EPISDOE || BOM YANG MELEDAK

1727 Words
PERINGATAN : DILARANG KERAS UNTUK MEMBAGIKAN ISI CERITA WALAU HANYA 1 EPISODE ATAU BAHKAN DUA PARAGRAF!! MEMBAGIKAN ISI CERITA KE TEMAN, SOSIAL MEDIA, KELUARGA ATAU KE SIAPAPUN SAMA SAJA MEMBAJAK CERITA INI YANG MANA AKAN DIKENAKAN PASAL PEMBAJAKAN! LEBIH BAIK, AJAK TEMAN, SAUDARA, KELUARGA ATAU YANG LAINNYA MEMBACA CERITA INI DI APLIKASI INI. Yang diperbolehkan adalah membagikan judul atau link cerita ini. Selain itu, sangat dilarang keras!! SEKALI LAGI, PEMBAJAKAN ADALAH PELANGGARAN HUKUM YANG AKAN DIKENAKAN SANGSI APABILA DILANGGAR. _______________________________________ Beberapa jam lalu, aku baru saja tiba dari Jepang. Selama satu minggu aku berada di negeri sakura menghadiri acara pernikahan sepupuku. Setelah sampai di apartemen, aku membersihkan unitku sebentar karena terasa berdebu. Lalu setelah itu aku mandi. Semua badanku masih terasa letih, dan persendian terasa pegal. Bahkan setelah bersih-bersih apartemen aku tak sempat mengistirahatkan diriku. Aku sudah siap-siap untuk bertemu Benjy hari ini. Aku sudah berniat memberi kejutan kecil untuknya. Benjy adalah kekasihku. Hampir tiga tahun lamanya kami menjalin hubungan. Banyak kisah yang sudah kulewati bersamanya. Mungkin aku juga bisa dibilang sebagai salah satu orang yang menemaninya membangun perusahaan yang kini menjadi salah satu perusahaan terbesar. Aku sudah rapi dengan pakaian, sudah wangi dan sudah bersih. Aku tak bilang padanya aku sudah pulang. Dan akan kukejutkan dia dengan itu. Juga barang yang kubeli dari Jepang. Benjy bilang, dia menginginkan barang itu sudah lama dan belum sempat membelinya. Satu minggu tanpa bertatap muka dengannya membuatku merasa hampa. Katakan aku terlalu berlebihan. Tapi setiap makan, tidur ataupun kemanapun aku pergi apalagi di tempat keramaian. Aku terus mengingat Benjy, memikirkannya setiap saat. Apalagi Benjy sulit sekali dihubungi karena dia sibuk dengan pekerjaan. Kami hanya sesekali bertemu lewat virtual. Untungnya Benjy tak mengkhawatirkanku ketika ditinggal. Walau sempat was-was Benjy akan bermain dengan wanita lain. Tapi aku mempercayainya. Dia tak akan bermain di belakangku. Benjy bilang, dia terlalu sibuk mengurus pekerjaan dan tak memberi kesempatan dirinya untuk melirik perempuan lain. Dan menurutku, Benjy memang bisa dipercaya. Ruang apartemenku sudah rapi. Aku juga sudah selesai mandi dan rapi dengan pakaian. Tak lama, aku menuruni tangga, membawa satu paper bag berisi barang yang yang akan kuberikan pada Benjy. Jangan ditanya seberapa sayang aku kepada laki-laki 27 tahun itu. Bahkan hampir setiap detik benak-ku dipenuhi oleh laki-laki yang menjadi CEO di perusahaan Bens Company itu. Perusahaan yang bekerja di bidang sandang. Aku bersedia melakukan apapun untuknya. Dengan sedikit tergesa aku menuruni anak tangga. Bahkan aku tak lihat bahwa ada Daisy yang mencegatku. "Alice sejak kapan kau datang?!" Daisy menahan lenganku. Aku terpaksa berhenti dan melirik jam tangan. Benjy akan segera pergi ke kantor jika aku berlama-lama di tangga. Sahabat sekaligus tetangga unitku itu menampilkan ekspresi terkejut. Benar memang, tak satupun orang yang tahu aku sudah datang. "Maaf Daisy, aku tidak memberitahumu." Aku juga memegang lengannya. "Maaf sekali," kataku lagi. "Tidak apa-apa. Aku hanya kesal karena aku tidak bisa menjemputmu di bandara." Wajah mungil Daisy semakin terlihat mungil ketika sedang bersedih. "Aku tidak mau merepotkan siapapun. Kau juga sibuk, bukan?" jawabku dengan cepat. Sesekali aku melirik jam tangan. "Daisy maaf sekali aku tidak bisa berlama-lama." Benjy terlalu sibuk, jadi memberi kejutan di kantor bukan ide yang bagus. Aku harus ke apartemen Benjy sesegera mungkin. Sebelum laki-laki tampan itu sudah rapi dengan jasnya. Setelah kalimat itu, aku sedikit berlari meninggalkan Daisy. "Hei, kau mau kemana? Kenapa buru-buru sekali?!" teriak Daisy dari tangga. "Aku ada urusan dengan Benjy," jawabku berteriak, sembari berlalu. Tak lama, aku menyusuri jalanan dengan mobil. Sampailah aku di bangunan menjulang tinggi. Benjy punya banyak uang dan tinggal di apartemen mewah bukanlah sesuatu yang sulit. Aku pun begitu, hanya saja aku tak punya perusahaan besar seperti Benjy. Butik kecil di pinggir kota hanya satu-satunya bisnis yang kupunya. Walaupun dengan butik itu aku bisa memperkerjakan beberapa orang dan juga bisa menabung untuk masa depan. Bagiku, apartemen kecil pun tak masalah toh, nanti ketika sudah menikah aku akan ikut dengan suami, 'kan? Di sini aku tinggal sendiri tak ada sanak keluarga. Kedua orang tuaku berada di negera lain. Ibuku menikah lagi dengan pria tua kaya raya sementara ayahku, masih melajang dan tinggal di negara lain juga. Ayahku sibuk dengan pekerjaan. Kemarin kami bertemu di Jepang, itu adalah kali pertama aku bertemu ayahku setelah perceraian kedua orang tuaku sejak tujuh tahun lalu. Saat usiaku delapan belas tahun. Dengan perasaan senang dan jantung berdegup kencang, aku menenteng paper bag sembari melangkah menyusuri lorong apartemen yang masih sepi. Kemungkinan besar penghuninya masih tidur atau mungkin sudah berangkat ke kantor. Sampailah aku di unit milik Benjy. Tenang saja, aku tak perlu mengetuk juga tak perlu memanggil. Dengan sulap bukan sihir, aku bisa masuk karena punya kunci cadangan. Ini akan semakin memudahkan rencanaku. Tidak mau membuat suara sekecil suara semut, aku pelan-pelan membuka pintu, menutupnya kembali dan mulai berjalan seperti maling di tengah ruangan yang terlihat berantakan. Masih gelap karena lampu dimatikan. Kucari saja sakelar lampu dan nyala seketika. Kuharap Benjy memang belum berangkat ke kantor. Lihatlah, di sandaran sofa ada pakaian Benjy yang disampirkan begitu saja. Celana, jas bahkan kemeja. Dia memang agak berantakan. Kalau bukan aku yang membersihkan, mungkin pakaian itu masih ada di sana berminggu-minggu. Mungkin Benjy masih tertidur pulas di kamarnya. Yang membuatku heran adalah di atas meja, ada banyak bungkus makanan. Bekas kaleng minuman, botol kaca, botol wine, bungkus makanan ringan dan ada abu rokok juga. Benjy memang merokok tapi abu itu terlalu banyak untuk Benjy seorang. Apa semalam Benjy berpesta? Tapi, dengan siapa Benjy berpesta? Setahuku, Benjy terlalu sibuk untuk melakukan hal-hal seperti itu. Bahkan kemarin dia bilang tidak bisa menghubungiku karena dia harus lembur. Tidak-tidak, barangkali aku terlalu parno sendiri. Aku menggeleng, tidak boleh memikirkan sesuatu yang bisa membuat kami malah bertengkar nantinya. Tapi sayangnya, aku tak sengaja melihat satu bungkus yang cukup familiar untuk-ku. Aku mendekat dan mengambilnya dengan tangan bergetar. Di tangan, aku memeperhatikan bungkus itu dengan saksama. Kenapa bungkus alat kontrasepsi ada di apartemen Benjy? Jujur, aku langsung melihat ke arah pakaian Benjy. Dan pikiranku langsung melalang buana. Walau sudah kuletakan ke tempat semula, tanganku masih bergetar. Darah seolah berdesir di tubuhku, dan tak bisa kupungkiri mataku mulai berair. Semua kemungkinan-kemungkinan buruk langsung hinggap di benakku secepat kilat. Kali ini aku tidak parno, tapi aku menduga dengan banyak praduga. Apa selama ini Benjy berbohong kepadanku? Dia tak sibuk di kantor dan justru bermain dengan wanita lain? Atau bungkus itu hanya milik Edward? salah satu sahabat Benjy yang gemar memakai wanita? Tapi, jika memang Benjy melakukannya lalu dengan wanita yang mana? Atau lebih tepatnya dengan siapa? Tak ada satupun wanita yang dekat dengan Benjy. Selain .... Caroline. Dia sekertaris Benjy. Tapi Caroline adalah wanita baik. Dia kenal denganku dan selalu mendukung hubungan kami berdua. Aku akan sangat merasa bersalah pada Caroline diriku kalau pradugaku itu tidak benar. Dan rasa penasaran karena Benjy tak keluar dari kamarnya membuatku melangkah, memecah pertanyaan-pertanyaan itu dengan langkah mendekat ke ruangan yang sudah jelas adalah kamar Benjy. Aku masih menjinjing paper bag. Tak mengetuk daun pintu, aku justru mematung sebentar. Menatap dari atas hingga turun ke bawah pada daun pintu, lalu menajamkan indera pendengaranku. Satu-satunya cara mengetahui ada apa di dalam kamar tanpa harus membukanya. "Aaahh ... lebihh cepat Babyy!!" Aku langsung menegang di tempat dengan kedua mata yang membelalak. "Aku akan melakukannya untukmu!!" Aku mendengar suara kulit yang saling beradu. "Aaah ... Baby .... Lebihhh cepaaathhh." Bukan lagi jemariku yang bergetar tapi sekarang menjalar hingga ketubuhku. Bahkan kakiku terasa lemas. Tapi aku mengumpulkan kekuatanku kembali dan dengan sisa tenaga aku mendorong kuat daun pintu yang untungnya tidak terkunci. BRAAK!! Sudah kuduga, Benjy bersetubuh dengan wanita lain. "KURANG AJAR!! KAU BERANI BERMAIN DI BELAKANGKU BENJYY?!!" Aku melemparnya dengan sepatuku, sayangnya mengenai punggung gadis itu. Biarakan saja, biarkan wanita itu merasakan sakit yang kurasakan. Itu belum seberapa. Benjy dan perempuan yang membelakangiku langsung menutup diri dengan selimut. Benjy mencari pakaian yang berserakan tak jauh darinya, dan mulai memakai kembali ketika aku sudah mulai kacau dengan tangisan dan aku sangat syok tentunya. "Ini tidak seperti yang kau lihat Alice ... kumohon dengarkan aku dulu ...." Benjy membujukku, maju dengan celana boxer yang belum sepenuhnya ia pakai. "SIAPA DIA?!!" Aku berteriak dengan mata yang sudah berair. Aku menunjuk gadis yang masih duduk di atas ranjang dengan kepala menunduk. Dia tak berani menampakan wajahnya. "SIAPA DIA?!!" bentakku lagi saat perempuan itu masih tak mau menampakan wajahnya. "Dia ... Alice kau salah paham!" Benjy sudah memakai celananya dan mendekat ke arahku tapi aku menjauh. Mengusirnya dengan paper bag yang kuayunkan. "Siapa dia Benjy??!" Aku tak akan berhenti membentak sampai Benjy mengatakan wanita sialan itu siapa. "Dia ...." Benjy terlihat bimbang, melihat ke arahku juga ke wanita yang menutup tubuhnya dengan selimut. Aku menyeka air mataku dengan kasar, menyibak rambutku yang berantakan. "Oh, jadi ini yang kau maksud kau tidak punya waktu ...." Aku menarik napas, menggantugkan ucapanku yang terasa tak mampu lagi mengatakannya karena suaraku juga ikut bergetar. Aku merasa kacau sekali, hatiku bahkan terasa sakit. Aku melanjutkan, "Jadi ini yang kau maksud, kau tidak punya waktu dengan wanita lain, dan ketika kau sudah tak sibuk kau bermain dengan wanita lain, hah?!!" Suaraku semakin meninggi. "Kau sialan Benjy! Kau mengkhianatiku!" Aku mendekati Benjy dan memukul dadanya berulang kali. Ini yang dia sebut sibuk dengan pekerjaan? Ini yang dia sibuk tak mungkin bermain dengan wanita lain karena dia selalu sibuk?! Oh! Tentu saja! Setelah dia tak sibuk, bukan berarti dia tetap menjaga diri dari wanita jalang. Dan aku ... dan aku tertipu. "Dan kau!" Rasa geramku pada wanita itu tak bisa dibendung lagi, aku berjalan ke sisi ranjang. Tapi ketika aku hendak menjambak rambutnya, Benjy dengan cepat menarik tanganku. Aku berbalik dengan wajah yang sudah berantakan. "Kenapa?! Aku tidak boleh melihat selingkuhanmu hah?!" "Maafkan aku, Alice ...." Wanita itu berujar lirih. Aku kenal suara ini. Dan ketika aku menoleh ke arah wanita itu, sungguh aku terkejut bukan main. Bahkan aku menutup mulutku yang menganga dengan kedua tangan. "Kau?!" geramku tertahan. _______________________________________ SEMOGA KALIAN SUKA YA. YANG PENGEN CERITA INI LANJUT, KOMEN NEXT GUYS! NAMA-NAMA TOKOH DAN KARAKTERNYA : ALICE : Tokoh utama, Klasik, manis, kuat, penuh percaya diri. BENJY : Pacar Alice selama tiga tahun, CEO perusahaan Bens Company. Lahir dengan kepercayaan diri. Caroline: Sekertaris Benjy sejak tiga tahun. Kuat, tangguh, mengagumkan. Untuk karakter yang lain, akan aku sampaikan di bab berikutnya ya. Kalau kalian pengen lihat visual mereka bisa follow ** @zaynriz atau sss Zxyn Avnn YANG PALING PENTING JANGAN LUPA MASUKAN KE LIBRARY GUYS! :* SALAM!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD