Prolog

642 Words
Pernikahan tanpa cinta, apakah akan membuat hidup mereka bahagia? Vanessa Fransisca Zevano atau yang kerap disapa Nessa adalah seorang desainer ternama yang dimiliki Indonesia. Karyanya tidak hanya disukai para pribumi, artis mancanegara sekali pun, turut menyukai rancangan yang ia buat. Terdapat beberapa cabang butik yang ia miliki di beberapa kota Indonesia dan juga di beberapa negara seperti Singapura, Amerika Serikat, dan juga Italia. Anak dari pasangan Frans Gerald Zevano dan Sisca Adara merupakan salah satu desainer berhijab yang berhasil mengharumkan nama bangsa di usianya yang masih sekitar 24 tahun. Sekarang ia berada di sebuah kafe bersama dengan sahabatnya, Tiara Amalia Putri. Mereka telah menjalin persahabatan sejak kecil hingga terjun ke dunia pekerjaan yang sama, yaitu menjadi seorang desainer. Namun, Tiara tidak sesukses karier Vanessa dan itu tak membuatnya iri hati. Ia justru turut bahagia atas karier menjulang yang sukses diraih oleh Vanessa. Saat ini, mereka sedang menunggu seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah tunangan Tiara, Derian Ferdinan Saputra. Pria itu bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Abraham's Company yang dikelola langsung oleh sahabatnya, Reza Vareli Abraham. Tiga puluh menit sudah mereka menunggu, tetapi belum ada tanda-tanda kedatangan Derian di sana. Vanessa mulai jengah untuk menunggu berlama-lama lagi, ia bahkan meninggalkan banyak pekerjaan demi menemani Tiara untuk bertemu Derian. "Ra, tunanganmu jadi datang, tidak?" tanya Vanessa gusar. Tiara menganggukkan kepala lalu menyeruput minuman yang telah ia pesan beberapa waktu lalu. "Katanya, dia sudah di jalan," jawabnya. "Kita menunggu sudah hampir sejam, Ra." "Sepertinya macet, Ness. Kita tunggu sebentar lagi, kalau memang merrka tidak kunjung datang, lebih baik kita pergi." "Baiklah." Saat tengah bercengkrama mengenai seputar dunia fashion, bel yang terpasang di atas pintu masuk kafe tersebut berbunyi membuat banyak pasang mata yang melihat ke arah sana, termasuk Vanessa dan Tiara. "Itu ... sudah datang," ujar Tiara sambil menunjuk Derian yang sedang berjalan menghampiri. "Sepertinya dia tidak sendiri." "Mungkin itu temannya," ungkap Tiara membuat Vanessa bungkam. Setalah berjalan beberapa langkah, Derian dan juga temannya telah berdiri di depan meja yang ditempati mereka. "Assalamualaikum! Maaf, karena membuat kalian menunggu lama." Sapaan Derian hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Vanessa. "Waalaikumussalam! Tidak apa-apa, Mas. Lagi pula kami tidak menunggu lama," kata Tiara sebelum mempersilakan Derian dan juga temannya duduk. Sejak memulai ta'aruf, Tiara telah memantapkan hati untuk memanggil Derian dengan sebutan 'Mas' guna membiasakan diri sebelum menjadi istri.   Hening. Tak ada suara yang tercipta dari meja yang mereka tempati. Ralat, hanya ada suara adu napas yang mereka keluarkan. Mereka larut dalam pikiran masing-masing hingga Tiara memutuskan untuk memecah keheningan. Namun, sebelum itu, ia berdeham sejenak untuk mengurangi keadaan canggung yang tercipta di antara mereka berempat. "Mas, siapa yang datang bersamamu?" tanya Tiara pada Derian membuat calon suaminya itu beralih untuk menatap netranya. "Oiya, lupa. Perkenalkan, ini Reza Vareli Abraham. Sahabat sekaligus bosku di kantor."  "Za, perkenalkan ini Tiara, tunanganku. Dan yang di sebelahnya bernama Vanessa, sahabat Tiara tentunya." Derian memperkenalkan Reza, kepada tunangannya dan juga Vanessa, sahabat kecil dari Tiara. Begitu pun sebaliknya. Aksi saling mengenal pun tak dapat terelakkan. Mereka memperkenalkan diri masing-masing agar bisa akrab tanpa butuh waktu yang lama. "Tiara." "Reza." Kini giliran Vanessa yang harus memperkenalkan diri pada Reza yang notabene sahabat dari Derian. Ia sungguh canggung berada di waktu seperti ini. Sebab ia tak ingin mengenal terlalu banyak pria karena masih menyayangi masih lalu yang mengkhianati kepercayaan yang ia beri. Vanessa menundukkan kepala demi menghindari tatapan dari Reza karena ia takut akan mengalami zina mata. Tanpa mengulurkan tangan, ia menyebutkan namanya hingga membuat Reza menatapnya. "Vanessa." MasyaAllah ... dia cantik sekali. Pria yang bernama Reza terlihat mengulum senyum saking kagumnya pada gadis berhijab yang baru ia temui. Ia menghela napas kemudian turut menyebut namanya, "Reza," lanjutnya. Tanpa ragu, Vanessa kembali mengangkat kepala dan memerhatikan keadaan kafe yang mulai sepi. Mungkin karena mereka telah kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan setelah jam makan siang berakhir. Ya Allah, dia sangat tampan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD