Prolog

399 Words
"Roland, bisa kamu pulang dulu?" "Kenapa, Mak? "Jawab di seberang sana. "Ada sesuatu yang mau dibicarakan! Pokoknya kamu besok pulang!" Ibu Roland langsung memutuskan sambungan teleponnya. Sudah 10 tahun menunggu Roland untuk membawa calon istri namun tidak datang-datang. Ia tidak yakin, tidak percaya akan jodoh dari Tuhan tapi putranya sedikit berbeda. Itulah berita dari setiap hari. Teman-teman Roland sudah menikah semua dan mempunyai anak. Ibu mana yang tidak khawatir. Ia pun ingin segera menimang cucu. Hidup di kampung selalu saja menjadi bahan pembicaraan. Tetangga Cibiran tentang kapan Roland menikah itu sudah seperti sarapan pagi tidak pernah lupa. Putra angkat bekerja sebagai manajer model di Jakarta. Putri angkat kuliah di London, Rere mendapatkan beasiswa. Mereka adalah anak angkat Ibu Maemunah. Ibu paruh baya itu sering dipanggil Ibu Mae. Ibu Mae sukses orang kaya di kampung yang mempunyai tanah atau sawah berhektar-hektar. Ia hanya seorang ibu paruh baya yang sehari-harinya menjual gado-gado di kampung. Untuk menghidupi dirinya sendiri cukup. Roland setiap bulan mengirimkan gajinya untuk ibu angkat lumayan besar. Bisa membeli kambing 3 ekor. Namun ia tidak pernah memakai uang itu. Ia simpan untuk pernikahan putranya. Sebuah impian yang di idam-idamkannya. Pesta yang meriah untuk Roland dan istrinya nanti. Ibu Mae keluar rumah sambil membawa dagangannya. Ia menaruh semua peralatan tempurnya alias cobek dan bahan-bahan gado-gadonya di atas meja. Ia berjualan di teras rumah. Ibu Mae menatanya dengan rapi dan bersih. Kualitas kebersihannya dijamin No 1. Matanya berbinar ketika melihat seorang gadis berhijab berpakaian seragam itu lewat depan rumah. "Icha, baru berangkat ngajar?" sapanya ramah. Icha yang di panggil menoleh. Bibirnya tersenyum, "iya, Mak. Sudah mulai dagang lagi, Mak?" "Iya, nih. Mamak tidak betah kalau tidak dagang. Kemarin, rematik Mamak cuma kambuh." "Sekarang sudah baikkan, Mak?" Icha berjalan menghampirinya. " Alhamdulillah , sudah Cha." Ini calon mantu idaman, perhatian banget. " Alhamdulillah .. Mak. Icha berangkat ngajar dulu ya. Nanti Icha pesan gado-gado satu seperti biasa pulang kerja ya, Mak." "Iya Cha, nanti Mamak buatkan spesial." Buat calon mantu Mamak, tambahnya dalam hati. Icha tertawa mendengar penuturan Ibu Mae. "Icha berangkat dulu ya, Mak." Ia mencium. Wajah ibu Roland itu sumringah. Tidak salah pilihannya, cantik, sopan, baik hati kriteria mantu idaman. Ia sudah berbulan-bulan dihitung dari perjodohan ini. Jika Roland menolak, ia akan terjun dari pohon durian yang tingginya 10 meter. Ya, lebih baik mati dari Roland yang kemayu menikah dengan sejenis yang namanya pria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD