Prolog

180 Words
Semula, hidup Amelia penuh kebahagiaan. Kasih sayang yang melimpah dari orang-orang sekitarnya, serta dukungan dari sahabat-sahabatnya. Tak pernah sekalipun Amelia menangis, tawalah yang selalu menghiasi wajahnya. Namun itu dulu, sebelum fitnah keji yang menimpanya. Orang yang selama ini ia kenal sebagai sahabatnya, tega memfitnah Amelia dengan membuat Amelia seolah-olah tidur dengan banyak laki-laki. Jujur, Amelia tidak pernah berbuat sehina itu. Ia hanya tidur dengan suaminya. Adelia membantah itu semua, tapi apa daya? Bukti sudah ada di tangan, dan entah mengapa, bukti itu terlihat nyata adanya. Tidak ada lagi yang percaya padanya, ia dikucilkan, ia dibenci. Laki-laki yang sangat dicintainya pun, tidak mempercayainya. Termasuk keluarganya. Amelia harus menanggung beban berat di saat ia tengah hamil. Suaminya tidak percaya jika bayi yang dikandung Amelia, ialah buah hatinya. Hingga akhirnya Amelia terusir dari rumahnya. Tidak ada yang mau menerima wanita itu. Dia tidak memiliki apapun, selain buah hatinya yang masih berlayar di alam kandungan itu. Bahkan sepeser uang pun tak ia miliki. "Sayang, maafin Ibu yang nggak bisa bahagiain kamu nanti." Ia mengelus perutnya yang masih datar, lalu mengusap sudut matanya yang berair.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD