Prolog

395 Words
Dua tahun berperan sebagai tunangan pura-pura Alvo, pada akhirnya Kerin memilih berhenti dan menyerah. Ya, menyerah. Definisi benar-benar menyerah. Kerin akan mengakhiri kontraknya, hidup bebas tanpa harus ikut campur masalah Alvo dan keluarganya. Semua tentang Alvo, akan Kerin jauhi! Demi perasaan dan masa depannya. Kedatangan Yasmin, mantan pacar Alvo-lah salah satu alasan Kerin menyerah. Untuk apa dia bertahan jika lelaki yang dia sukai masih mengharapkan mantan pacarnya? Dan, dengan berani Kerin mendeklarasikan bahwa dia ingin mengakhiri kontraknya dengan Alvo. "Gue mau berhenti jadi tunangan bohongan lo." Gerakkan tangan Alvo berhenti memotong daging steak-nya. "Serius?" Kerin mendengus kasar. b******n! Cuma begitu reaksinya? "Wajah gue kelihatan bercanda sekarang?" Kerin menaikkan sebelah tangannya sesekali menunjuk ke hidungnya sendiri. Selera makan Alvo pun hilang. Lelaki yang sering dijuluki 'si kulkas' ini sedang menatap Kerin dengan ekspresi wajah yang minim. "Kenapa tiba-tiba? Gue pikir dua tahun ini kita baik-baik aja." 'Baik-baik aja', katanya? Kerin tidak bisa menahannya lagi. Amarah yang selalu dipendamnya seolah siap mencuat dan membalikkan meja mereka saat itu juga. "Sekarang gue tanya sama lo, Vo." Kerin menyibak rambut panjangnya ke belakang punggung. "Dua tahun gue sama lo pura-pura tunangan. Kita bikin surat kontrak dan itu lo yang buat. Nah, pertanyaan gue sekarang. Lo mau ngikat gue berapa lama emang? Dua tahun nggak cukup?" Alvo bungkam. "Lo cowok, Vo. Kelar kontrak kita, lo bisa tunjuk cewek mana pun yang lo mau! Sementara gue, gimana? Di kontrak yang lo buat bahkan nggak dijelaskan kapan kita udahan! Tiga tahun? Empat atau lima? Keburu gue tua, Vo! Siapa yang mau sama gue nanti!" "Ke—" "Kalau gue jadi tunangan bohongan lo terus, kapan gue mikirin masa depan gue sendiri?" keluh Kerin. Kemarahannya mulai mereda setelah melihat Alvo tampak diam namun terselip kepanikan. "Gue harus bilang apa ke Mama?" gumam Alvo. "Tenang aja. Gue yang bakal ngomong sama Mama lo." Soal namanya Alvo itu masalah mudah. Yang penting Kerin harus bubaran dulu sama manusia es di depannya ini! "Hai, Sayang!" Cup. Entah datang dari mana manusia gila ini. Tahu-tahu duduk di samping Kerin dan mencium pipinya di depan Alvo. "Sayang?" gumam Alvo bingung. Otak Kerin masih loading rupanya. Saking kagetnya, Kerin sampai nggak bisa mengatakan apa-apa selain bengong. Sayang, katanya? "Kenalin, gue Alfa. Calon masa depannya Kerin!" Alfa mengulurkan tangannya di depan Alvo. Tunggu, tunggu! Siapa, nih? Alfa siapa? Kenapa ngaku-ngaku menjadi 'calon masa depannya' di depan Alvo?!   To be continue---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD