-STRANGER-

1460 Words
Siren POV Aku selalu berkhayal kalau hidupku seindah dan semenegangkan film-film yang pernah aku tonton. Seperti yang dialami oleh peran utama di film Alice In Wonderland, Percy Jackson, Harry Potter dan yang lainnya. Tapi di luar semua khayalanku, aku hanya seorang perempuan biasa. Tidak dikenal banyak orang, bahkan tidak punya teman. Sebenarnya banyak yang ingin berteman denganku, tapi aku tidak percaya mereka. Aku pernah dikecewakan oleh orang yang pernah aku anggap sebagai 'teman'. Aku lebih menyukai kesendirian dan tidur. Menenangkan, seakan-akan aku bisa menjadi seseorang seperti yang ada dalam khayalanku selama ini. Jauh dari kehidupan sosial yang menguras pikiran dan tenaga. Aku tinggal di rumah peninggalan orang tuaku. Ya, orang tuaku sudah meninggal karena kecelakaan kapal tiga tahun lalu. Aku mengurus rumah yang cukup besar ini dengan bantuan beberapa orang yang telah mengabdi pada keluargaku sejak aku belum lahir. Mereka akan datang pada pagi hari lalu pulang saat matahari mulai terbenam. Setelah orang tuaku meninggal, kakakku satu satunya, Daniel Arnav, yang mengurus bisnis orang tuaku. Dia hampir tidak pernah pulang. Kami hanya saling bertukar kabar melalui chat, telepon, dan video call. Kami tetap dekat seperti dulu walau jarak memisahkan. Satu kebiasaan Kak Daniel yang membuatku kesal, telepon di waktu yang tidak tepat. Seperti tadi pagi, aku sudah terlambat berangkat ke kampus, tapi Kak Daniel menelponku. Aku harus mengangkatnya kalau tidak uang bulananku bisa dipotong. "Halo." Aku mengangkat telepon. "Halo Siren, tumben jam segini belum berangkat ke kampus?" tanya Daniel. "Aku baru mau berangkat, ini sudah terlambat. Teleponnya nanti saja Kak." "Hahaha, oke. Aku hanya ingin memberi tahu kalau minggu depan aku pulang. Sekarang aku di Korea Selatan, kau mau oleh-oleh apa?" "Serius kak? Minggu depan pulang? Yeayy! Terserah kakak. Aku berangkat ke kampus dulu ya. Nanti malam telepon lagi ya Kak." Tanpa menunggu jawaban dari Daniel, aku menutup teleponnya dan langsung berangkat ke kampus. Aku senang sekali, setelah sekian lama Daniel pergi akhirnya dia pulang. Aku sangat merindukannya. Entah sudah berapa bulan dia tidak berada di rumah. Aku merasa sangat bersemangat meskipun aku datang terlambat ke kelas dan tidak diijinkan masuk oleh dosen. Selain tidak diijinkan masuk ke dalam kelas aku juga diberi tugas tambahan untuk menggantikan nilai kuis pada hari ini. Untungnya tugas itu dikumpulkan minggu depan, jadi aku masih bisa sedikit bersantai. *** Tidak seperti biasanya hari ini aku pulang lebih sore karena harus pergi ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku materi kuliah. Setelah cukup lama mencari buku yang aku maksud, akhirnya aku menemukannya. Ketika berjalan menuju tempat peminjaman ada sebuah buku yang menarik perhatianku. "SIREN" seperti namaku. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambilnya dan membawa buku itu ke tempat peminjaman. Aku menaruh buku-buku yang akan aku pinjam di meja petugas. "Kau yakin mau pinjam buku ini?" kata petugas perpustakaan sambil menunjuk buku yang aku ambil secara asal tadi. "Ya, tentu." "Kau adalah orang pertama yang meminjam buku ini. Apa kamu tertarik dengan mitologi yunani?" "Iya," jawabku asal. "Aku juga menyukai mitologi yunani karena penuh dengan misteri dan konspirasi, apa kamu punya SNS? Kamu harus follow SNS-ku, aku banyak mengirim informasi tentang makhluk-makhluk mitologi seperti itu." "Baiklah," jawabku malas sambil mengambil ponsel. "Sini, berikan ponselmu. Kau tidak akan bisa mengeja user name-ku" Tanpa menjawab aku memberikan ponselku padanya. Kalau bukan karena senyumnya yang manis dan wajahnya yang tampan. Eh, maksudku cukup tampan, aku tidak akan mau follow SNS-nya. "Sudah, oh iya namaku Xavier Brooke. Kau bisa memanggilku Viro," ucapnya sambil mengembalikan ponselku. "Viro?" "Oh, kau pasti bingung. Viro itu singkatan dari namaku Xavier Brooke diambil Vi dan Ro-nya saja karena sebagian orang kesulitan menyebut namaku sehingga mereka memanggilku Xa-vi-er dan aku tidak suka cara mereka menyebutnya." "Oh, begitu. Namaku Siren." "Siren Guinevere?" "Bagaimana kau tau namaku?" "Dari sini." Viro menunjukkan kartu perpustakaanku sambil tersenyum. Hah ... bodohnya aku. Berharap dia mengetahui namaku tanpa berkenalan. Aku pun hanya tersenyum pasi. "Ini bukumu dan masa peminjamannya hanya 1 minggu, jadi jika kau ingin meminjamnya lebih lama kembalilah kemari untuk memperpanjangnya. Aku ada disini setiap hari Rabu. Kalau kau terlambat mengembalikannya akan ada denda dan kau tidak bisa bertemu denganku." "Oke, terimakasih informasinya Viro. Sampai jumpa minggu depan." Aku buru-buru berjalan keluar perpustakaan. Karena sebentar lagi perpustakaan akan tutup. OH MY GOD! Apa dia berusaha menggodaku? Aku tidak akan tergoda dengannya, apalagi dengan ketampanannya. Tapi senyumnya tidak bisa aku lupakan. Oh tidak ... Aku tidak ingin jatuh cinta secepat ini. Mungkin aku menyukainya hanya karena dia cukup tampan dan senyumnya yang manis itu. Aarrghh.. Aku harus melupakannya. Aku terlarut dalam lamunanku sehingga tidak terlalu memperhatikan sekelilingku. Brukk... Seseorang menyenggol bahuku dengan keras hingga aku terjatuh. "Kau! Kau menghalangi jalanku!" kata seorang laki-laki bertubuh tinggi yang menabrakku. Aku kaget dengan respon yang ia berikan hingga tak mampu menjawabnya. Dia terus berjalan meninggalkanku begitu saja. Apa-apaan dia ini. Jalan ini bukan miliknya dan dia malah berkata begitu padaku. Dia juga tidak meminta maaf. Aku tidak suka laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti dia. Meskipun sepertinya umur kami tidak terlalu berbeda jauh dia tetap harus meminta maaf padaku. Aku menjadi kesal. Aku terus memperhatikan laki-laki itu sampai tubuhnya hilang ditelan gedung perpustakaan. Harusnya sekarang perpustakaan sudah tutup. Tapi aku tidak peduli dengannya dan melanjutkan perjalananku ke tempat parkir sepeda. Ketika aku sampai di tempat parkir, aku bertemu dengan Viro. "Hai Viro," sapaku. "Halo Siren Guinevere," jawabnya. "Kamu tidak perlu menyebutkan nama lengkapku." "Itu bukan nama lengkapmu kan? Seharusnya ada nama marga di belakangnya." "Tidak, itu benar-benar namaku hanya dua kata." "Apa karena itu dirahasiakan?" "Tidak Viro, keluargaku memang tidak menggunakannya." "Ya, aku pernah dengar memang ada yang seperti itu." "Iya, dan keluargaku salah satunya. Kau pulang naik sepeda juga?" "Iya, aku lebih suka naik sepeda. Rumahku cukup dekat dari sini, kalau naik bus sayang uangnya. Kalau jalan kaki itu terlalu lama, jadi aku naik sepeda." Viro menjelaskan. "Oh begitu, aku juga naik sepeda. Aku pulang dulu ya Viro. Sampai jumpa lagi." "Sampai jumpa lagi ... Siren." Viro melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum. Aku pun membalas senyumnya. Astagaa, dia manis sekali, walaupun cerewet dan sedikit aneh. Sesampainya di rumah aku menata buku-buku yang aku pinjam tadi di meja belajar. Setelah beristirahat dan membersihkan diri aku membaca buku materi kuliah dan mulai untuk mengerjakan tugas tambahan dari dosenku. Ternyata tugas yang diberikan cukup sulit sampai aku tidak bisa mengerjakannya meskipun sudah membaca buku. Tiba-tiba ponselku berbunyi dan nama Daniel tertera di layar. Aku langsung mengangkat telepon dari Daniel. “Halo, Daniel.” “Halo Siren, apa yang sedang kau lakukan?” “Aku sedang mengerjakan tugas kuliah tambahan karena kemarin datang terlambat ke kelas. Selain itu aku juga tidak diijinkan masuk ke dalam kelas dan itu semua karena kau meneleponku Daniel!” protesku pada Daniel. “Bagaimana bisa itu semua salahku? Aku hanya menelponmu sebentar, tidak sampai lima menit. Kalau kau terlambat berarti itu salahmu sendiri Siren.” “Semua salahmu. Jadi kau harus membantuku menjawab soal-soal ini Daniel.” “Apa soalnya sesulit itu sampai kau memintaku untuk mengerjakannya?” “Ya, soal ini sangat sulit. Aku yakin kau juga tidak akan bisa menjawabnya.” “Coba sebutkan soalnya. Kalau aku bisa menjawab soal ini maka uang jajanmu akan aku potong dua puluh persen,” ancam Daniel. “Baik. Kalau kau tidak bisa menjawabnya maka kau harus memberiku uang jajan dua puluh persen lebih banyak dari biasanya.” “Sebutkan dulu soalnya.” “Ini ada tiga soal. Soal yang pertama, Siapakah orang yang pertama kali menemukan sel hidup dan jelaskan teorinya! Soal kedua, berikan alasan anda datang terlambat ke kelas! Dan soal ketiga, tuliskan tiga hukuman yang pantas diterima mahasiswa yang datang terlambat ke kelas! Kau pasti tidak bisa menjawabnya Daniel.” “Hahahaha ... Kalau begitu biar aku jawab. Soal pertama jawabannya Siren Guinevere bodoh dan tidak bisa menggunakan teknologi yang disebut internet. Jawaban soal kedua karena Siren Guinevere malas dan jawaban yang ketiga adalah tidak lulus kelas, mengulang kuliah tahun depan dan uang jajannya dipotong lima puluh persen,” jawab Daniel sambil tertawa. Aku menghembuskan nafas panjang untuk menahan emosiku. “Daniel! Kenapa kau selalu menyebalkan?” “Hahahaha ... Aduh perutku sakit karena terlalu banyak tertawa. Sudah dulu ya Siren. Selamat mengerjakan tugas. Jangan lupa uang jajanmu akan aku potong dua puluh persen.” Daniel langsung mematikan teleponnya. Aku kesal sekali dengan Daniel. Meskipun soal yang aku sebutkan tadi bukan tugasku yang sebenarnya, tapi jawaban Daniel sangat menyebalkan. Kenapa dia bisa begitu menyebalkan? Tapi aku akui kalau Daniel benar. Aku memang bodoh, kenapa aku tidak mencari literatur menggunakan internet saja ya? Kenapa juga aku harus repot-repot meminjam buku di perpustakaan. Aku menghela nafas panjang dan mengeluarkan ponselku untuk mencari jawaban dari soal itu. Tapi tiba-tiba aku teringat Viro dan tertarik untuk membuka SNS miliknya. Ternyata dia sering memposting foto underwater dengan caption tentang konspirasi keberadaan siren dan bukti-bukti keberadaan bangsa siren. Hhmm ... laki-laki yang menarik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD