little us

1089 Words
Apa yang mungkin diketahui anak usia enam tahun? -Banyak Anak ingusan. -Haha iya Apa sih cita-cintaan anak usia enam tahun? -Kami remaja Cinta monyet -Satu hal yang aku tahu dari dulu hingga sekarang, aku menyukainya ....... Kiki (6) & Vina (6) “Taraaa papaku beliin ini” “Buat aku juga?” “Iya kembaran ada bintang-bintangnya, yang pink buat kamu yang biru buat aku” Vina kecil yang sedari tadi menatap berbinar pensil yang dipegang Kiki kini merengut tidak bisa menutupi rasa kecewanya. “Kenapa? kamu ga suka?” Kiki yang menyadari itu segera bertanya namun hanya dijawab gelengan kepala oleh Vina. “Kamu mau yang biru juga ya?” Vina mengangguk antusias berharap sahabatnya itu berbaik hati memberikan pensil dengan warna kesukaannya. “Gabisa (tolak Kiki tegas) kamu kan perempuan jadi pink aku yang laki-laki warna biru” Pandangan mata kedua anak itu beradu sejenak sebelum sang gadis memberi senyum tipis dan mengambil pensil pink untuknya. Suasana berlangsung sunyi ketika Vina mengamati pensilnya lekat dan Kiki yang tak bisa melepas atensinya pada sahabat yang duduk di sampingnya ini. “Ini ada namanya kita tau Vi, yang pink Viii yang biru Kiii” “Aku kan Na, ga suka dipanggil Vi” Kini Vina merengut. “Kan bagus aku Kii kamu Vii sama-sama ada “i” –nya kan. Mau ya kembaran pensilnya” Kiki memasang muka memohon agar sahabatnya mau menerima tidak lagi sebal. “Iya deh, makasih ya Ki. Bilangin papamu aku juga bilang makasih” “Yeeeey kita kembaran pensilnya, lagian kamu warna kesukaannya ngikutin aku warna biru” “Ih engaaa aku udah lama” “Viiii” “Iiih Kiiii” Perdebatan dan pertengkaran seperti itu ada di sepanjang kebersamaan mereka. Mengiringi waktu tumbuh mereka, menjadi bumbu dalam persahabatan mereka. ....... Masa kanak-kanak waktunya menikmati hari dengan tawa dan permainan menyenangkan. Pemikiran untuk melakukan apapun yang ingin mereka lakukan, merasakan kesenangan yang membuat mereka bahagia. Sesuatu yang sederhana namun begitu tulus. “Vi, ayolah aku punya layangan baru ini” “Yaudah sana ke lapangan” Sudah sedari tadi Kiki terus memaksa Vina untuk mengikutinya bermain layang-layang di lapangan dekat rumah. Namun sepertinya, Vina juga teguh pendirian untuk menyelesaikan buku bacaannya. Meski tidak melihat Kiki karena fokus dengan bukunya Vina tahu bahwa sahabatnya itu sudah sangat sebal. Tiba-tiba satu tarikan kuat membuat buku bacaan Vina sukses beralih ke tangan Kiki. “Kiiii apaan sih? ganggu aja. Balikin sini!” Omel Vina sembari mencoba merebut kembali bukunya. Salah satu hal yang paling tidak disukai oleh Vina yaitu saat ada yang mengganggunya ketika sedang membaca buku. Sama halnya dengan yang kini dilakukan Kiki. Ia semakin menjauhkan buku itu dari jangkauan Vina. Setelah itu dengan sekali rengkuh Kiki berhasil mengangkat tubuh Vina dalam gendongan, membuat gadis cilik itu memekik terkejut. Meninggalkan bacaan Vina yang tergeletak di lantai. “Ayoooo ke lapangan” Sedari usia enam tahun hingga mereka beranjak remaja kebersamaan dua orang itu tidak banyak berubah. Mereka tumbuh bersama menghabiskan banyak hal yang mereka sukai. Tidak perlu sebuah pengakuan yang harus mengungkapkan perasaan mereka karena selama mereka bersama itu sudah jauh lebih membahagiakan dibandingkan waktu yang lain. Kiki dan Vina tahu bahwa tidak ada waktu yang paling menyenangkan kecuali saat mereka menghabiskannya bersama. ....... Siang itu begitu terik membuat suasana kompleks perumahan itu menjadi sepi. Penghuni rumah mungkin sedang beristirahat menghindari panas atau bisa juga tengah pergi berkutat dengan pekerjaan. Berbeda dengan itu suasana depan rumah Vina justru sedang diliputi ketegangan. Dapat ia lihat bahwa kini Kiki sedang diinterogasi ayahnya. Hubungan dua laki-laki terdekat Vina itu memang kurang harmonis baginya, sebenarnya keluarga mereka berdua juga begitu. Daun pintu depan yang hanya terbuka setengah Vina gunakan sebagai persembunyian mengintip interaksi Kiki dan ayahnya. Dapat dia dengarkan percakapan keduanya serta muka Kiki yang terlihat jelas begitu tegang. Mengasyikkan juga melihat tontonan ini batin Vina jahil. “Mau apa?” “Eh,, anu om, itu Vinanya ada?” “Abis selesai makan siang itu. Mau main?” “Eh anu i..” “Jangan kebanyakan main yaa..” “Kii, sini masuk. Loh Ayah kok belum berangkat?” Meski berniat jahil tetapi ujungnya Vina tidak tega membiarkan Kiki berlama-lama di depan, dia memutuskan menghentikan percakapan dua orang itu. Tampak Kiki menghembuskan nafas lega begitu bisa melewati penjagaan Ayah Vina yaitu Bapak Adam di depan sana yang mulai meninggalkan kediamannya. “Panas banget ya Ki? Keringetan banget kamu, udah lama di luarnya?” “Huh, tegang nih aku ada ayah mu soalnya” “Hahaha kenapa sih? orang ayah ga ngapa-apain juga” “Galak tau ga sih” “Ih ayah mana ada galak, dia itu cuma tegas yaa” “Iya iyaaa tee..gaaass. Udah ah main yuk” “Main apa? aku mau beresin rak buku ku tuh” Nampaknya Vina menyadari perubahan raut wajah sahabatnya namun hanya melirik sekilas, tersenyum tipis. Kiki memasang muka cemberut karena tahu buku dan Vina adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sejenak Vina kembali difokuskan dengan buku-buku yang mulai menempati deretan rak itu namun tersadar bahwa kini jaraknya dengan Kiki terasa lebih dekat. Menghafal semua tindakan laki-laki itu sedari dulu membuat Vina sudah pasang pertahanan menghadap Kiki. “Mau apa??? Jangan deket-deket!! Awas ya kamu, marah nih aku kalau kamu tiba-tiba gendong aku” Ancaman Vina sukses membuat Kiki menghentikan aksinya dan tersenyum lebar. Ekspresi menyebalkan yang sekaligus menggemaskan bagi Vina ditunjukkan oleh laki-laki itu. “Kok kamu tahu aku mau gendong kamu?” Kiki cengengesan. “Ihh bener kan, aku gamau yaa aku tu udah gede Ki, makin berat akutu. Kamu ga bakal bisa dengan gampang angkat-angkat aku lagi” Padahal Vina berbicara serius tetapi kenyataannya tawa Kiki justru pecah saat mendengarnya, bahkan ia memegangi perut karena tertawa terlalu keras. Vina menjadi semakin sebal dibuatnya namun bukan Kiki namanya jika tidak bisa membuat perasaan Vina lebih baik atau justru semakin membuat gadis itu sebal. “(Kiki menangkup pipi Vina membentuk duck face mengikuti ekspresi cemberut Vina) ututututu Vii,, dari dulu sampai sekarang mah badanku selalu lebih gede daripada kamu sampai kapanpun aku selalu bisa gendong kamu Vi” Menyadari perkataan Kiki benar membuat Vina mendengus, karena faktanya sedari kecil hingga saat ini memasuki usia belasan Vina memang kecil-kecil saja, pantas dulu waktu kecil Kiki seenaknya membekap tubuh mungil Vina bahkan mengangkatnya dengan begitu mudah. Melampiaskan emosinya Vina seolah hendak mencekik Kiki yang masih terkekeh tetapi dibalas Kiki dengan mengacak-acak rambut Vina yang membuat kegiatan menata buku itu harus diselingi dengan tingkah sepasang sahabat itu saling menjahili satu sama lain. Kebersamaan itu ada dan berjalan membahagiakan pada masanya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD