PROLOG

1205 Words
  Tes tes. 1 2 3 di coba. Ehem.. Assalamualaikum Hallo semuanya.. Yang masih nyimpan cerita ini di library kalian. Aku cuma mau ngasih sedikit informasi. Cerita ini akan kembali aku lanjut, tapi setelah MBA Season 2 selesai. Dan tentu dengan alur yang berbeda, tapi masih dengan tokoh yang sama. Mungkin, bisa di bilang kalau ini akan menjadi lanjutan dari MBA Season 2. Tapi, akan berfokus pada SHANIA . Tentang kehidupan Shania setelah bercerai dengan Alul. Dan juga alasan mengapa ia bercerai. Semua tanda tanya kalian di cerita MBA Season 2 akan terungkap di sini. Dan satu lagi, karena perubahan alur dan ceritanya. Maka aku juga ikut mengganti judul untuk cerita ini. Dari "MY WEDDING " menjadi "SHANIA" jadi, aku harap kalian tidak ada yang bingung ya. Heheh Dan juga tidak terlalu memprotes juga. Hehhe So, langsung aja .. Cekidot. ---------------------------------------------------------------------- ------ --- - ( Prolog ) "Shania, menikah lah dengan saya " Ia langsung tersentak, menatap pria itu dengan kaget luar biasa. Dan, tidak habis Fikir dengan apa yang sekarang ada di otak pria Melayu itu. Bahkan ,Shania tidak bisa lagi berkata apa pun. Jelas, itu bukan hal yang mudah. Hahahahaha Dan tiba - tiba saja Aliff tertawa. Membuat Shania semakin heran dan bingung dengan pria di depan nya itu. "Ha-ha-ha.. kamu harus lihat muka kaget mu itu.. hahha.. itu lucu banget " ucap Aliff dengan begitu senang. Shania semakin tidak mengerti dengan jalan fikiran Aliff. Jelas, situasi sekarang tidak dalam masa bergurau. "C'mon. Shania, rileks santai lah siket, tak payah lah tegang sangat. Saye, ni bukan dah gile pun. Nak minta awak bekahwen dengan saya. Maaf lah, saye gurau je tadi " jelas Aliff dengan mencoba meredakan tawa nya. Shania mengeraskan rahangnya. Ia sama sekali tidak suka dengan gurauan pria itu. Situasinya sekarang sungguh sulit. Tapi mau bagaimana pun, ia sedikit lega dan sangat berterima kasih karena Aliff dengan rendah hati mau membantu suaminya yang sedang dalam kondisi yang sangat kritis. *** "Shania mana, Ummi ?" Wanita paruh baya itu tersenyum kecut mendengar pertanyaan anak nya itu. Ia tidak bisa menjawab nya, karena ia sendiri juga tidak tau di mana keberadaan Shania, menantunya. Sejak, Alul Sadar setelah operasi. Menantu nya itu tidak sama sekali menampakkan diri di depan mereka. Padahal, saat Alul masih dalam kondisi kritis dan juga masih koma. Shania selalu setia berada di samping suaminya. Menemani Alul yang tidak sadarkan diri. Tapi, sudah seminggu ini menantunya itu seolah hilang begitu saja. Membuatnya bingung dan juga tidak mengerti. "Ummi " tegur Alul, "Ummi, juga gak tau, nak. Mungkin lagi ada pasien. " Jawab sang Ummi. Alul pun mengerti, dan akhirnya berhenti bertanya dan memilih untuk istirahat sambil menunggu istrinya datang menemuinya. Ia sungguh tidak sabar ingin bertemu Shania dan memeluknya. Namun, waktu yang di tunggu nya tidak ada. Shania, tidak pernah datang menemuinya. Bahkan, sampai ia keluar dari rumah sakit. Membuatnya khawatir dan cemas. Dan membuatnya mau tidak mau langsung bertanya pada kedua mertuanya. "Shania sama Abay, baik - baik saja. Mami gak ngerti kenapa Shania ,tiba - tiba pergi " ujar Veranda, Maminya Shania dengan nada suara yang lembut dan sedih. Alul mengerutkan dahinya, ia juga sama dengan Ve. Tidak tau mengapa Shania pergi tiba - tiba. "Kalian lagi ada masalah?" Suara bariton Keynal, Papinya Shania membuat Alul menoleh pada pria paruh baya yang sedang duduk di samping Ve. "Gak ada Pi, kami baik - baik saja sebelum aku kecelakaan." Jawab Alul seolah mengingatkan - ngingat terakhir kebersamaan mereka. Pagi sebelum kecelakaan nya, ia dengan Shania memang baik - baik saja. Tidak akan masalah, bahkan ia masih bisa merasakan kecupan di pipi nya saat itu. Jadi, mereka baik - baik saja. Karena ia tidak mendapat petunjuk dari kedua orang tua Shania, Alul beralih mencari Shania pada Ares, adiknya Shania. Dan ternyata Ares juga tidak tau kalau Shania menghilang. Jadi, sama sekali tidak bisa mendapat petunjuk apapun. *** Di lain tempat, di pinggiran danau yang ada tidak jauh dari halaman belakang rumah, Oma nya di Lembang. Shania, duduk dengan tatapan lirih pada kedepan. Melamun jauh, pada apa yang sudah sebulan lebih ini terjadi dalam rumah tangga nya. Yang menjadi penyebab ia melarikan diri sejenak ke rumah Oma nya. Ia hanya ingin menenangkan dirinya, berfikir dengan jernih. Agar ia dapat mengambil satu keputusan untuk hidup kedepan nya. Tidak ada yang tau dia di sini, bahkan kedua orang tuanya sekali pun. Tapi, ia sudah berpesan agar mereka tidak perlu khawatir dan mencemaskan karena ia baik - baik saja. Dan ada di tempat yang aman. Dan perasaan nya memang lebih baik ketika tinggal bersama dengan namanya. Ibu dari Ayah nya, yang menghabiskan masa tuanya di pedesaan. Dengan berkebun, dan juga menikmati masa tua beliau. Ia sangat senang bisa melihat Oma nya masih sehat di usianya yang sudah sangat tua. Omanya juga tidak bertanya mengapa Shania tiba - tiba datang bermunjung hanya berdua dengan Akbar, anaknya. Tidak ada suaminya, yang biasa menemani jika Shania datang berkunjung. Itu karena,Beliau tau. Kalau cucunya itu sedang dalam masalah. Dan tugasnya tidak membuat Shania semakin terbebani dengan masalah yang tidak ingin Di ceritakan. Beliau hanya sebaik mungkin memberi perhatian pada Shania. *** "Jujur sama Abang, apa yang udah di lakuin Alul sama kamu ?" Biru bertanya dengan marah pada Shania, adiknya. Yang malam ini tiba - tiba muncul di rumahnya setelah seminggu menghilang tanpa jejak. Lalu, meminta bantuan dirinya untuk mengurus perceraian nya dengan Alul. Suaminya. "Shania!" Murka Biru. Istrinya yang sejak tadi duduk di samping pria tampan itu langsung menarik lengan nya. "Bisa gak sih, pelanin suara kamu. Anak - anak ku lagi tidur " ujar Shani, pada suaminya. Ia menoleh tidak tega pada Shania, yang tidak lain adalah sahabat nya sendiri. "Shania pasti punya alasan kuat buat lakuin itu, kamu gak perlu maksa dia " lanjut Shani. Beralih duduk di samping Shania. Biru menarik napas dalam - dalam. Lalu kemudian membuangnya dengan kasar. Berharap emosinya reda, dan memandangi adiknya yang sudah menangis tersedu dalam pelukkan istrinya. Membuatnya yakin, kalau Alul sudah menyakiti adik nya. Akhirnya ia pun menyerah, dan setelah bertanya sekali lagi dengan keputusan Shania. Biru pun mau membantu adiknya untuk mengurus semua nya. Dan segera membicara kan nya dengan sang Papi. *** Alul kaget luar biasa, saat ia mendapatkan surat panggilan dari pengadilan agama dan juga ajuan gugatan cerai dari Shania. Membuatnya langsung kalang kabut dan langsung mencoba kembali menghubungi Shania. Tapi, istrinya itu tidak mau menjawab. Membuatnya kesal dan juga marah. Ia pun langsung menuju ke rumah kedua mertuanya. Dan ternyata Shania belum pulang, "Mam, tolong jujur sama aku? Dimana Shania. Kami butuh bicara Mam ?' ujar Alul dengan begitu memohon dan putus asa. Ve menatap iba pada Alul, tapi ia sudah berjanji pada Shania agar tetap diam. Dan tidak memberi tau Alul tentang keberadaan sang anaknya. "Maaf, Lul. Mami dan Papi beneran gak tau di mana Shania." Jawab Ve dengan rasa bersalah. "Alul, lebih baik kamu pulang dan Fikir baik - baik, mengapa tiba - tiba Shania ingin bercerai sama kamu " ujar Keynal dengan nada dingin. Bahkan menatap Alul dengan tajam. "Saya tidak akan tinggal diam, kalau sampai kamu menyakiti Shania. " Lanjut Keynal tidak main - main. Alul diam, ia mencoba mengingat apa yang salah dengan nya dan Shania. Hingga, fikiran nya mentok dan seolah tersentak tersadar dengan satu hal.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD