Prolog

1245 Words
Untuk menghindari kebingungan, pusing, dan plot yang kalian kira hole hingga menimbulkan huru-hara maka disarankan mencari dan membaca judul buku pertama Teka-teki: Enigma selain Luvoirte Tale Trilogy di mana semua teka-teki dari seri I Need Romance-Fleuve berawal juga bermuara. Selamat mencari petunjuk dan temukan makna hidup di dalam setiap judulnya, sebab ada cerita yang serumit kisah nyata. Urutan #I Need Romance-Fleuve: 1. Teka-teki: Enigma 2. Luvoirte Tale Trilogy Vol. 1: Taming Them 3. Luvoirte Tale Trilogy Vol. 2: Their Seductive Bride 4. Irudimena: Fantasy (eksklusif Stary/Innovel) 5. Hello Love Sign 6. Sećanja: Memori (eksklusif Stary/Innovel) 7. Rasa: Känsla (eksklusif lapak lain) 8. PErSONA 9. Renjana: Lachtára 10. Takdir: Moira 11. Bias: Dari Uncle, Jadi Daddy 12. Luvoirte Tale Trilogy Vol. 3: Quadruplets Love Missions ——✧✧✧——✧✧✧——✧✧✧—— Awas! Jebakan konten-konten dewasa. "Siapa, Lo?! Jangan macem–macem ya! Gue DAN-3 taekwondo. Berani deketin gue, kelar hidup lo!” gertak gue sok galak, padahal tubuh gue mulai merinding antara takut bercampur, takjub? Aneh banget perpaduannya, ‘kan?! Oh my, tenang Jenno jangan panik dan tetep kontrol ekspresi lo. Lo pasti bisa memikirkan jalan keluarnya. Inget! Setenang air agar bisa menguasai keadaan. Gue mulai komat–kamit dalam hati merapalkan mantra pengendali jiwa raga. Berusaha menguasai keadaan dan kesadaran saat mata polos gue digoda habis-habisan sama penampakan makhluk blasteran surga di depan gue. Dia bener-bener gak baik buat kesehatan karena bikin gue lupa berkedip apalagi bernapas. "Kamu yang menginginkan saya kemari, apa kamu tidak ingat?” tanya makhluk seksi sekaligus misterius yang masih betah berdiri ala super model di depan gue. Wah! Coba–coba ngarang cerita nih orang. Gantengnya paripurna sih, tapi kok tukang ngayal gini? "Semalam kamu yang panggil saya, ‘kan?” tambahnya. Wuapa?! Kapan? “Kalau lo mau nge-prank gue, lo salah besar! Jangan-jangan lo suruhannya Bang Tamtam ya? Atau si Nanas? Gak mungkin kalau Kak Bella apalagi Kak Diba ....” Intonasi gue semakin lirih, tak yakin. Kepala rasanya mulai pening gara-gara diajakin mengungkap fakta, padahal lambung gue dalam keadaan meronta minta diisi. Gue bisa mati berdiri kalau terus begini. Hati dan pikiran gue makin gak sejalan karena cowok di depan gue ini. Bayangin aja, badannya manly mirip cowboy; Kulit putih bersih ala Oppa–Oppa Korea; Tatapan mata tajam dari iris emeraldnya persis hutan sss yang sanggup menyesatkan gue; Bibir tipis di atas, tapi sedikit tebal di bawah yang selalu tersenyum manis bagaikan kembang gula; Terus ditambah ekspresi wajahnya yang meneduhkan itu loh. Oh, jangan lupakan that deep, low, husky and raspy voice yang bikin gue pengen berkembang biak seketika! Rasanya sekrup di otak gue udah mulai kendor satu per satu, alamak! Ya Tuhan, apa salah hamba? Gue gak mengidap sleepwalking terus bawa pulang anak orang sembarangan, ‘kan? Atau malah ini efek samping keracunan karena sembarangan minum obat yang udah expired gitu? Makanya gue mulai berhalusinasi. Bisa-bisanya dia bikin gue gagal segala-galanya, mulai dari gagal berpikir logis sampai gagal mengingat cara bernapas dengan benar. Gue jadi susah mencerna keadaan absurd yang menimpa gue pagi-pagi begini, 'kan! “Saya akan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi dengan satu syarat. Mulai sekarang kita akan tinggal bersama, dan kamu tidak bisa menolak,” katanya dengan nada riang, padahal tersembunyi perintah di balik senyuman manis yang sukses bikin kepala gue makin nyut-nyutan dan badan meriang. Apakah ini tanda jatuh cinta? Nope, sepertinya karena gula darah gue doang yang lagi ngedrop. Masa gue segampang ini demen sama makhluk yang gak jelas?! "Dasar orang gila, Lo! Gue gak mau tahu! Pergi sekarang juga!” bentak gue pengen mencak-mencak, tapi jaim. "Saya tidak akan bisa pergi dan meninggalkan kamu sendirian di sini," tukasnya percaya diri. Okay fix, ini orang emang lagi mabuk! ✧✧✧ Kafe Alice's Tea Chamber., "Lo masih betah aja jadi jomlo, Jaein? Emang di sini kagak ada yang sesuai selera lo? Cari yang model gimana, sih? Tinggi di atas 170cm? Kulit putih, cokelat, kuning, merah, pucat, eksotis? Tinggal tunjuk doang di sini mah. Jangan sia-siain kesempatan Jaein, mumpung lo masih berstatus gantung antara mahasiswi kagak, alumni juga belom," cerocos Mauza di suatu sore saat mereka berkumpul di Alice's Tea Chamber Café, sebuah tempat yang dibuat dan dikelola secara profesional oleh para anak muda ini. "Dih, Bang Tamtam yang super nyinyir kek emak-emak lagi ghibah. Jangan panggil Jaein kenapa? Nama udah imut binti keren gini malah diganti-ganti sesuka hati!" sembur Jenna. "Kenapa lo ngegas? Hwan aja boleh panggil Jaein, kenapa gue kagak?" sambar Mauza tak terima. " "Karena lidah Hwan Oppa tuh kasus khusus. Udah biasa kalau orang Korea nyebut nama gue jadi kelebihan huruf vokal kayak gitu. Lagian nih, kalau Hwan Oppa yang nyebut tuh kesannya lebih cute daripada Bang Tamtam," jawab Jenna cuek. "Udah, jangan mengalihkan topik pembicaraan. Lagian selama kita mengembara di sini ‘kan lumayan banyak tuh para pejantan yang nguber-nguber elo, Jejen. Kenapa juga lo masih aja jual mahal? Ntar kalau kita pada ngumpul sama pasangan masing-masing lo malah jadi salty," timpal Nasima. "Dih, kalian kenapa sih? Gue jomlo ‘kan gak nyakitin orang ini, kenapa pada mojokin gue? Inget ya! bullying itu dilarang," sungut Jenna mulai jengah dengan pertanyaan yang sama selama bertahun-tahun, "lagian ya, gue tuh bukannya jual mahal kali, Bang! Padahal nih ya, gue gak punya banyak kriteria macem-macem loh. Cukup satu kata aja. Gue mau yang keren, udah cuma itu doang," beber Jenna. "Beneran cuma keren doang?" selidik Bella meragukan. “Iya, Kak Bella sayang. Keren itu maksudnya keren orangnya, sifatnya, otaknya, mobilnya, keluarganya, ahahaha. Just kidding, tapi kalau gue dapet yang model begitu mah udah jelas kagak nolak sih. Apalagi kalau dia bisa nyanyiin lagu favorit gue sambil main gitar, beuuuh mantab kali itu," terang Jenna sambil tetap fokus pada game onlinenya. "Bah! Lieur pisan ni bocah, itu mah bukan lagi banyak kriteria Jejen, tapi lo aja yang banyak maunya! Gini nih kalau keseringan maraton drama Korea, halunya udah tingkat bumi nembus ke langit. Gak bisa ketolong lagi," celetuk Farahdiba yang sedari tadi mendengarkan perdebatan tidak penting sahabat-sahabatnya akhirnya tertarik untuk ikutan menggoda Jenna. "Kak Diba kok ikutan dua makhluk absurd ini sih? Kemana perginya Bunda Diba yang penyayang, lemah lembut, dan baik hati?" ucap Jenna merajuk, "Ish! Lihat aja, gue bakal dapet cowok sebelum gue resmi menyandang gelar sebagai seorang alumni yang membanggakan dan pulang ke Indonesia sambil gandeng cowok kece! Cowok yang sesuai dengan impian gue, dan saat hari itu tiba gue pastikan bakal bales kalian dengan cuekin kalian habis-habisan. Lagian gue nonton draKor juga baru-baru ini setelah selama ini gue selalu b******u dengan buku, masa gue sekarang gak boleh ngehalu?" rajuk Jenna. Dia hendak pergi, tapi sahabat-sahabat Mauza datang lalu menengahi. "Kenapa pada ribut sih? Gak takut para pelanggán pada pergi? Kamu juga jangan ngambek terus gitu, Jaein." Hwan yang baru masuk bersama dengan Raizel menyudahi adu mulut tidak penting mereka di sore hari yang cerah nan gerah bagi Jenna. —✧✧✧— Ibarat sebuah doa, ucapan sambil lalu yang terlontar dari bibir pink cherry milik Jenna saat di Alice's Tea Chamber Café hari itu menjadi kenyataan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sesosok pria yang tepat seperti gambaran terliarnya sedang berdiri sambil tersenyum di depan Jenna. Padahal gadis itu baru setengah tersadar dari mimpi indahnya. Bagaimana bisa pria asing ini datang dalam semalam? Apakah ini kenyataan ataukah IRUDIMENA? Ketika dua orang yang sama-sama saling mendambakan akhirnya harus bertemu di persimpangan takdir bernama, Irudimena: Fantasy Love and Lucid —JennLister—
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD