PROLOG

1006 Words
Penulis tersebut melanggar peraturan platform dengan sangat serius, tidak menghormati pembaca platform. Tolong jangan membuka kunci buku dari penulis tersebut. Kami sedang menanganinya, terima kasih atas kerjasamanya. Di sebuah ruangan tertutup, kedua anak manusia sedang sibuk berkasak-kusuk mengenai hal kesenangan dunia. Mereka sudah menikah dan saat itu sang suami merasa sangat bahagia hingga keinginan meluapkan rasa bahagia dalam diri begitu saja tercetak jelas dari tingkah laku memaksakan kehendaknya. “Sayanggg ... ayolahhh ... Aku sudah tak bisa menahannya lagiii,” rengek seorang pria dengan pakaian khas seorang koki. Ia dan istrinya sedang menyortir bahan makanan di restoran peninggalan ibu mertua. Namun, pikiran kotor telah bergelajut manja di sana dan membuat hampir sepuluh menit lelaki itu sibuk mencumbu sang istri habis-habisan. Akan tetapi, tetap saja rasa sesak akibat gelora dalam dirinya yang hampir meledak, tak dapat lagi ia bendung, hingga sedikit memaksa pun ia lakukan di sana. “Divooo ... berhentilah bertingkah seperti anak kecil! Di sini sangat berbahaya. Apa kau tak lihat pipa-pipa tabung gas itu?” tunjuk Julie Ashley, istri sekaligus pewaris tunggal restoran mewah di pusat kota Seattle ini. Ia begitu khawatir dan sejak tadi sudah merasa sangat tidak nyaman terus berada di sana. Akan tetapi, tak sanggup menolak ajakan mesra dari lelaki yang sudah menjadi suaminya. “Divooo .... Apa kau lupa di sini juga terpasang CCTV? Mereka bisa melihat kita kapan saja mereka mau. Ayolah berhenti seperti ini,” pinta Julie dengan menangkup kedua telapak tangannya di d**a. Sayangnya, Divo sudah kepalang tanggung dan ia kembali menarik Julie ke dalam pelukannya dan melumat habis bibir sexy yang kini sudah menjadi candu baginya. Maka keduanya pun saling bertukar saliva dan juga meraba-raba tubuh satu sama lain. Tak lama berselang, Divo pun berhasil membuka semua kancing kemeja istrinya, masih dalam keadaan bibir mereka yang saling bertautan. Lenguhan nikmat terdengar di kedua indra pendengaran Divo dan ia pun semakin bersemangat memainkan gundukan dua daging kenyal di area d**a Julie. “Divooo ... Ouughhh ... Shiiitttt ... Ap-pa yang kau lakkukannn ... Sa-yanggg ... Achhh ... Iniii ... Accchhh ....” Divo tersenyum menyeringai melihat Julie menggeliat karena sentuhan bibirnya yang basah. Tubuhnya semakin menghangat seketika itu juga dan ia pun dengan cepat melepaskan apron serta baju kebesarannya sebagai koki senior di Delicious La Fonte Resto. Maka kini, keduanya telah sama-sama polos dengan deru napas memburu di tengah kilauan tatapan berkabut hasrat. “Kita lakukan di sini, yah? Aku janji akan pelan-pelan. Aku hanya ingin menengok bayi kita, Sayang. Boleh, kan?” bisik Divo dengan intonasi manja yang semakin membuat bulu kuduk Julie meremang. Aliran darah wanita itu pun mengalir deras dan mengantarkan rasa panas yang tak mampu ia ucapkan dengan kata-kata, hingga akhirnya ia kembali terlena oleh rayuan gombal Agradivo Chaniago, lelaki yang berstatus suaminya sendiri. Lantas layaknya mata kail yang diisi umpan? Perlahan tapi pasti Julie pun mulai memakan umpan demi umpan yang disuguhkan Divo. Kini keduanya sudah dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, dengan posisi seragam kebesaran sang Koki Seniorlah yang menjadi alas mereka berdua. “Juliiieee ... Akuuu ... Oughhh ... Kauuu ... Ssstt ... Kau sangat cantik, Sayanggg ... auuchhh ... yeachhh ...” “Heemmm ... Jangan banyak bicara, Sayanggg ... Ayo teruslah bergeraaakkk ... Oooughhh ... Akuuu ... akan sampaiiii ... Sss-sedikit lagiii ... Achhh ...” Kedua anak cucu Adam itu terus saja meracau diantara pergerakan tubuh mereka. Saling melumat kadang menjadi hal lain yang menetralisir letupan bara api dalam banyaknya kucuran peluh, hingga terkadang Divo pun turut menghadiahkan gigitan manja di sepanjang leher jenjang istrinya lagi dan lagi. Benar saja, gigitan tadi ternyata semakin membuat pandangan mata Julie berkabut gairah dan tak sampai tujuh detik berlalu? Wanita itu pun histeris mendapati pelepasan pertamanya. “Oughhh ... fassterrrr... Baibehhh .... Fasterrr... Akuuu ... akan sampaiii ... yeachhh ... ooughhh ... f*****g so biggg ... Uchhh ... Ougghhhhh .... Achhhh ....” Akan tetapi, Divo belum mau berhenti bergerak karena memang sang Koki senior itu belum mencapai puncak pelepasannya. Ia dengan cepat membalikkan keadaan dan membuat Julie berada di atas tubuhnya, lalu tanpa dijelaskan lagi? Istri cantik itu pun mulai bergerak dan menuruti kemauan sang Suami. Ia bergerak dengan lincah dengan gerakan mainstream naik turun. Namun, sesekali Julie pun merubah gerakannya menjadi berputar searah jarum jam. “Ouughhh ... Shiiittt ... Enakkk ... Sayanggg ... Enakkkk ... Terus seperti iniii... Sayaanggg ... Teruuusss...,” racau Divo tak terbendung. Lelaki Asia itu sangat menikmati pemandangan tubuh polos Julie disertai goyangan nikmatnya dan sesekali kaki besarnya bergerak absurd ke segala arah. Sayangnya gerakkan kaki itu sempat mengenai pipa gas yang tersambung ke pantry utama Delicious La Fonte Resto dan hal itu tidak dipedulikan oleh sang Koki senior. Bukan karena ia tidak peka? Tapi karena memang birahilah yang membuatnya melayang jauh ke angkasa. Ibarat kata, manusia mana sih yang dapat berpikir jernih, ketika dalam posisi seperti itu? Sayangnya pemikiran tersebut tak berlaku bagi takdir yang sudah digariskan oleh sang pencipta, hingga sebuah kemalangan pun ternyata tidak bisa dihindari oleh Divo dan Julie. Pipa-pipa gas yang sempat terkena tendangan dari sang Koki Senior itu pun ternyata bergolak dan menimbulkan tanda bahaya, dengan bau gas yang tentu saja sangat menyengat memenuhi ruangan tempat penyimpanan bahan makanan tersebut. Divo yang segera sadar setelah bau gas tadi menusuk ke rongga hidungnya, segera menoleh ke arah bawah kakinya dan mendapati asap putih keluar sedikit, demi sedikit dari celah lubang gas yang dilihatnya. Maka secepat kilat, ia bergerak dan mencoba untuk melindungi Julie Ashley, sang istri tercinta. Namun sayang, seribu sayang? Semua sikap heroik Agradivo Chaniago itu ternyata tak membuahkan hasil apapun. “PAAAMMMM ... JULIIIEEE ... AWASSSS!! ARGGHHH ....” “KHYAAAA ....! DIVOOOOO .... NOOOOO!!! AUWHHHH ... DIVO? DIVOOO? DIVOOOO ... BANGUUNNN ... SAYANGGG ... BANGUNNN!!!” Kedua anak manusia itu tertimba reruntuhan bangunan dan teriakan histeris pun menjadi sebuah ironi yang tergambar dari keduanya. Divo tak sadarkan diri dengan darah yang tercecer di sana-sini, sedang Julie terus saja menangisi Divo. Untung saja sebelumnya, Divo sudah mendorong Julie menjauh dan bangunan itu hanya runtuh separuhnya. Jika tidak? Entah seperti apa nasib yang akan menimpa keduanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD