Part 1

1167 Words
Dering alarm berbunyi cukup nyaring yang membuat Seorang gadis cantik terbangun setelah mendengarnya, Ia membuka kedua matanya dan langsung bangkit dengan malas kemudian meraih ponselnya untuk menghentikan dering alarm tersebut, Jennie merenggangkan tubuhnya hingga mengeluarkan bunyi retakan sambil menguap lebar. Masih cukup pagi untuk bangun di hari ini tapi sayangnya ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena ada proyek kuliah yang harus di selesaikan.   Jennifer Naomi Diaz atau akrab di panggil Jennie merupakan mahasiswi Universitas New York yang mengambil jurusan fashiondesigner, Saat ini Jennie sedang sibuk-sibuknya kuliah karena sudah menginjak semester 8 di mana tinggal sedikit lagi dirinya akan memperoleh gelar sarjana desainer. setelah dari kamar mandi ia pun menuju dapur untuk membuat sarapan, Jennie tidak tinggal sendirian melainkan bersama dengan saudara kembarnya yang bernama Joshua, Keduanya tidak begitu mirip jika di perhatikan lebih dalam namun mereka sangat kompak dalam segala hal sehingga hal itu menjadi poin penting dari chemistry mereka.   Sudah tiga tahun setelah keduanya memutuskan hidup mandiri di New York, Kedua orang tua mereka menetap di Brazil namun sesekali datang mengunjungi mereka, Meskipun hidup berdua tanpa pengawasan orang tua baik Jennie dan Joshua sangat menerapkan kehidupan yang sangat di siplin mereka tidak pernah pergi clubbing, minum alkohol, merokok atau bahkan pulang larut malam kecuali karena tugas kuliah. Prestasi yang di peroleh pun cukup membanggakan, Joshua terkenal populer karena ketampanannya dan mahir dalam ilmu teknologi sehingga sering di tugaskan dalam mendampingi dosen besar saat membawakan materi praktikum, sedangkan Jennie terkenal dengan kepintaran dan bakatnya dalam merancang busana, Pernah sekali rancangan yang di buat Jennie di beli oleh seorang desainer terkenal dan menjadikannya mahasiswi dari angkatannya yang mendapat piagam penghargaan.   Saat Jennie sibuk menyiapkan sarapan untuknya san Joshua tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering sehingga membuat gadis itu langsung menyambar ponsel tersebut, Melihat siapa yang menelpon ia pun langsung menjawabnya tanpa basa basi lagi.   " Oh, Mom.!" Seru Jennie dengan girang.   " Bagaimana kabar kamu dan Jo sayang. ?" Tanya beliau di seberang sana.   " Baik, Hanya saja saat ini Jo belum bangun, ingin bicara dengannya? Apa aku harus membangunkan Jo sekarang.? "   " Tidak perlu, Di sana masih pukul 6:00 biarkan Jo tidur sedikit lebih lama. "   " Baiklah. "   " Ya sudah kalau begitu, Mama hanya ingin mengetahui kabar kalian, kamu pasti sedang sibuk saat ini. "   " Begitulah, Tapi Mama tidak perlu khawatir aku akan menyelesaikan kuliahku dan kembali ke Brazil lagi. "   Percakapan mereka berakhir cukup cepat, Jennie kembali menyiapkan sarapan untuknya dan Joshua, Pagi ini Jennie menyiapkan buah yang sudah di potong kecil-kecil dan juga roti panggang dengan telur setengah matang, Setelah itu ia menuju kamar Joshua yang berada tepat di sebelah kamarnya.   Tok.. Tok.. Tok..   " Wake up bro, Is time to breakfast. " Seru Jennie sambil melirik pintu kamar Joshua dengan malas.   Tak ada jawaban sehingga membuat Jennie terpaksa membuka pintu kamar cowok itu. Dan taaraaaa..., Kamar Joshua sangat berantakan mulai dari pakaian, buku hingga alat-alat yang berbau dengan teknologi medis, Joshua memang seorang mahasiswa medis lebih tepatnya di bidang Biomedical Engineering yang menguasai teknologi untuk dunia kedokteran, Dia memang tidak tertarik menjadi seorang dokter dan lebih memilih ilmu teknologi medis sebagai tujuan hidupnya saat ini.   " Joshua,  Bangun !!!" Teriak Jennie sukses membuat cowok itu terperanjat kaget dengan ekspresi yang mengejutkan.   " Kau membuatku kaget, Aku baru saja masuk dunia mimpi dan kau datang mengagetkan ku. " Jawabnya dengan suara yang serak.   " Baru masuk katamu? Ini bahkan sudah pagi dan kau baru saja mulai bermimpi.? " Tanya Jennie menatapnya heran.   " Semalaman aku tidak tidur karena merancang alat medis buatan ku ini, Dan baru saja tidur sekitar sepuluh menit yang lalu. " jawabnya kembali merebahkan tubuhnya seakan bersiap untuk tidur lagi.   " Memangnya kau tidak kuliah.? "   " Aku izin, Kau bisa keluar sekarang. "   Jennie menatapnya sinis kemudian melemparkan bantal ke arah wajah Joshua, Cowok itu meraih bantal lemparan Jennie kemudian memeluknya sambil tersenyum menutup kedua mata.                                                                                           «   Karena hari ini Joshua tidak kuliah terpaksa Jennie harus ke kampus dengan mengendarai taksi, Namun saat dirinya telah siap dan hendak keluar apartemen Joshua muncul dan merebut tas milik Jennie kemudian berjalan keluar seakan mengisyaratkan Jennie untuk segera berangkat.   " Bukannya kau tidak kuliah,?" Sahut Jennie berusaha mengejar langkah Joshua yang terbilang cukup lebar.   " Aku baru ingat kalau hari ini ada seminar bersama profesor dari Harvarduniversity, Sayang dong kalau terlewatkan. " Jawabnya sambil menekan tombol lift agar segera terbuka .   " Bagus deh, Dengan begitu aku tidak perlu repot-repot naik taksi. "   Joshua melirik Jennie dengan senyuman kecil, Dan setelah lift yang mereka naiki turun ke lantai satu tiba-tiba saja dering ponsel Joshua berbunyi membuat cowok itu segera mengecek notifikasi yang baru saja masuk.   Pintu lift baru saja terbuka dan Jennie berjalan keluar lebih dulu namun ia sadar kalau Joshua tetap tinggal dan menoleh ke arah cowok itu dengan penuh tanya.   " What'swrong .?" Tanya Jennie penasaran.   Joshua memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menatap Jennie dengan senyuman " Tidak apa-apa. " Jawabnya lirih dan bergegas keluar dari lift.                                                                                                 ***     " Jennie..!!! " Sahut seseorang ketika Jennie berjalan sendirian di koridor kampus.   " Edith. " Ucap Jennie tersenyum lebar ke arah gadis yang baru saja menghampirinya.   " Aku ada berita penting buat kamu " Ungkapnya sangat antusias.   " Berita penting apa.? "   " Kamu kenal Arnold anak Arsitektur itu kan.? "   " Iya aku kenal, memangnya kenapa.? "   " Dia minta nomor ponsel kamu ke aku, Karena aku tahu dia itu populer dan kamu seorang jomblo 23 tahun maka aku dengan senang hati memberikan nomormu padanya. "   " Edith.., Apa yang kau lakukan, Aku kan belum menginginkanmu memberikannya, kenapa juga kamu tidak memberitahu ku dulu.."   " Hmm.., Jennie sahabatku yang pintar dan berbakat.., Kau ini sudah lama menjomblo paling tidak kau harus dekat dengan salah satu cowok biar kau terlihat makin sempurna. " Edith merangkul pundak Jennie seakan memberikan pengarahan   " Aku dekat sama cowok kok. "   " Stop.!  Kamu tidak usah menyebut Joshua sebagai cowok yang dekat denganmu, Dia itu terkecuali... Dia itu saudara kamu bukan gebetan ataupun cowok yang bisa jadi pacarmu kelak, Udahdeh kamu pokoknya terima saran ku, dan jika Kak Arnold mengirimkan pesan kau jangan sampai lupa membalasnya, oke. " lanjut Edith sambil menepuk-nepuk pundak Jennie   " Tapi, "   " Tidak ada tapi-tapian, Pokoknya harus. Bye.., Sampai jumpa di kelas praktek. " Sahut Edith bergegas menuju kelas menjahit yang menjadi jadwal kuliahnya hari ini   Jennie hanya dapat memandangi punggung Edith yang berlari dengan ceria, Kemudian ia tersadar kalau selama ini dirinya memang tidak pernah memikirkan soal Cinta, Jauh di lubuk hatinya ia juga menginginkan seorang pria yang bisa di andalkan layaknya orang-orang seusianya saat ini.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD