BOY - Episode 1

3059 Words
Derap kaki memasuki ruangan 3 m × 2,5 m. Seseorang menggeliat dari selimut bergambar minnie mouse berwarna pink muda. "Hey, bangun kebo! Woy! Kebo!" ucap seorang gadis berdiri dikasur queen size, mengarahkan Ibu Jari kakinya ke tubuh seorang gadis sebayanya. Mata gadis itu terbuka lantas segera menarik kaki gadis yang berdiri dihadapannya itu. Bruuk!. "Aw! Vinka! Gila lo ya!" ucap gadis itu meringis pantatnya mendarat bebas dari kasur ke lantai. "Lu yang gila Ver, lu sahabat macam apaan lu nyiksa sahabat lu sendiri!" ucap gadis yang ternyata bernama Vinka. "Udah deh ya, gak usah ceramah soal sahabat, sebagai sahabat lo ini, gue mau ingetin ke lo, lo hari ini matkul pagi dan lo belum bangun juga dari tadi" ucap Vera . "Mampus deh gue, kenapa lu gak bangunin gue dari tadi sih!" pekik Vinka segera berlari menuju kamar mandi kos-kosannya. Dengan kecepatan seribu bayangan Vinka melakukan persiapan menuju kampusnya, 25 menit lagi matkul pertama dimulai. "Lu sih enak Ver, matkul siang doang" sungut Vinka disela acara -memasang- sepatu sneakersnya. "Lah siapa suruh lo badung banget, tiap hari minta isiin absen. Masuk kagak, terus disuruh presentasi lo cuman tebar senyum jelek lo doang. Lo niat kuliah gak sih di Jakarta? Kasian aja gue sama bonyok lo" Vera sibuk menatap layar laptopnya. "Ah gue niat lah, lu jangan sembarangan ya bilang gue gak niat, gue ke Jakarta juga ikut seleksi, gak lewat jalur duri" ucap Vinka mencepol rambutnya asal. "Gue do'ain deh lo biar gak terus-terusan dapet matkul pagi lagi" ucap Vera. "Do'ain gue jadi cewek bener" ucap Vinka asal lalu berlalu. "Dasar aneh!" teriak Vera kesal. Terdengar tawa keras Vinka yang semakin menjauh. Dengan memacu motor maticnya, Vinka bergegas untuk tiba dikampus. Vinka berlari secepat kilat, menaiki anak tangga, 1 menit lagi matkul pertama dimulai, napasnya sudah tersendat-sendat saat menginjakkan kakinya di depan kelas, tubuhnya terkulai lemas ketika melihat teman-teman satu ruangannya sibuk dengan dunianya sendiri. Vinka masuk dengan langkah kecil, tubuhnya meluruh bersamaan ketika membaca papan tulis putih, disana tertulis spidol yang membentuk huruf -Dosen berhalangan masuk, mari persiapkan bahan pertemuan sebanyak mungkin di perpustakaan, sampai jumpa minggu depan-. "Gilaaaa" sungut Vinka kesal. ~~~~~ "Apes banget gue hari ini" ucap Vinka saat sambungan smartphonenya sudah terhubung dengan seseorang. "Mampus lo, btw lo dimana? Matkul gue bentar lagi selesai gue angkat telpon lo diem-diem tau gak lo!" ucap lawan bicara Vinka. "Gue di perpus, sumpah gue kayak orang b**o disini, gak tau mau ngapain" ucap Vinka. "Ya belajar lah, lo kira perpus buat tempat makan!". "b**o lo Ver, udah ah cepetan lo keluar kelas, kita ke kantin, gue laper berat!" ucap Vinka segera memutus sambungan telponnya. Vinka segera membereskan mejanya yang penuh susunan buku namun tak terlirik sedikitpun itu. Berlalu keluar dari perpustakaan dan menuju kantin, ia menghela napasnya lega karena kantin sedang sepi, ia memilih duduk di sudut ujung kantin setelah memesan makanannya dan Vera seperti biasa, yaitu Nasi goreng pedas dan teh es lemon. Tak lama Vera datang, dan menghampiri meja dimana Vinka sudah menunggunya. "Kusut banget muka lo" ucap Vera bergidik. "Stres gue, dosen gila itu!" sungut Vinka. "Lo juga harusnya lega, dosen lo kasih lo waktu buat gak ketemu seminggu" ucap Vera. "Mending lo, dosennya anginan, masuk kadang berhalangan. Lah gue masuk mulu". "Pokoknya gue harus semangat kuliah tahun ini!" ucap Vinka. "Serah lo, gue tunggu lo sekelas bareng gue" ucap Vera. Pesanan mereka pun datang, sambil makan, mereka saling berbagi cerita, sesekali tertawa bersama, sesekali berteriak bersama. Selesai makan, Vinka mendapat telepon tak terduga, matanya membelalak kaget. "Kenapa?" tanya Vera menaikkan alis kanannya. "Nyokap gue, aduh gimana nih!" ucap Vinka menggigit bibir bawahnya. "Ya angkat aja kali, emangnya kenapa? Siapa tau ada yang penting?" ucap Vera. Segera Vinka menggeser touch timbol hijau dari smarthphone-nya. "Wa'alaikumsalam, iya Ma.. | Vinka baik-baik aja kok Ma, ini makan bareng Vera | Hah? Mama mau ke Jakarta? Besok? | Aaa, itu, bukan Ma, iya oke Vinka besok gak ada jadwal kampus kok, iya Vinka jemput di Bandara deh | Iya deh iya Ma.. | Wa'alaikumsalam" Vinka menaruh kembali handphonenya keatas meja, wajahnya makin kusut. "Hari ini gue apes banget". "Nyokap lo mau ke Jakarta?" tanya Vera yang memang sejak tadi mendengar pembicaraan Vinka. Vinka mengangguk, "Nyokap gue kayaknya feeling banget gue susah di Jakarta". "Bagus lah nyokap lo kesini, jadi tiap pagi gue gak perlu ceramahin lo dulu biar berangkat ke kampus" ucap Vera. Vinka memutar malas kedua bola matanya. "Yaudah yuk balik, jam lo udah selesai kan?" tanya Vera. "Yaiyalah, dosennya gak masuk, gimana mau ada jam kampus lagi" ucap Vinka. ~~~~~ "Oh jadi gini kamu diperantauan Vinka? 3 tahun kelakuan kamu begini saja? Bangun kebo, ke kampus males-malesan, Mama sama Papa kerja banting tulang kirimin duit buat kamu, kamu gini? Buang-buang duit!" ceramah Rini, Mama Vinka. "Iya Ma, maafin Vinka, tahun ini Vinka janji bakal belajar terus, terus wisuda" ucap Vinka lemah, "Awas lo Ver, gue hajar lu kalau ketemu, segala ngadu ke nyokap, udah tau nyokap orang paljng bawel sedunia" sungut Vinka dalam hati. "Pokoknya Mama gak mau tau, kamu harus tinggal sama Tante Lita!" ucap Mamanya. "Vinka gak mau Maaa" rengek Vinka. -Menyusahkan orang lain- itu bukan watak Vinka, makanya sejak 3 tahun kuliah di Ibukota ia selalu menolak keinginan Mamanya yang ingin menitipkannya pada Om Sultan dan Tante Lita. Wajar jika Mama Rini menitipkan anaknya, toh ia akan mengirim uang saku bulanan Vinka, tidak akan menyusahkan Om dan Tantenya itu. Lagi pula, Om Sultan adalah saudara kandungnya, lebih tepatnya Kakak kandungnya, bedanya Om Sultan lahir pertama, dan Mama Rini lahir terakhir, dua bersaudara. Sudah sewajarnya ia akan melindungi keponakannya juga, bukan?. "Lebih aman daripada kamu sendirian nge-kos! Lagi pula kamu gak bakalan kesepian disana!" ucap Mama Rini. "Gak mau Mamaaa" selalu rengekan keluar dari mulut Vinka. Alhasil, ia direstui selama 3 tahun ini kos bersama Vera, sahabat orok-nya. ~~~~~ "Mama gak mau tau lagi ya, Mama gak mau luluh sama kamu dari sekarang, kamu akan diawasin disana!" ucap Mama Rini terdengar mengancam. Mama segera mengambil handphonenya, dan menelpon seseorang. "Gak bakalan ada waktu lagi gue buat tidur begadang, gue yakin gak akan ada lagi hari-hari bebas gue di Jakarta.." ucap Vinka pelan, bibir bawahnya tergigit pelan. Mama menaruh kembali handphonenya. "Kamu siap-siap, satu jam lagi Om Sultan bakalan jemput kita disini" ucap Mama Rini. "Mama, Vinka disini aja ya, Vinka janji gak nakal lagi deh ya, seriusan" ucap Vinka memelas, jarinya teracung 'V' dihadapan Mamanya. Mama Rini menggeleng, "Gak ada lagi luluh-luluhan, Mama tetap akan titipin kamu disana". Vinka berguling-guling kesal diatas tempat tidurnya. "Jangan bertingkah kekanakan Vinka, umur kamu udah 21 tahun" ucap Mama, "Sudah sana kamu mandi!". Vinka menatap kesal Mamanya, segera ia menyambar piyama handuknya, dan menghentakkan kakinya kesal menuju kamar mandi. ~~~~~ Sebuah mobil berhenti didepan kos-kosan Vinka tinggal, Vinka, Mama Rini, dan Vera berdiri menunggu jemputan Om Sultan. Vinka menatap kesal pada Vera, sementara Vera menatap memelas pada Vera seakan tatapannya berarti : "Maafin gue Vin, sumpah gue gak sengaja, gue gak tau ujungnya bakal begini". "Rin, hey Vinka" sapa Om Sultan keluar dari mobil. "Mas Sultan, apa kabar?" tanya Mama Rini segera menyalami tangan Kakaknya itu, dan disambut Om Sultan dengan hangat. "Kabar baik Rin, ayo, kita langsung kerumah saja ya, biar banyak cerita dirumah. Mba Lita sudah gak sabar nunggu kedatangan kamu sama Vinka" ucap Om Sultan mengacak rambut Vinka ketika Vinka mencium tangan Om-nya itu. Vera ikut menyalami tangan Om Sultan. "Ya sudah Mas, ayo Vinka, masukin barang-barang kamu" ucap Mama Rini. Vinka berjalan lesu memasukan 3 buah kopernya, serta beberapa barang kecilnya ditas. "Vinka, maafin gue" ucap Vera pelan. Vinka hanya tersenyum kecil sambil mengangguk memberi sinyal bahwa ia tidak marah pada Vera, dan masuk kedalam mobil. "Motor lo gimana?" ucap Vera. "Lo pakek aja dulu, nanti buat antar jemput gue ngampus!" ucap Vinka membuka kaca mobil. "I will miss you Vinka, jangan lupa sering kesini ya" ucap Vera wajahnya murung. "Biasa aja kali Ver, kayak bakal pisah Negara aje" ucap Vera. "Tante pergi dulu ya Ver, hati-hati dikosan, jaga pergaulan, nanti mampir aja kerumah Om Sultan" ucap Mama Rini tersenyum. "Aha, iya Tante, hati-hati dijalan" ucap Vera segera menyalami tangan Mama dan Om Sultan. "Oke ayo Rin, kita berangkat" ucap Om Sultan. Mama mengangguk dan segera masuk ke kursi samping pengemudi. Mobil pun melaju dan makin lama makin tidak terlihat dimata Vera. Vera segera masuk kedalam kosan-nya dengan wajah yang sendu. ~~~~~ "Gimana kabar Mba Lita, Azhar, Riko, sama Haris, Mas?" tanya Mama saat mobil sudah mulai memasuki jalanan padat Ibukota. "Mba-mu ya sibuk sama butiknya, Azhar ya sibuk sama kerjaannya, Riko kan sibuk sama kuliah semester 4-nya, terus kalau si Haris ya fokus sekolah kan dia sudah SMA Rin.." ucap Om Sultan. Vinka mendengar pembicaraan kedua orang tua tersebut, wajahnya disandarkan dijendela, menatap datar jalanan dihadapannya. "Azhar kerja apa Mas? Riko kuliah dimana? Udah 3 tahun aku gak ketemu mereka semua, rasanya waktu cepet banget berlalu, aku sibuk banget sampai sama sekali gak bisa kabar-kabaran sama kalian, ini aku baru bisa ke Jakarta karena dapat feeling gak enak saja" ucap Mama menengok ke belakang sedikit menyinggung Vinka. "Dia kerja di Rumah sakit, Dokter Umum Rin, sudah kerja 1 tahunan disana, Riko kuliah dijurusan komputer, aku pun juga sibuk sekali, jarang sekali ada waktu buat keluar bareng sama Mba dan anak-anak sekarang juga susah" ucap Om Sultan. "Dulu Azhar sering malu kalau datang kerumah, dia malah milih nunggu diluar, rasanya lucu sekali waktu itu Mas" ucap Mama Rini tertawa pelan. "Iya Rin, sekarang dia sudah besar 25 tahun, sudah waktunya buat cari istri" ucap Om Sultan. "Betul sekali Mas, sudah mapan dia" ucap Mama. Mobil Om Sultan memasuki pagar megah, dan terparkir sempurna didepan sebuah rumah megah terkesan klasik bertingkat dua, dengan balkon luas dan dinding depan penuh dengan kaca tebal menampilkan kesan artistik bagi yang melihatnya, dengan gorden putih sebagai paduan lengkapnya. "Ayo masuk Rin, Vinka sayang, biar nanti Mas Azhar atau Mas Riko yang bantu angkatin" ucap Om Sultan. Vinka mengangguk, membuntuti Mamanya yang melenggang masuk kedalam rumah. "Assalamu'alaikum.." ucap Mama Rini dan Vinka begitu tiba diruang tamu. "Wa'alaikumsalam" sahutan merdu berasal dari dalam ruangan yang lain, wanita langsing tergopoh karena berlari cepat, "Rini, Ya Allah, makin cantik aja..". "Kamu juga makin cantik aja Mba Lit, apa kabar?" tanya Mama. "Alhamdulillah Rin, seperti yang kamu lihat sekarang, hey.. Ini Vinka?" tebak Tante Lita menatap kaget ke arah Vinka. "Iya Tante, ini Vinka" ucap Vinka tersenyum manis dan menyalami tangan Tantenya. "Ya ampun, cantik banget kamu sayang" ucap Tante Lita memeluk hangat Vinka. "Udahan dulu Ma pelukannya, kasian Vinka, mentang-mentang sekarang udah bakal punya temen ngobrol" ucap Om Sultan yang datang dengan 2 koper diiringi seorang pria jangkung yang membawa sebuah koper dan tas milik Vinka. Ini pertama kalinya Vinka merasa sesak dan tak bisa mengatur napasnya.. "Ini Azhar apa Riko?" tanya Mama Rini, membuyarkan fokus pandangan Vinka yang menatap pria jangkung dihadapannya ini. "Azhar, Tante.." ucap Azhar segera menyalami tangan Mama. "Ganteng sekali kamu sayang, makin ganteng ya, dari dulu juga kamu gantengnya sih" celetuk Mama. Azhar hanya tersenyum malu, tak lama datang kedua Kakak-beradik laki-laki menghampiri mereka yang sedang mengambil posisi duduk. "Nah ini Riko sama Haris" ucap Tante Lita tersenyum. "Jagoan ganteng semua anak kamu Mas, Mba.." ucap Mama tersenyum. Riko dan Haris segera mencium tangan Mama Rini dan segera mengambil posisi duduk disamping Abangnya, Azhar. "Sekarang kan sudah jam makan siang, gimana kalau kita makan bareng dulu" ucap Tante Lita. "Gak usah deh Mba, kalian saja yang makan, kami jadi ngerepotin kalau gini jadinya" ucap Mama Rini. Vinka memutar malas kedua bola matanya, "Tumben manis banget sekarang, tadi aja ngomel mulu" ucapnya dalam hati. "Gapapa Rin, kapan lagi coba kita kumpul, malah gak repot sama sekali, aku juga kan udah siapin dari tadi, ayo makan. Ayo Vinka sayang" ucap Tante Lita segera membawa Vinka menuju dapurnya. "Gitu tuh Mba-mu, kalau ketemu temen baru" ucap Om Sultan. Mama hanya terkekeh, "Sesekali gitu Mas, kasian juga Mba nunggu anak cewek, tapi malah dikasih anugrah dapat tiga jagoan, aku malah satu cewek, tapi nakal naudzubillah". "Lucu lagi Rin, bisa klop itu sama Mba-mu nantinya" ucap Om Sultan terkekeh. Mama, Om Sultan, diiringi 3 anaknya segera menuju dapur. Makanan sudah tersusun rapi diatas meja, semua duduk ditempat masing-masing, semua makan dengan tenang, sesekali Tante Lita mengacak pelan rambut Vinka. "Jadi besok aku sudah harus balik ke Banjarmasin lagi" ucap Mama. "Besok Ma?" tanya Vinka kaget. "Yaiyalah, kamu mau Mama setahun disini?" tanya Mama. Vinka menggeleng cepat. "Kak Vinka gak suka Mamanya lama disini?" tanya Haris. Vinka mengangguk. Semua yang ada disana tertawa, kecuali Azhar, ya, sejak tadi pria itu duduk dengan tenang dan sama sekali tidak tertarik untuk ikut dalam obrolan. Terbukti Vinka lihat sejak tadi, ia hanya melirik sedikit tanpa ekspresi kearah Vinka. " Kamu gak sayang sama Mama Vin?" tanya Mama. "Sayang Ma.." ucap Vinka seadanya. "Terus kenapa gak suka Mama lama-lama di Jakarta?" tanya Mama. "Vinka udah biasa sendiri kan dari dulu" ucap Vinka pelan. "Ah iya, Vinka sayang udah selesai kan makannya? Ayo kamu istirahat dulu" ucap Tante Lita yang segera membaca situasi. "Ayo Azhar, bantu angkat tas Vinka ke kamarnya" ucap Om Sultan angkat bicara. "Iya Pa" ucap Azhar segera berdiri "Tante Rini, Azhar permisi dulu". "Iya sayang" ucap Mama Rini tersenyum. "Hafis, Riko, selesaikan makanan kalian" ucap Tante Lita. Azhar segera berlalu dari ruang makan diiringi Vinka yang berjalan ragu dibelakangnya. Diruang tamu, Azhar segera mengangkat 2 koper besar milik Vinka. "Mas, sini koper satunya biar Vinka yang bawa" ucap Vinka. Azhar menatap datar pada Vinka, membuat Vinka mengernyit. "Gak usah" ucap Azhar lalu berlalu. Vinka melongo, sesaat kemudian segera berlari membawa tas kecilnya, mengikuti kemana arahnya Azhar berjalan. Kamar Vinka ada di lantai bawah, lebih tepatnya disudut ruangan, berjarak 8 meter dari sebuah kamar yang Vinka yakini adalah kamar Tante Lita dan Om Sultan. "Bukain pintunya" ucapan Azhar membuat pandangan Vinka berubah tempat, yaitu pintu, segera diputarnya knop pintu dan terbukalah kamar itu. Azhar segera masuk dan menaruh koper besar itu. "Makasih banyak Mas, maaf ngerepo.." ucapan Vinka terhenti ketika Azhar berlalu dari kamar tempatnya tidur tanpa tersenyum dan berbicara apapun. "Itu orang lagi kesambet apa puasa ngomong sih? Irit banget" ucap Vinka kesal. Tak ingin ambil pusing segera Vinka memilih menyusun barang-barangnya, untungnya, dikamar ini sudah disediakan lemari, serta spring bed queen size untuknya. "Vinka.." panggil seseorang. Vinka segera menoleh kearah sumber suara. "Mama.." ucap Vinka tersenyum simpul. "Maafin Mama ya sayang" ucap Mama. "Maaf buat apaan Ma?" tanya Vinka. Mama tidak menjawab, hanya mengelus hangat rambut Vinka. "Kamu istirahat dulu ya, nanti sore Mama bangunin, kamu pasti capek kan? Besok kuliah?" tanya Mama. Vinka menggeleng, "Vinka titip absen aja, besok kan Mama mau pulang. Masa gak ikut antar Mama ke Bandara?". Mama mengangguk, "Ya sudah, lusa kamu gak boleh lagi yah absen-absen. Mama gak mau denger kamu ngulang semester". "Iya Ma, Vinka janji bakal rajin dan gak nakal lagi" ucap Vinka. "Oke, sekarang istirahat ya sayang" ucap Mama. Vinka mengangguk. Mama mengecup kening Vinka sebentar iapun berlalu menutup pintu kamar Vinka setelahnya. ~~~~~~ ••••• Azhar POV ••••• "Ayo Azhar, bantu angkat tas Vinka ke kamarnya" ucap Papa angkat bicara. "Iya Pa" ucapku segera berdiri "Tante Rini, saya permisi dulu". "Iya sayang" ucap Tante Rini tersenyum. "Hafis, Riko, selesaikan makanan kalian" ucap Mama. Aku segera berlalu dari ruang makan, aku yakin cewek kecil itu sedang mengikutiku dari belakang. Diruang tamu, Aku segera mengangkat 2 koper besar miliknya. Lama-lama aku seperti seorang pengawalnya saja. "Mas, sini koper satunya biar Vinka yang bawa" ucapnya. Aku menatap wajahnya datar, membuat dia mengernyit. "Gak usah" ucapku lalu berlalu. Aku sudah ada di depan pintu, sialnya kedua tanganku sedang sibuk sekarang, aku tidak bisa membuka pintunya sama sekali dan lebih sial lagi, gadis itu cuman bengong saja, menyebalkan sekali. "Bukain pintunya" ucapku membuat pandangannya beralih ke pintu, dia sedang melamun atau apaan sih?. Aku segera masuk dan menaruh koper besar itu. "Makasih banyak Mas, maaf ngerepo.." ucapannya terhenti karena pada saat itu juga aku pergi dari sana, berada disekitarnya membuat pekerjaanku yang tidak ada faedahnya sama sekali makin bertambah. Ku langkahkan kakiku menuju dapur, namun langkahku terhenti ketika mendengar percakapan antara Papa, Mama, dan Tante Rini. "Karena kata-kata Vinka tadi bikin aku merasa bersalah Mba" ucap Tante Rini. "Jangan begitu Rin, mungkin tadi Vinka cuma refleks aja. Tenang aja, Vinka bukan cewek nakal yang lepas jalur bukan? Dia cuman lagi cari jati diri" ucap Mama. "Tetap aja aku takut Mba, maka dari itu, aku gak bisa lepas dia sendirian lagi di Jakarta, aku takut Mba" ucap Tante Rini. "Kamu tenang aja Rin, aku, Mba-mu, bakal jaga Vinka. Apalagi aku sudah punya rencana buat minta Azhar jaga Vinka, karena dirumah ini, anak aku yang udah dewasa baru Azhar, jadi aku percaya dia bisa jaga Vinka. Kalau Rico, aku yakin dia masih labil sama seperti Vinka, apalagi Haris, anak itu aja masih harus dijaga-in Mas-nya, gimana mau jagain Vinka" ucap Papa. Aku mengernyitkan dahiku, apa maksud Papa?. "Ah, langsung aku jelasin aja ya, aku ada rencana buat menjodohkan Azhar dan Vinka" ucap Papa. Wajah Tante Rini berubah kaget, "Mas, ini gak becanda kan?". "Aku nggak becanda Rin, aku udah punya rencana itu lama, makanya aku mau bicarain ini sama kamu, Vinka kan tahun depan juga bakal lulus, sementara Azhar, udah mapan juga. Aku lihat Azhar juga gak punya pacar" ucap Papa. Apa-apaan ini? Perjodohan? Masih jaman perjodohan di era modern ini? Aku masih muda, bukan bujang lapuk! Enak saja menjodohkan aku dengan gadis kecil seperti dia. Aku punya tipe ideal juga, mana mau aku dengan gadis ingusan seperti dia. "Mas kan tau, kalau Vinka sama Azhar sepupu, ada ikatan darah, apa Mas gak takut kalau.." ucapan Tante Rini terhenti ketika Mama membuka suara. "Aku yakin mereka mau dan setuju Rin, aku dan Mas Sultan yakin mereka bisa saling jatuh cinta" ucap Mama. Cih! Apa-apaan Mama, kenapa jadi ikut-ikutan Papa?. "Pokoknya kamu tenang aja ya Rin" ucap Papa. Tante Rini hanya tersenyum kaku, entah apa yang dipikirkan Tante tentang keputusan Papa dan Mama. "Aku ke kamar Vinka dulu Mas, Mba.." ucap Tante Lita, yang dibalas anggukan oleh Papa dan Mama. Aku segera masuk ke dapur, takut mereka mendapatiku menguping pembicaraan mereka. "Tante ke kamar Vinka dulu Har" ucap Tante tersenyum sambil berlalu. Ku tatap Mama dan Papa bergantian. "Kenapa kamu ngeliatin Papa sama Mama gitu Azhar?" tanya Mama heran. "Maksud perjodohan itu apa Ma, Pa?" tanyaku to the point. ~BERSAMBUNG~ Landasan Ulin, 31 Maret 2021
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD