PROLOG

474 Words
"Oom Yoyooo," rengek Flo ketika melihat langkah lebar-lebar dari Yongka.  "Baby... maafin Oom Yoyo baru dateng, ya, Baby."  Yongka tidak bisa tenang sedikit pun mendapat kabar dari dokter rekanan kerja di rumah sakitnya, kalau adik kesayangan Yongka-Yessynta-membawa anaknya yang katanya alergi dengan makanan protein tinggi.  Synta tidak sempat melarang Yongka masuk, meski perjanjian keduanya jelas sekali. Setelah menghabiskan satu malam terakhir di Jepang, Yongka tidak boleh lagi menemui baby Flo. Namun, nyatanya tidak begitu.  Yessynta tidak tahu harus bersikap bagaimana, Yongka begitu terlihat cemas melihat Flo yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus yang tertancap pada tangan kanan Flo.  "Oom Yoyo, tangan Flo sakiiitt." Gadis kecil itu mengadu pada Yongka, sebab dia tahu Yongka begitu menyayanginya. Seolah paham jika dia bisa mendapatkan sosok ayah dari Yongka.  "Kenapa tangan baby Flo sampai bengkak, Synta? Siapa dokter yang nanganin baby Flo kita?"  Belum sempat Synta membalas, pintu kamar rawat inap anaknya terbuka, menampilkan sosok anggun nan cantik.  "Hai, Syn. Gimana kondisi Flo?" Memaksa senyumannya muncul, Yessynta menahan sesak di dadanya karena harus menghadapi situasi seperti ini.  Synta melirik dari ekor matanya, Yongka memandang ke arahnya. Yessynta benar-benar dalam situasi dilema. Jujur, dia ingin memasang wajah dingin dan ketus yang sempat dia miliki saat menjadi model dulu. Tapi melihat Flo, semuanya hilang. Yessynta ingin menjadi ibu terbaik bagi Flowers.  "Baikkan, kok. Semalam memang dia sempat kejang, tapi dokter Amrin sangat berbaik hati merawat Flo dengan telaten, padahal seharusnya dia habis jam praktek. Kalau dokter Amrin tega..." "Seharusnya dia bisa lebih profesional kalau mau infus anak-anak. Aku nggak peduli kalau yang dia tangani orang dewasa, bisa nahan sakit. Ini baby Flo... dia masih sangat kecil buat nahan rasa sakit diinfus!" sentak Yongka tak suka.  "Hon, jangan marah-marah gitu, dong. Dokter Amrin juga pasti sudah melakukan yang terbaik," Eva mengingatkan. Yessynta tidak peduli pada apa yang suami istri itu perdebatkan, karena pandangannya fokus pada baby Flo yang lengket dalam pelukan Yongka. Hatinya remuk redam melihat semua ini. Masalahnya, jika Eva dalam keadaan tidak berbadan dua saat ini, Synta masih bisa santai. Namun, yang dia dapati kini... "Papanya Flo nggak dateng nemenin, Syn?"  Yessynta benci pertanyaan itu. Dia membenci semua kalimat yang selalu membuat baby Flo semakin bersedih. Yessynta bisa melihatnya. Yongka secara posesif memeluk tubuh baby Flo semakin erat. Berkali-kali kepala putrinya diberi kecupan dalam oleh Yongka, dan Synta tidak melepaskannya dari pandangan. Inikah saatnya? "Synta?" tegur Ganeva.  "Papa Flo sudah meninggal, Mbak Eva..." Teriris sudah. Yongka tidak menyangka jika kalimat itu yang akan keluar dari bibir Yessynta. Wajah Synta yang mengeras menjadi tanda, bahwa Yongka tidak memiliki ruang yang cukup untuk mendapat pengampunan dari perempuan yang sudah melahirkan anaknya hingga tumbuh besar secantik sekarang. Yongka tidak diberi kesempatan untuk mengatakan pada seluruh dunia, bahwa Flowers adalah anaknya. Anaknya dan Yessynta. Anak yang dia cintai, hingga rasanya dia ingin mati saja karena Flo tidak diakui sebagai miliknya. Putrinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD