "Kau... Kenapa tidak membangunkanku, Hera hari ini aku ada pertemuan penting, aishhh.. Sungguh"decak Adrian frustasi. Kedua tangannya bertolak pinggang menatap Hera dengan wajah kesal. Hera menatap Adrian malas. "Apa teriakan ku tadi kurang keras -eoh" "Aku sudah membangunkanmu hingga 7 kali, tapi kau tidak juga bangun"ucap Hera emosi. Memang benar, Hera sudah membangunkannya bekali-kali dan Adrian tidak juga bangun. Hampir saja Hera melakukan tindak kekerasan dengan cara membanting kasur, tapi ia urungkan niat itu. "Benarkah?!! Aku tidak merasa kau membangunkanku tadi"ucap Adrian kesal. "Ooohh... Haha, apa katamu? Hei tadi itu tidur atau pingsan-huh!, aku berteriak dengan kencang kau tidak mendengarnya, apa  bercanda"ucap Hera sarkatis, kedua matanya melebar menatap Adrian dengan tampang protes. Seolah mengatakan yang benar saja. Apa kau sudah tuli. Aku sudah membangunkanmu tadi. "Hah!  Tidurmu menyeramkan , lain kali baca doa, biar tidak tidur seperti itu. Kalau ada gempa, makhluk Amerika yang mati sepertinya kau.. Tidur seperti orang pingsan.. " Hera berjalan melewati pria itu menuju dapur, sementara Adrian menatap istrinya tidak percaya. "ya ampun~ kasar sekali kau bicara nyonya Refano, kau sadar apa yang kau katakan"ucap Adrian dengan kedua mata lebar menatap Hera sewot. "Kau kira kata-katamu juga tidak kasar"timpal Hera merasa tak kalah kesal pada Adrian. "tidak”Ucap Adrian yang membuat Hera menghela nafasnya kasar. "Ahh.. Kau tidak mau mengakuinya"timpal Adrian. "DIIIIIAAAAAMMMMMMM" Hera dan Adrian terdiam, teriakan Allea membuat mereka berdua tersentak kaget dan terdiam seketika. "Mommy, Daddy belisik, Allea pusing nih.. Allea gk bisa dengel Pololo sama Klong ngomong apa" "Belantem mulu, kaya anak kecil" "Sudah baikan, mommy bilang jangan belantem, kalau belantem halus baikan" "Cepet baikan" Mata Hera mengerjap beberapa kali, tidak menyangka kalau putri kecilnya akan berani mengatakan hal semacam ini. "i... iya"ucap Hera tergagap. Hera melirik Adrian, pria itu sama melirik ke arahnya. Bertanya-tanya siapa yang akan memulai ini duluan. Adrian menghela nafasnya sebelum memutuskan berjalan menghampiri Hera untuk menjadi pihak pertama yang meminta maaf, seperti apa yang Allea katakan. Adrian berjalan ke arah Hera. "Maafkan aku mommy"ucap Adrian dengan penekanan pada kata mommy. Seraya menjabat tangan Hera. "iya daddy, mommy juga minta maaf"balas Hera dengan penekanan pada kata daddy. "Dia pasti mencotoh mu"ucap Adrian berbisik. "Apa! Aku saja terkejut dia mengatakan itu"balas Hera juga dengan berbisik. Tidak mau Allea mendengarnya. "Nah... Bagus. Sekalang jangan belisik"ucap gadis kecil itu dari arah sofa, tangannya meraih remote TV dan mulai menaikan volume suara. *** "PAMAN"teriak Allea saat melihat Evan yang baru saja datang dari arah pintu rumah. "Wah... Allea sedang belajar?!" Gadis kecil yang sedang duduk di meja kecil miliknya di sudut ruang tamu lantas menganggukkan kepalanya dengan senyum di bibirnya dan raut wajahnya yang terlihat sangat ceria. Evan beralih mengambil tempat duduk di samping Allea. Gadis kecil itu terlihat asik mewarnai gambar pororo. Evan terkekeh, melihat gambar dengan warna tak sesuai yang di warnai oleh Allea. "Kau sudah datang?"tanya Adrian saat menuruni tangga dan melihat Evan diruang tamu bersama Allea. "Eoh , baru saja.. Aku membawa dokumennya"Evan menunjukan map biru yang ia bawa di sebelah tangannya lalu menaruhnya di meja ruang tamu Adrian sebelum kembali memperhatikan Allea. Adrian mengangguk lalu berjalan menuju dapur, di sana ada Hera yang terlihat sibuk menyiapkan makan malam. Adrian mengambil botol air minum, menenggaknya seraya memperhatikan wanita itu. Adrian berjalan ke arah belakang Hera, menaruh dagunya dibahu sang istri. "Masih lama, aku sudah lapar"ucap Adrian seraya menatap sendu ke arah masakan sang istri. "Sebentar lagi,.. Menjauhlah dariku ada Allea"gerutu Hera merasa risih dengan sikap Adrian yang terus menempel padanya bagai benalu. "Dia tidak melihat" "lalu...? Cepat menjauh! Jangan ganggu aku"Adrian terkekeh, bukannya pergi pria itu malah sengaja mengendus leher Hera dan mengecupnya singkat. "Hentikan!"perintah Hera yang malah membuat Adrian terkekeh. "Hei kalian pikir hanya kalian berdua di sini"ucap Evan sarkatis seraya melirik tajam pasangan itu. Adrian terkekeh, tubuhnya berputar menjadi menghadap Evan, Adrian melihat Evan seraya menenggak air putih di gelas kaca di tangan kanannya. "Iri, eoh... Cepatlah menikah"ucap Adrian dengan smirk di sudut bibirnya. "Aishh benarkah,  di sini ada Allea"ucap Evan, gadis kecil itu terlihat bingung, menatap Evan dengan terheran. "Allea, kau bisa lihat daddy dari sana"teriak Adrian dari arah dapur. "Tidak"ucap gadis kecil itu singkat, pandangannya memang terhalang oleh sofa ruang tamu. Lalu ia kembali menatap layar tv, kembali menonton kartun kesukaannya. "Bagus"balas Adrian dengan suara kecil, Evan hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. "Yang benar saja"gerutu Evan seraya memutar kedua bola matanya malas. "Paman, menikah itu apa?"tanya Allea seraya menatap Evan di sampingnya dengan wajah bingung. Evan sedikit tersentak atas pertanyaan Allea. Ini pasti karena ucapan Adrian. "Menikah... Menikah itu, itu... "Evan tergagap merasa bingung dengan jawaban apa yang harus di berikannya pada Allea. "Menikah itu... "Ucap Hera seraya melangkah ke arah Allea dan Evan. "Akhh.. "Ringis Adrian saat kakinya diinjak Hera, wanita itu berjalan melewatinya dengan kaki yang sengaja menginjak kaki Adrian dengan sedikit kencang. "Menikah itu seperti mommy dan daddy, bukan keluarga tapi hidup dalam satu rumah yang sama karena menikah" "Lalu Allea, menikah sama siapa?"tanya gadis kecil itu polos. Mata Hera mengerjap beberapa kali, ditanya tentang pertanyaan semacam ini dari mulut seorang gadis kecil berusia 3 tahun membuatnya tergagap. "Sama Evan paman, apa Allea mau menikah dengan Evan paman?" Hera dan Adrian menatap ke arah Evan cepat. "Apa?"ucap Hera bingung. "Tidak mau!"tolak Adrian cepat. "Apa kau kekurangan stock wanita, kenapa harus putriku yang menjadi korban? Allea jangan mau dengan paman jelek ini. cari saja yang lain" "Aishhh.. "protes Hera. "Allea, gadis mommy ini masih kecil, menikah itu dilakukan saat Allea sudah besar, kau mengerti... Jangan pikirkan itu, sekarang belajar dan main saja.. okey"jelas Hera. "Cepatlah pacaran Evan,.. Aku rasa Elena tidak buruk"goda Adrian seraya memainkan alisnya menggoda Evan, pasalnya Adrian kerap kali menemukan Evan sedang menatap kea rah Elena, dan tersenyum ketika wanita itu tersenyum. Pria itu bergabung dengan mengambil duduk di atas sofa kecil seraya meraih map di atas meja. "Hei "protes Evan. "Mommy.. Pacalan itu apa?"tanya Allea seraya beralih menatap Hera. Hera tertunduk dengan mata terpejam, merasa geram dengan Adrian. Lalu matanya beralih menatap Adrian kesal. "Adrian, jaga ucapanmu ada anak berusia 3 tahun di sini"ucap Hera frustasi seraya melempar pria itu dengan bantal sofa. "Daddy dan mommy belantem lagi ya?!!"tuduh Allea seraya menatap kedua orang tuanya secara bergantian dengan wajah memberenggut. "tidak.. "Ucap Hera cepat. "Tidak, daddy dan mommy tidak berantem"ucap Adrian, Evan terkekeh melihat pemandangan semacam ini. Sudah biasa baginya menyaksikan Adrian dan Hera melakukan adu mulut dan perdebatan kecil yang sia-sia dan tidak berguna. Namun jujur saja Adrian sangat senang menyaksikan hal tersebut. "Allea luar biasa"puji Evan. “Allea bisa kan paman"ucap Allea dengan cengiran diwajahnya . "Apa maksudnya itu bisa? Allea bisa apa humm?"tanya Hera penasaran. "Ah... Aku rasa aku mau ke toilet "pamit Evan yang tiba-tiba beranjak berdiri dan pergi dari sana. "Evan paman bilang, kalau mommy dan daddy belantem, teliak saja lalu suluh baikan, begitu" "Apa? Evan paman bilang begitu?!!"tanya Hera lagi, gadis kecil itu mengangguk seraya menunjuk ke arah Evan yang tengah berjalan ke arah toilet dapur. "Hah! EVANNN"teriak Adrian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD