Hidup Kembali

2204 Words
"Aku, Aaron Lightwood me-rejectmu sebagai mate-ku, Agatha Serraphine," Aaron, calon Alpha Dark Moon Pack me-reject mate-nya di depan semua tamu undangan pada pesta ulang tahun ibunya, Luna Pricelia. Semua tamu undangan tidak terkejut lagi akan hal yang baru terjadi saat ini. Cepat atau lambat mereka semua pasti akan mendengar tentang calon alpha mereka me-reject mate-nya yang lemah dan bodoh. Sebagai anggota pack, mereka merasa keputusan Aaron adalah pilihan yang tepat. Tidak mungkin seorang shewolf yang tidak bisa berubah menjadi wolf memimpin mereka. "T-tidak! T-tidak!" Serra menggelengkan kepalanya tidak bisa menerima. Air matanya jatuh bersama dengan rasa sakit di hatinya. Aaron adalah satu-satunya pria yang ia inginkan. Satu-satunya harapan agar ia bisa hidup bahagia. Betapa teganya Aaron melakukan hal seperti ini padanya. Betapa jahatnya Aaron. Ia mencintai Aaron, tapi kenapa Aaron tidak bisa membalas perasaannya. "Kau tidak boleh melakukan itu. Aku sangat mencintaimu. Aku mohon tarik kembali kata-katamu." Serra menggapai tangan Aaron. Memelas agar prianya menarik kembali kata-katanya. "Jadilah wanita yang memiliki harga diri, Serra. Aku tidak menginginkanmu!" Aaron mengibaskan tangannya. Tak peduli sedikitpun akan rasa sakit di hati Serra. Air mata Serra jatuh semakin deras. Ia menatap Aaron penuh kesakitan, penuh kesedihan dan kehancuran. Detik selanjutnya ia berlari, melewati kerumunan tamu yang sebagian tersenyum mengejek dan sebagian lagi merasa kasihan terhadap Serra. Di-reject oleh mate adalah hal yang lebih menyakitkan dari kematian. "Aaron, apa yang kau lakukan?!" Alpha Kevin menatap anaknya tajam. "Bagaimana bisa kau mempermalukan Beta Steve di depan semua orang!" Aaron membalas tatapan ayahnya tanpa takut, "Aku tidak bisa memiliki mate seperti dia, Ayah. Aku adalah calon alpha selanjutnya, semua alpha dari pack lain akan mengejekku karena memiliki luna yang bahkan tidak bisa menemukan wolf -nya. Terlebih dia tidak akan membantu sama sekali!" Aaron beralih pada Beta Steve yang berdiri di sebelah Alpha Kevin. "Maafkan aku, Beta Steve. Aku tidak berniat mempermalukanmu sama sekali, hanya saja aku tidak bisa bersama dia." "Kau berhak menentukan pilihanmu sendiri, Tuan muda Aaron. Aku tidak memiliki hak untuk marah atau tersinggung atas pilihanmu." Beta Steve menjawab seadanya. Sebagai ayah Serra, Beta Steve sudah tahu hal seperti ini akan terjadi. Putrinya jelas tidak cocok menjadi seorang luna. Steve bukan meremehkan putrinya sendiri, tetapi itulah kenyataannya. Putri sulungnya tidak bisa dibanggakan sama sekali. Berbeda dengan dua putrinya yang lain yang memiliki kemampuan membanggakan. Dalam usia muda dua putrinya sudah mencapai posisi gamma. Selain memiliki kemampuan hebat, dua putrinya itu juga memiliki paras yang cantik. Dalam Dark Moon pack, putri-putrinya adalah primadona. Tidak hanya di Dark Moon pack, dua putrinya juga terkenal di pack lain. Mendengar balasan Beta Steve, Aaron merasa tenang. Ia tidak boleh menyinggung perasaan Beta Steve karena satu alasan lain. Mata Aaron menatap ke arah seorang wanita cantik bersurai coklat gelap. Tersirat kebahagiaan di dalam mata Aaron, seperti akhirnya saat ini tiba. Ia merasa terbebas dari beban yang ia tanggung selama hampir 3 tahun karena memiliki mate lemah. Wanita yang Aaron tatap membalas dengan tatapan yang sama. Nampaknya ia juga telah menunggu hari ini tiba. Menunggu sang calon alpha mencampakan mate-nya agar mereka bisa bersama. Meninggalkan pesta yang kembali berlangsung setelah kejadian yang begitu menghancurkan hati salah satu bagian dari anggota pack itu. Serra berlari di tengah gelapnya hutan. Air matanya terus mengalir, hatinya teramat sakit hingga ia merasa bahwa ini adalah akhir dari segalanya. "Kenapa hidupku selalu tidak beruntung seperti ini, Moon Goddes? Kenapa kau menciptakan aku jika hanya untuk terus menderita? Kenapa?" Serra bertanya pilu. "Apakah tidak bisa kau memberikan aku sedikit saja kebahagiaan? Apakah permintaanku begitu berlebihan? Kenapa tidak ada satupun orang yang mencintaiku?" Selama ini Serra tidak pernah mengeluh tentang hidupnya, tetapi malam ini ia tidak bisa lagi menanggung kesedihannya. Ia selalu tidak beruntung dalam hidupnya. Keluarga yang harusnya menjadi tempatnya berlindung tidak peduli sama sekali padanya. Sebagai shewolf ia tidak bisa menemukan wolf dalam dirinya. Dan terakhir ia dicampakan oleh pria yang ia cintai. Lengkap sudah penderitaan Serra. Serra memiliki paras yang cantik, tetapi ia tidak begitu menarik. Pakaian yang Serra kenakan selalu membuatnya terlihat lebih tua dari umurnya. Jangankan untuk membuat laki-laki tertarik, membuat mereka melirik saja Serra tidak mampu. Hal ini terjadi bukan karena Serra tidak bisa merawat dirinya sendiri, tetapi karena ia tidak ingin ibu tiri dan dua saudarinya menyiksanya karena mencoba menarik perhatian orang lain. Di keluarganya, Serra adalah anak sulung. Namun, ia diperlakukan seperti pelayan oleh ibu dan adik-adiknya. Sementara sang ayah tidak pernah mempedulikan Serra. Menurut sang ayah, membesarkan Serra hingga saat ini sudah lebih dari cukup jika mengingat apa yang telah ibu kandung Serra lakukan padanya. Langkah kaki Serra tiba-tiba terhenti ketika ia mendengar suara mengendap-endap di belakangnya. Dengan keberaniannya, Serra membalikan tubuhnya. Rasa takut menyergapnya ketika ia melihat dua serigala besar menatapnya dengan tatapan mengerikan. "S-siapa kalian?" Berjalan mundur saat dua serigala itu melangkah mendekatinya. "Kau tidak perlu tahu siapa kami. Yang pasti kami diperintahkan untuk membunuhmu." Salah satu serigala menjawab pertanyaan Serra. Serra berlari, ia berada dalam bahaya. Kakinya terus bergerak cepat, nafasnya mulai tak beraturan. Dua serigala di belakang Serra terus mengikuti Serra. Harusnya dengan kekuatan mereka, mereka bisa menangkap Serra dengan mudah. Namun, mereka tidak mempercepat lari mereka. Membuat Serra ketakutan adalah hal yang menyenangkan bagi mereka. Seperti sedang bermain-main dengan buruan mereka. Kaki Serra berhenti melangkah. Ia tidak bisa berlari lagi karena di depannya adalah sungai yang dalam. Serra tidak bisa berenang, jika ia terjatuh maka ia akan tewas. Tidak, ia tidak mau mati sekarang. Meski ia patah hati dan sangat menderita, ia masih ingin hidup. Serra membalik tubuhnya, dua serigala yang mengejarnya telah berada di depannya. "Apa yang kalian inginkan? Jika kalian menyakitiku, ayahku tidak akan mengampuni kalian! Ayahku adalah Beta pack ini!" Serra mencoba mengancam, tetapi ancamannya tidak bekerja sama sekali. Dua serigala di depannya tidak mundur sama sekali. Malah sebaliknya, dua serigala itu melompat cepat, siap menerkam dengan cakar mereka yang tajam. Serra refleks mundur, dan ia terjatuh ke dalam sungai. Lolos dari serigala, tetapi ia berakhir di sungai, tidak lebih baik dari mati di tangan dua serigala.   Tubuh Serra tenggelam semakin dalam di sungai.   Ayah, selamat tinggal. Mata Serra mulai tertutup.   ♥♥♥   Seorang wanita berdiri di tepi jurang dengan luka tembakan di bagian perutnya. Di depannya ada dua pria bersetelan mahal. "Kesalahanmu, kau sudah terlalu banyak mengetahui tentang Golden Club, Serra. Harusnya kau hanya melakukan perintahku, bukan mencari tahu lebih dalam mengenai kami." Pria berusia 40-an dengan setelan abu-abu menatap dingin wanita yang ia panggil Serra. "Kau manusia sampah! Kau tidak pantas sama sekali menjadi direktur Badan Intelejen!" Serra memaki tanpa takut sama sekali. Direktur Badan Intelijen tersenyum sinis, "Kau memang wanita yang tidak kenal takut sama sekali, Serra. Aku sangat menyukaimu, tetapi aku benci rasa ingin tahumu dan sifat aroganmu. Kau harus tahu, kau tidak akan bisa bertahan di dunia ini karena kepribadianmu itu." "Ale, habisi dia!" Direktur BIN membalik tubuhnya, melangkah menuju ke mobil sedan mewah miliknya. Pria yang bernama Ale mengarahkan pistolnya pada Serra. Menembak kepala dan d**a Serra. Tubuh Serra terhuyung ke belakang. Rasa sakit yang sangat luar biasa mencekiknya, hingga matanya berair. Kelopak matanya mulai tertutup, membuat pandangannya mulai menggelap. Gravitasi menariknya cepat, membuat tubuhnya terhempas ke lautan dan tenggelam. Darah merah yang keluar dari tubuhnya bercampur dengan birunya air lautan. Benarkah ini adalah akhir dari hidupnya? Mati karena pengkhianatan dari orang yang ia percayai. Serra jatuh semakin dalam, ia sudah tidak lagi mendengar dan merasakan apapun. Hingga akhirnya sebuah suara menarik kembali kesadarannya yang sempat terombang-ambing ditelan kegelapan.   Nona Serra! Nona Serra! Bangunlah!   Semakin lama suara itu semakin menuntunnya untuk membuka mata. Hal pertama yang ia lihat ketika kelopak matanya terbuka sempurna adalah langit-langit kamar yang kusam. "Nona Serra, akhirnya kau sadar." Suara itu mengalihkan atensi Serra. Tubuhnya tiba-tiba ditimpa oleh wanita yang mengalihkan atensinya tadi, "Nona, jangan lakukan itu lagi. Jangan bunuh diri. Aku tidak memiliki teman jika Nona bunuh diri lagi."   Kerutan tebal terlihat di dahi Serra. Bunuh diri? Dirinya? Yang benar saja. Jelas-jelas ia ditembak oleh tangan kanan direkrut BIN. Atau, ini adalah skenario dari direktur BIN agar membuatnya terlihat seperti bunuh diri. Sial! Serra akan membuat perhitungan dengan direktur BIN yang telah mengkhianatinya itu. Serra mendorong wanita yang memeluknya. Ia menyibak selimut lalu bangkit dari ranjang. Rasa pening menerjangnya begitu kuat hingga ia memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Nona, kau mau ke mana?" Wanita di dekat Serra meraih lengan Serra. "Lepaskan aku!" Serra mengibaskan tangannya kuat hingga genggaman tangan wanita tadi terlepas. Ia turun dari ranjang masih dengan kepalanya yang pening. Serra menggelengkan kepalanya kuat, mencoba mengusir rasa sakit yang menghantam kepalanya. Ia melangkah menuju pintu kamar, mengabaikan panggilan dari wanita di belakangnya. Wanita yang merasa sangat heran dengan tingkah Serra. Ketika Serra keluar dari kamarnya ia terus melangkah, melewati beberapa orang yang berada di sebuah ruangan besar yang sepertinya adalah ruang keluarga. "Mau pergi ke mana kau, Serra?!" Suara tegas itu menghentikan langkah Serra. Ia tidak mengenal suara asing itu, tetapi ia memilih berhenti karena ia merasa dipanggil. Mata Serra menatap sosok pria asing yang duduk di sofa bersama dengan tiga orang wanita. "Tch! Bagaimana bisa kau berdiri tanpa rasa bersalah setelah mempermalukan ayah!" Seorang wanita muda yang Serra perkirakan usianya baru belasan tahun menatap Serra penuh kebencian. "Siapa kau?" Serra bertanya datar. Satu-satunya nada suara yang begitu ia kuasai. "Ah, setelah mencoba bunuh diri dan sekarang kau bersikap seolah lupa ingatan. Sandiwara apa yang kau mainkan ini, Serra! Berhenti mempermalukan keluarga ini!" Wanita lain kini bersuara dengan tatapan yang sama. Lagi-lagi tentang bunuh diri. Nampaknya direktur BIN memasukan banyak orang untuk membuat sebuah cerita. Namun, ini sangat menggelikan bagi Serra. Jelas-jelas ia hidup sebatang kara, dan direktur BIN membuatnya memiliki keluarga yang utuh. "Kalianlah yang harus berhenti bersandiwara karena orang yang memerintahkan kalian akan aku binasakan!" Setelah mengucapkan kalimat tajam disertai dengan tatapan dingin, Serra kembali melangkah. "Sayang, putrimu sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya." Wanita yang lebih tua dari dua wanita lainnya bicara pada suaminya. "Hentikan dia, Olyn! Jangan biarkan dia membuatku lebih malu!" Satu-satunya pria diruangan itu memberi perintah pada wanita yang ada di kamar Serra. "Baik, Tuan." Wanita itu segera menyusul Serra. "Nona Serra, berhenti!" Ia memanggil Serra, tetapi diabaikan oleh Serra. Serra membuka pintu besar kediaman itu lalu melangkah keluar. Di depan teras terdapat pria-pria berbadan tegap dan kokoh yang berjaga. Mereka pasti orang-orang yang dikirim direktur BIN agar ia tidak kabur dari sana. "Hentikan dia!" Perintah itu datang dari pria yang tadi diruang keluarga. Dua pria menghadang Serra kemudian mereka meraih tangan Serra. Tanpa mereka duga, Serra memutar tangan mereka. Melakukan beberapa gerakan beladiri yang akhirnya membuat mereka terlentang di lantai. Apa yang Serra lakukan membuat pria yang memberi perintah tadi terkejut. Bagaimana bisa anaknya menjatuhkan dua penjaganya? Ketika dua pria itu gagal, dua pria lain datang. Serra kembali membuat dua pria lain itu bernasib sama. Meski kepala Serra sakit, ia masih memiliki tenaga untuk membuat lawannya kalah. Suara geraman dan retakan tulang terdengar nyaring membuat Serra yang hendak melangkah mengurungkan langkahnya. Ia melihat ke belakang dan menyaksikan salah satu wanita muda di ruang keluarga berubah menjadi serigala berwarna coklat dan hitam. Dengan kecepatan sepersekian detik, serigala itu berhasil menerjangnya. Menindih tubuhnya dengan tubuh besar serigala itu. Cakar serigala itu menggores dadanya, membuat dadanya terluka dan berdarah. Serigala itu mengaum marah tepat di depan wajah Serra. "Aleeya, hentikan!" Sang ayah memerintahkan anaknya untuk berhenti. Serigala yang dipanggil Aleeya itu terlihat tidak ingin melepaskan Serra. Jelas sekali ia ingin menghabisi Serra dengan tangannya, tetapi ia tidak mungkin melakukan itu di depan ayahnya. Ia melepaskan Serra dan kembali ke wujud manusianya. "Bawa dia masuk dan kunci di kamarnya!" Pria yang tidak lain adalah Beta Steve memberi perintah pada guard kediamannya. "Baik, Beta." Dua penjaga segera mendekati Serra. Mengunci tangan Serra lalu membawa Serra masuk kembali ke ruangan tempat Serra terjaga. Sepanjang jalan menuju ke ruangannya, Serra terlihat seperti orang yang kehilangan akal sehatnya. Ia masih tidak percaya pada apa yang ia lihat. Bagaimana mungkin manusia bisa berubah menjadi serigala? Ia pasti salah lihat, tidak mungkin ada manusia serigala seperti di film atau novel. Saat keasadarannya kembali, Serra sudah berada di kamarnya bersama dengan Olyn. "Nona, jangan membantah Beta Steve. Tetaplah di dalam sini sampai kemarahannya reda." Olyn menasehati Serra. Beta? Serra tahu panggilan ini. Panggilan untuk pimpinan kedua di sebuah perkumpulan serigala. "Di mana aku berada saat ini?" Olyn menatap Serra khawatir, "Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nona? Kenapa kau tidak mengingat di mana kau berada dan juga keluargamu?" "Katakan saja aku di mana! Jangan banyak bicara!" Serra kembali bersuara, matanya memaksa orang untuk tunduk padanya. "Dark Moon Pack. Pack terkuat di benua ini." "Dan kau adalah manusia serigala?" "Ya. Aku manusia serigala begitu juga denganmu, Nona." Serra mendengus. Dia manusia bukan manusia serigala yang dibicarakan oleh wanita di depannya. "Tunjukan wujud serigalamu!" Olyn semakin heran dengan majikannya. Meski begitu ia tetap melakukan perintah majikannya. Ia mengubah wujudnya menjadi serigala berwarna abu-abu bercampur hitam. Serra terdiam. Ia berharap ini mimpi tapi dengan situasi saat ini ia tahu ini adalah kenyataannya. Serra segera melangkah menuju ke kaca yang ada di sudut kamar. Ia mencoba memastikan saat ini bahwa ia adalah manusia bukan manusia serigala seperti yang dikatakan oleh wanita tadi. Mata Serra terbuka lebar. "Tidak mungkin." Ia melihat wajah orang lain di kaca. Wajah asing yang tidak pernah ia lihat sekalipun. Serra mundur dari kaca. Bagaimana bisa ia hidup kembali di tubuh wanita lain, dan wanita itu adalah manusia serigala.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD