Eps 01. Telat

573 Words
Hai, aku Emma Shu, jangan lupa follow aku dulu ya. Follow juga instagramku @emmashu90 __________ Ashel Shazfa Azkarya, wanita bercahaya yang sukses serta bersih dan dihormati. Saat SMA sering dipanggil dengan singkat, Shel. Akhirnya julukannya jadi Selokan. Awalnya Ashel ngomel-ngomel saat mendapat julukan itu. Dia mengamuk dan memukuli siapa saja yang berani memanggilnya demikian, tapi seiring berjalannya waktu, gadis berambut agak kemerah-merahan itu tidak bisa menolak julukan tersebut. Apa boleh buat? Pernah menonjok wajah kakak kelas saat masa orientasi siswa, gara-gara dibentak-bentak saat disuruh ngelap sepatu sang senior dan dia menolak. Akibatnya kepalan tangannya mendarat di muka senior. Kegalakannya tidak diragukan lagi. Pokoknya ganas. Sekarang sudah dua puluh dua tahun, mahasiswi tingkat akhir dan saat ini sedang memulai magang di sebuah perusahaan. Betah menyendiri sejak nikah muda. Belum sempat disentuh suami, keburu suaminya meninggal. Akhirya dikenal sebagai janda perawan, entah dari mana rumor itu bisa beredar luas. Cita-citanya jadi pemilik restoran besar, tapi malah nyasar kuliah di jurusan perkantoran. *** Nazril Athafariz. Si ganteng yang jadi pangeran sekolah sejak SD sampai SMA. Meski ganteng, dia tak lantas luput dari julukan teman-teman SMA-nya, Risoles. Akhiran Ris, diterusin jadi Risoles. Pernah patah hati saat SMA sampai rela makan durian sepuluh butir demi melampiaskan sakit hati. Berharap mabuk tapi malah kekenyangan dan tak henti buang angin. Betah menjomblo meski banyak yang naksir. Punya motto ‘jomblo bukan berarti tidak laku, tapi pasang kelas tinggi’. Narsis, kan? *** Ashel berlari secepat kilat setelah menempelkan jempol di mesin ceklok untuk absen. Seketika dia melotot menatap mesin menunjuk angka 08.04 am. Artinya dia sudah telat empat menit saat itu. Pasti absennya akan merah. Langkahnya terdengar menggema di koridor kantor. “Mampus mampus!” Berulang kali ia mengucapkan kata yang sama sembari menatap arloji di tangan. Sudah tiga hari magang, dia tidak pernah telat. Dan di hari ke empat, dia harus mencatat sejarah buruk. Bisa magang di perusahaan besar sudah merupakan anugerah baginya. Tapi bukannya memanfaatkan kebaikan, dia malah menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Manager yang katanya menempati ruang sebelah itu akan masuk hari ini setelah sepuluh hari menjalankan cuti. Dan ini adalah hari pertama Ashel akan bertemu dengan manager yang menurut desas-desus lulusan Jerman. Lalu bagaimana imagenya di depan sang bos? Akankah nilainya nanti akan baik? Ya ampun, Ashel panik. Jangan sampai bayangan buruk di pikirannya terealisasi. Ashel membuka pintu dan masuk ruangan. Ada lima orang yang duduk satu ruangan dengannya. Semuanya sudah duduk rapi di meja masing-masing sembari memelototi layar laptop, kecuali Pak Danu, lelaki tengah baya yang menjabat sebagai kabag di bagian administrasi. Lelaki itu berdiri di dekat mejanya. “Ashel! Jam berapa ini?” Ashel menoleh ke sumber suara bariton bernada tinggi itu. Pak Danu berkacak pinggang. “Kamu telat! Silakan keluar!” Ashel mendengus sambil membenarkan jilbabnya yang agak berantakan. Hanya telat empat menit ia mesti diusir dari ruang kerja? Keterlaluan! Dih, si tua kurus kering yang rambutnya kelihatan gaul akibat cat alami warna putih itu menatap horor pada Ashel. Sombong sekali si lelaki tua itu sampai merasa tidak dihargai hanya karena masalah sepele. Ashel yang baru tiga langkah melewati pintu pun membeku di tempat. “Silakan keluar!” ulang Pak Danu menunjuk pintu. Sumpah! Ini lebih kejam dari guru SMA dulu yang dianggap paling horor. Dan di tempat magang, Ashel menemukan atasan yang killer parah. Jika waktu SMA Ashel pernah dihukum guru karena nyantai makan siomay hingga mengakibatkan telat satu jam pelajaran, sekarang ia mesti diusir atasan hanya gara-gara telat beberapa menit. Astaga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD