PROLOG

481 Words
Juli 1999 Pernah dengar tentang hal ini nggak? ‘Yang lulus ujian, nanti akan mendapatkan surat dan dikirim via pos’. Ya, itu mungkin juga berlaku sampai sekarang. Tapi saat di tahunku, hal tersebut merupakan satu hal baru dan belum pernah kualami bersama dengan teman-teman yang lain. Bagaimana tidak? Secara jarak dari sekolah menengah pertamaku sangat dekat dengan rumah. Boleh dibilang dalam waktu 10 menit kalo jalannya pake langkah lebar-lebar kayak jalannya peragawati di catwalk sih, bisa cepat sampai sekolah. Tapi kalo jalannya merambat kayak si kura-kura kelaparan, setengah jam pun ga bakalan sampai. Hihihi. Ini adalah hari penentuan hidup dan masa depanku, ini adalah sesuatu! (gaya Syahrini si cetar membahana). Jika tak ada surat yang datang, berarti tidak lulus! Haaaa…, segala kemungkinan yang membadai halilintar itu membuatku tak bisa tidur selama dua hari berturut-turut. Walau sebenarnya aku tahu ‘tidak lulus’ adalah jawaban yang kudapatkan. Nah, esok adalah hari penentuan. Selama satu jam lebih aku menghubungi teman-temanku lewat telepon (zaman dulu di tahun itu, anak kelas 3 SMP nggak boleh bawa HaPe-ups! Mang sudah ngetrend hape di zaman pithecantropus itu? khayal! Adanya mah, Tamagochi-si hewan maya). Hasil dari kegiatan telpon-menelpon adalah ‘sama-sama takut, deg-degan dan nggak tahu deh! Campur aduk nggak karuan! Ini dia, diriku saat sedang asyik menelpon teman. Sampai lupa waktu, padahal yang diomongin cuma apa sih? Kalo bukan ngomongin… cowok gitu loh! Ha! Cetar bukan?! Hihihi… >>> gambar lidi… Cupu! * SMP Bangun Tidur, 1999 Kenapa ya, cewek itu kalo mau pindah or mengalami masa transisi sama baju seragam putih biru gelapnya. Tiba-tiba mesti jadi kepedean en berlagak sok dewasa gitchu… >.Ha! Akhirnya pengumuman kelulusan dipajang dimading sekolah. Aku bertanya tentang apakah dari mereka sudah mendapatkan surat kiriman pos lulus atau tidak? Dari hasil polling yang kudapat, rata-rata semua menyatakan tidak menerima surat pos kiriman. Artinya apakah semua tidak lulus? Nafas lega pun membuatku tenang. Aku, Nita, Diyas dan teman-teman lainnya duduk berjongkok di pinggir taman. Bergaya kayak pengemis Cu Pek Tong di film laga mandarin Yoko-bibi Lung. Untung saja nggak pakai bawa mangkuk segala, kalo bawa mangkuk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD