ANYA LARASATI

1638 Words
PART 1 – ANYA LARASATI Anya Larasati, dengan tinggi dan berat badan proporsional, 162 cm/55 kg. Rambut panjang berwarna coklat, kulit cerah dan warna manik mata yang senada dengan warna rambutnya. Di usianya yang masuk ke tahun dua puluh lima sekarang ini, Anya mempertahankan status jomblonya bukanlah tanpa alasan. Ada trauma tersendiri yang membuatnya tidak mau terikat komitmen pernikahan atau hubungan percintaan. Sampai suatu ketika seorang sahabat dekatnya sendiri memberanikan diri melamar Anya untuk menjadi istrinya. "Mickey, ini apa-apaan sih? Norak tahu enggak?" sergah Anya ketika melihat sahabatnya Mike bersimpuh di depannya dengan satu lututnya. Ada kotak perhiasaan terbuka dengan cincin berkilau di dalamnya di tangan kanannya. Ekspresi Anya terlihat panik saat itu. Tapi Mike tidak mengurungkan niatnya untuk melamar Anya yang sudah lama ia cintai itu. "Bangun Mickey, aku enggak suka lihat kamu begini!" Anya mulai melihat sekitar, dan beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Duh! Suwer deh aku enggak suka lihat Mike begini, batin Anya. "Anya, kamu mau kan nikah sama aku?" tanyanya dengan wajah setengah memelas. Tuh kan! Apa yang aku takutkan kejadian! Gumam Anya dalam hatinya. "Mickey---" Mike menatap Anya dengan tatapan sendu, seakan-akan sudah bisa menebak dari ekspresi Anya bahwa akan mengatakan sesuatu yang membuatnya kecewa. "Sorry Mickey! Aku enggak bisa terima lamaran kamu, kamu tahu kan kenapa?" sahut Anya seraya menutup kembali kotak perhiasan berwarna merah tersebut dan memberikan gestur bahwa ia menolak lamaran sahabatnya itu secara baik-baik. "Kita kan sahabatan Mickey, kamu tahu kan kenapa aku enggak bisa terima lamaran kamu ini? Aku lebih nyaman kita seperti sekarang ini" ujar Anya berusaha menghilangkan ekspresi kecewa di wajah Mike. "Memang ada ya larangan menikah sama sahabat sendiri? Aku sudah lama cinta sama kamu Anya!" ujar Mike, "dan kamu bisa belajar untuk cinta juga sama aku, dengan kita menikah. Aku yakin lama-lama kamu bisa jatuh cinta sama aku" sambung Mike sambil meraih tangan Anya dan menggenggamnya. Sebetulnya tidak ada yang salah pada diri Mike. Mike adalah seorang pengusaha sukses, yang tampan dan mapan. Ia juga merupakan pria dengan personality yang menyenangkan. Penampilan fisiknya bisa membuat iri wanita yang ingin berdekat-dekat dengannya. Ia tinggi dengan rambut hitam dan mata coklatnya, wanita lain mungkin akan langsung menerima lamaran Mike yang terbilang cukup romantis ini. Tapi tidak Anya. Harusnya Mike sebagai sahabatnya tahu itu! Anya menghela napasnya, "Aku belum siap untuk menikah Mickey, dan belum mau! Mungkin tidak mau. Pokoknya saat ini aku enggak mau menikah!" jerit Anya hampir histeris. Mike akhirnya berdiri dan duduk di depan Anya. Pandangan orang-orang yang merasa iba padanya karena ditolak ia abaikan. Walaupun rasa sakit karena ditolak Anya merebak memenuhi dadanya. Tapi ia berusaha mengerti perasaan trauma sahabatnya ini. Anya punya trauma terhadap pernikahan, karena latar belakang keluarganya yang kelam. Ayahnya pergi meninggalkannya di saat ia masih kecil. Dan mengharuskan ia dan ibunya berjuang untuk bertahan hidup sampai akhirnya ibunya menemukan pengganti ayahnya. Sakit hati ibunya kala itu sangat membekas di benaknya dan tidak pernah ia bisa lupakan penderitaan ibunya karena ditinggal pergi ayahnya. "Tapi aku bukan laki-laki seperti papa kamu Anya! Please jangan samakan semua laki-laki seperti itu!" Mike berusaha membuka hati Anya. Anya menggelengkan kepalanya. "Mungkin dulu papaku seperti kamu Mike. Sangat mencintaiku mamaku" Anya menghela napasnya dan melanjutkan, "tapi ternyata?" "Anya---" "Mike please! Aku enggak mau merusak persahabatan kita! Untuk saat ini aku enggak mau menikah dengan siapapun!" tegas Anya menahan suaranya agar tidak terlalu keras. "Ok! Fine, kalau itu mau kamu. Tapi aku enggak mungkin bisa jadi sahabat kamu lagi! Aku enggak bisa terus-terusan menahan perasaan aku ke kamu Anya! Kamu mau aku selalu ada buat kamu, kamu mau aku dekat terus sama kamu, dan kamu mengabaikan perasaan aku?! Kalau kamu tolak aku, berarti persahabatan kita juga berakhir Anya" ujar Mike membuat mata Anya membelalak, dan ia merasa terintimidasi karenanya. Anya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Aku enggak nyangka kamu kekanakan dan egois banget ya Mike. Kamu tahu aku itu sayang kamu sebagai sahabat, kamu lihat kan? Begini jadinya kalau mulai pakai perasaan. Dan kamu bilang sekarang kamu mau tinggalin aku?!" tanya Anya mencecar Mike dan memandangnya dengan ekspresi kesal. Mike menghela napasnya, "Terserah, tapi kalau kamu memang enggak bisa terima lamaranku, aku juga enggak bisa ada di sisi kamu lagi Anya" ujar Mike sambil melangkah mendekat ke Anya dan mengecup dahinya beberapa saat, kemudian ia berlalu meninggalkan Anya. "Bye Anya" gumamnya pelan saat melewati Anya. Anya memperhatikan punngung Mike yang lama kelamaan menghilang di balik dinding restauran. Paling ngambek sebentar aja, besok juga udah ceria lagi, pikir Anya. Mike memang sudah beberapa kali menyatakan perasaannya pada Anya. Tapi Anya tidak pernah menanggapinya serius, dan puncaknya malam ini Mike malah melamarnya. Ya, jelas saja Anya menolaknya! Dasar keras kepala, batinnya. . . . Tiga bulan sejak penolakan Anya itu, Mike tidak pernah menampakkan lagi batang hidungnya. Pesan atau telepon Anya pun diabaikan oleh Mike. Dia jelas marah besar, pikir Anya. Dan Anya berhenti memikirkan Mike atas saran teman-teman dekatnya. 'Karena cinta bisa muncul pada siapa saja, tapi tidak ada yang bisa memaksanya muncul begitu saja' Jadi menurutnya tidak ada yang bisa memaksanya untuk mencintai Mike lebih dari sahabat, karena itulah yang dirasakan Anya pada Mike, sahabatnya sejak SMA. Malam ini Diva, salah satu sahabat Anya, sedang berusaha membujuk Anya agar mau datang ke pesta yang diadakan Sasy dan tunangannya, Dany, besok malam. "Ini kan pesta terakhir Sasy sebelum menikah, Nya!" tukas Diva. Anya memandang sahabatnya yang cantik itu. Rambut pirang yang panjang dengan wajah bulat yang menggemaskan, namun sangat menyebalkan malam ini. Diva sang pemaksa ini tidak akan berhenti bicara kalau keinginannya belum tercapai. Alih-alih menanggapi sahabatnya, Anya malah sibuk meneruskan pekerjaannya membereskan perangkat makan dari mesin pencuci piring. Kemudian ia melewati Diva yang sedang asyik menonton TV, untuk membuka jendela apartemennya agar udara malam Jakarta yang sejuk masuk ke ruangannya. Anya juga mematikan AC ruangannya dan diiringi dengan jeritan Diva. "Anyaa...! Kenapa lo matiin AC-nya?" "Hemat listrik! Angin dari luar lebih sejuk, kan?" sahut Anya. Diva yang sebelumnya duduk di atas tempat tidur Anya sambil menonton drama korea kesayangannya, beranjak dari sana dan menghampiri jendela satu-satunya milik ruangan Anya dan menutupnya. Kemudian ia mengambil remote AC dari tempatnya dan menyalakan lagi AC-nya. "Lo dari pagi sampe sekarang kan di kantor, AC udah mati dari tadi pagi, dan baru nyala sekarang! Di mana borosnya, coba?" dalih Diva. Kemudian ia memilih duduk di sofa satu-satunya milik Anya. Apartemen Anya bertipe studio, jadi hanya punya satu ruang saja. Anya memilih ruangan yang berlantai kayu berwarna coklat senada dengan furniture-nya. Ia menyewa ruangan ini sekaligus dengan isinya. Pertama kali melihat kamar ini, Anya langsung jatuh cinta. Semua furniture-nya bernuansa kayu. "Gaji lo gede Anya! Jangan pelit sama diri sendiri..." "Sialan! Udara enggak panas-panas banget sekarang, seharian gue udah kena AC di kantor, gue mau hirup udara alami di rumah!" "Oooh..." cuma itu jawab Diva, dan mata Anya yang besar makin besar sembari tangannya menyambar remote AC dan berjalan menuju jendela lagi, kemudian membukanya lagi. "Nyamuk Nya!" "Berisik..." balasnya, galak. Diva memilih diam kalau mata Anya sudah dua kali lebih besar dari ukuran normalnya. Matanya kembali fokus pada TV, mulutnya juga tidak berhenti mengunyah camilan Anya yang ada di meja. "Gue enggak tanggung jawab kalau Sasy nyoret nama lo dari Bride's Maid-nya ya, cuma karena lo enggak mau dateng besok" mulutnya mulai bersuara lagi. Anya merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dengan ganjalan bantal yang di tumpuk tinggi untuk kepalanya. "Sumpah ya lo Va, kalau belum gue sumpel pake k****t tu mulut masih berisik aja!" Diva melemparkan bantal kursi ke arah Anya, "Gue enggak doyan k****t!" "Besok sore gue putusin dateng apa enggaknya, udah jangan bawel lagi..." sahut Anya sambil membuka ponselnya. Diva menggebrak meja dengan tangannya. "Anya! Ini kan pesta lajangnya Sasy, masak iya lo harus mikir segitu lamanya!? Lo merasa sahabatnya bukan sih?!" tukas Diva menusuk tepat di ulu hati Anya.   Anya menelan ludahnya, "Haduh gila lo ya, bikin gue dilema aja! Lo pikir itu perusahaan punya nenek moyang gue?" sahut Anya dengan ekspresi masam. Ia melemparkan kembali bantal kursinya ke arah Diva, "lagian ya, gue tahu rencana lo maksa-maksa gue, pasti ada perjodohan lagi kan?" timpal Anya lagi. "Lo enggak usah kebanyakan excuse! Lo dateng jam berapapun kita tungguin!" ujar Diva. "Lagian juga namanya dikenalin sama cowok ya enggak masalah dong harusnya? Lo kan jomblo?!" tambah Diva lagi. "Iya garis bawahin aja terus gue jomblo" "Ya memang!" sahut Diva santai, tapi membuat mata Anya mendelik menatapnya. . . . Ketika langit mulai berwarna orange di ufuk barat sana, ponsel Anya berbunyi notifikasi tanpa henti. GROUP DAMDUBIDUDAMDAM Lily : Hai gaes! Nanti malam pada dateng kan yaa? Sasy : Awas ya kalau salah satu dari kalian enggak hadir, gue suruh bayarin kawinan gue! Diva : Moddddyaarr noh! Lily : SGue bawa laki, no problem kan yah? Sasy : Iya Ly, bawa lah. Kan punya. Kalo Anya gue suruh bawa laki, kasian dia nanti bingung. Diva, lo inget tugas lo jemput Anya kan nanti malem? Jangan sampe kelupaan, ini misi penting kita bersama. Yaitu membuat Anya punya pasangan bulan ini Diva : Siap nyah! Anya : Kampret Sasy. Sasy : Bagus Va, semoga misi kita kali ini berhasil! Diva : Hooh Aamiin Sy. Walaupun gue mulai putus asa nyariin jodoh buat Anya. Anya : Terus ajaa. Sasy : Lagian, kalo kita enggak bertindak secepatnya gue takut Anya jadi bebel sama cowok terus beralih jadi suka sama kita gimana?? Hiiiy, serem enggak sih lo bayanginnya? Apalagi terakhir kemarin itu dia sudah nolak Mike! Mike sekeren itu aja ditolak coba?! Diva : Lo mo test enggak Sy? Coba lo tembak Anya gih, jangan-jangan malah diterima lagi. Anya : Wooy! Bisa enggak bikin grup sendiri aja yang enggak ada gue-nya? Lagian ya kalo gue mau suka sama cewek, ya enggak mungkin sama lo pada juga kali, miring gitu otaknya semua! Diva : Ya udah pokoknya lo siapin aja groom-nya Sy, gue siapin bride-nya #abaikanAnya Sasy : Laksanakan! Lapananam!! #anggapAnyagakada Anya : Anya left group  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD